Salahkah bila kecewa tumbuh di antara
lingkaran kebahagiaan?
Salahkah menolak di antara kerumunan persetujuan?
Salah, memang salah karena engkau tidak
akan diprioritaskan meski alasanmu sebenarnya patut dipertimbangkan.
Entahlah mungkin ini merupakan suatu
kekecewaan pertama di akhir perjalanan ini. Sungguh disayangkan, semestinya
perjalanan ini perlu ditutup dengan kebahagiaan pun kepuasan agar terkenang
indah. Namun, sejatinya Tuhan berkata lain.
Rasa kecewa harus kutanggung dulu untuk
melanjutkan perjuangan selanjutnya. Ya, aku harus menerimanya. Tetapi mengapa
aku harus kecewa terhadap keputusan yang tidak berpihak kepadaku?
Ya, sejujurnya aku kecewa terhadap
keputusan mereka terhadap temanku. Jika telah menyangkut amanah mungkin sulit,
tapi tidak pantaskah dia menolak? Tidak bolehkah dia mengedepankan orang-orang
yang harus dia tundukkan bakti kepada mereka? Tetapi mengapa mereka abaikan
semua itu?
Tidak adil!
Entahlah, mengapa aku yang kesal. Aku hanya
ingin tidak ada yang merasa diberatkan atau dipaksakan dalam setiap
keberjalanan kami. Tetapi, sekeras apapun menolak, sekesal bagaimanapun hati
ini, tetap saja tidak akan merubah keadaan.
Setelah ini, aku hanya berharap amanah yang
diberikan kepadanya adalah kehendak ALLAH, keputusan yang semestinya akan
berdampak baik, dan berubah menjadi jalan ynag terbaik baginya. Pun dengan
amanah ini akan membuatnya lebih baik, lebih sehat, dan lebih ceria lagi.
Sebagai orang yang tidak pintar menghibur apalagi
menasihati, hanya lantunan doa yang mampu kuberikan. Semoga ALLAH melindungimu
dan menjagamu :)