Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Minggu, 23 Oktober 2016

JAUH



Aku masih ingat pertama kali mendatangi tempat itu.
Sebuah tempat di salah satu pojok kampus yang sama sekali tak kuduga akan meninggalkan jejak kenangan semanis ini
Sebuah tempat yang dipenuhi orang-orang luar biasa
Yang sebenarnya ingin sekali kumengenal mereka lebih lama lagi
Hingga akhirnya, diri yang belum berarti apa-apa ini memutuskan untuk bergabung dengan kumpulan tersebut

Aku masih ingat pertama kali bercengkrama dengan salah satu dari mereka
Pertama kali melakukan percakapan bermakna itu
Dan aku juga masih ingat ketika ia bertanya
“Apakah kamu ingin benar-benar di sini?”
Dengan mantap aku menjawab,
“YA”

Ya, aku ingin membersamai mereka,
Walaupun alasan kuat pun belum sama sekali aku temukan
Tapi entah mengapa tidak ada setitik keraguan sedikit pun untuk memutuskan hal tersebut
Aku hanya ingin bersama mereka
Menjalin ukhuwah yang terbalut cinta
Yang aku sadar cinta itu telah muncul bahkan sejak pertama kali bertemu

Bulan berganti, Hari berlalu, Jam melesat begitu cepat bersama menit dan detiknya.
Intensitasku menyambangi tempat itu pun bertambah
Selalu ada rasa malu untuk mendekat sebenarnya
Namun selalu ada senyum yang terukir ketika melihat wajah-wajah mereka

Namun tiba-tiba,
Waktu yang mengalir itu berubah,
Ada perasaan ragu yang tiba-tiba menghantui, mendatangi tanpa permintaan sedikit pun
Keadaan yang sama sekali tidak aku sangka

Mengapa tiba-tiba ada perasaan menyesakkan seperti ini?
Aku merasa “jauh” dengan mereka
Aku merasa bukan menjadi bagian dari perkumpulan itu
Aku merasa menjadi orang lain
Namun mengapa sedikit pun rasa cintaku ini tidak luntur?

Namun mengapa aku menerima semua itu hingga saat ini.
Hingga 2 tahun lamanya
Aku pun tak mengerti, sama sekali tak mengerti

Ketika keadaan menggugurkan satu demi satu orang yang mendapatkan perlakuan sama sepertiku
Mengapa aku tidak turut gugur?
Padahal jelas-jelas tidak ada sedikitpun keinginan yang datang untuk menyambutku dan mempertahankanku untuk tetap tinggal

Mengapa aku begitu bodoh?
Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri
Semudah itukah menerima semuanya?
Bahkan untuk berkata “Tidak” saja aku tak mampu
Hingga aku sadar aku benar-benar mulai jauh dari mereka
Bahkan semakin jauh…

Bagiku, rasa itu sangatlah mengganggu
Aku tak ingin rasa itu akan muncul sampai saat ini.
Bahkan sama sekali tidak akan terbesit hingga mampu menyentuh akalku
Namun ternyata, aku salah

Hai kalian, apakah suara hatiku terdengar?
Sejatinya aku tidak ingin se “jauh”ini
Sejatinya aku ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi sebelum mengambil keputusan ini
Sejatinya aku amat menyayangi kalian.
Namun mengapa?
Ketika aku melangkah kan kakiku mendekat,
Mengapa kalian malah melangkah mundur, menjauh, bahkan seakan menolakku dengan mudahnya?

Mengapa?

Ya, mungkin aku sadar
Aku bukanlah sosok yang diharapkan
Aku tidak pintar, tidak mampu, tidak bisa diandalkan
Dan aku sadar, keberadaanku sangatlah tidak dibutuhkan
Ya, aku sadar hal itu

Seharusnya keputusan ini sudah kuambil dari dulu
Namun apa daya,
Cinta lagi-lagi menjadi alasan terkuatku

Namun, ketika sebuah cinta tidak lagi diterima keberadaannya
Tidak ada pilihan lain selain mundur
Namun, bukan berarti memutuskan segalanya
Bukan berarti aku benar-benar melupakannya

Mungkin cinta ini tidak ditemukan pada tempat itu lagi
Namun, sejatinya aku tidak mampu menghapusnya
Cinta ini akan tetap tumbuh dan terjaga untuk kalian
Warna kalian pun juga akan selalu tinggal dihati
Ya, karena aku mencintai kalian..

Semoga Allah selalu melindungi kalian
Merekatkan ukhuwah yang sangat aku harapkan
Dan jangan sampai ketika ada daun yang mulai layu hanya kalian biarkan begitu saja,
Jagalah, rawatlah, dan dekatilah
Agar tak ada daun-daun yang gugur lagi seperti diriku.

Selamat tinggal
Terima kasih atas segala inspirasi, ilmu, dan pengalaman yang luar biasa
Terima kasih atas segala hal bermakna yang telah diibagi
Terima kasih untuk segalanya.
Aku sayang kalian …

Maaf tidak bisa lagi membersamai,
Hanya iringan doa yang dapat aku haturkan dari sini.

Minggu, 09 Oktober 2016

Apakah ini sebuah pertanda?



Apakah ini sebuah pertanda?
Hari ini tepat 2 minggu yang lalu
Hujan kembali hadir menjadi saksi dalam peristiwa serupa
Sebuah peristiwa tentang gemuruh dalam dada,
Yang dipenuhi duka kecewa

Apakah ini pertanda?
Hujan kembali menghadirkan rintik kepedihan
Seakan diri ini tidak diijinkan menikmati aroma hujan seperti biasa
Seakan keadaan menolak keberadaanku yang ingin merengkuhnya

Aku pun bertanya kembali.
Apakah ini sebuah pertanda?
Bahwa seharusnya aku harus berhenti?
Berhenti atas semua pengharapan yang telah terukir indah
Berhenti dari segala mimpi yang sudah terpanjatkan
Berhenti dari sebuah cita yang bahkan menjauhi langkahku ketika akan mendekatinya?
Berhenti untuk kembali menorehkan tinta-tinta itu?

Dan hujan pun turun semakin deras
Seakan menjawab.
Seakan menumpahkan segala kesedihan,
Tentang sebuah kenangan yang (mungkin) tidak akan pernah terukir indah
Tentang keputusan yang teramat berat
Tentang sebuah keputusan untuk berhenti entah sejenak atau selamanya.

Malang-Solo 9 oktober 201