Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Minggu, 30 Juli 2017

KKN UNS 2017 - PART 2



Part 2

Ternyata daerah yang kita pilih pertama kali saaat pendaftaran tidak membuat kita langsung ditempatkan di sana. Beberapa minggu setelah pemilihan daerah KKN tersebut, tiba-tiba ada pengurangan kuota di beberapa daerah, termasuk Boyolali. Aku langsung panik, karena bisa jadi ada beberapa nama yang akan dipindahkan entah kemana. Tapi ternyata, tanpa kuduga sebelumnya namaku memang dipindah, namun aku dipindah di daerah Surakarta. 

Entah, aku harus merasa bahagia atau sedih waktu itu hehe, tapi aku bersyukur sekali, ada beberapa temanku yang dipindah di daerah yg lebih jauh. Yah, mungkin di balik segala skenario ini, ada hikmah yang tersimpan sangat indah. Yah, benar saja banyak perjalanan unik, berkesan, hingga mendebarkan saat KKN. KKN Surakarta. 

Kebetulan, aku dan kelompokku mendapatkan daerah KKN yang tidak terlalu jauh dari rumah, hanya berselang 30 menit saja jika ditempuh dengan kendaraan bermotor. Oh ya, aku belum mengenalkan kelompokku ya hehe. Kami mendapatkan daerah di Joyotakan, sekitar solo baru. Kelompokku terdiri dari 7 orang. Mungkin ada yang bertanya, mengapa sedikit sekali? Awalnya sih ada 9 orang, tapi karena ada beberapa permasalahan yang mungkin tidak bisa aku ceritakan di sini, sehingga ada 2 orang yang harus berpisah dari kelompok kita. Oh ya, 7 orang inilah yang akan menemaniku selama 45 hari ke depan. 7 orang yang belajar arti kebersamaan dan kebijaksanaan. 

1.      Zaki 
      Ini dia ketua kita, satu-satunya laki-laki di kelompokku, hehe. Zaki adalah mahasiswa agribisnis. Sejauh yang aku lihat dan aku rasakan selama beberapa hari bersama dengan Zaki, dia anaknya baik, humoris, dan tenang. Mungkin karena udah berpengalaman jadi aktivis kampus, jadinya sudah terbiasa dengan beragam kondisi di KKN kita, hehe. Tapi sejauh ini dia adalah mahasiswa yang kece, mampu mengelola emosi, pintar mencairkan suasana, problem solver, dan mampu menengahi konflik. Menurutku dia masuk kategori pemimpin ideal. Two Thumbs buat Zaki,  belajar banyak dari anak ini. 

2.      Mitha
Dia anak geografi. Orangnya lucu, kadang kalem, kadang humoris juga. Dia termasuk anak yang rajin dan aktif di kelompok kita. Mitha termasuk pribadi yang tanggap terhadap masalah dan keadaan menurutku, nggak kayak aku yang kurang peka hehe. So far, selama beberapa hari bareng dia, Mitha anak yang supel dan nyaman buat diajak berinteraksi. 

3.      Ellen
Ini dia anak kedokteran yang ada di kelompok kita. Orangnya pinter, rajin, dan aktif. Menurutku dia yang paling aktif dalam masalah menyelesaikan proker, paling well prepared, sehingga membuat proker kita tertata dan terkondisikan. Ellen juga anak yang supel, humoris, dan banyak ketawa hehe. Dia yang paling bisa mencairkan suasana jika muncul keheningan di berbagai keadaan. Ngefans deh sama Ellen.

4.      Yuniar
Yuniar adalah mahasiswa hukum. Orangnya cantik, kalem, dan kadang humoris. Yuniar juga well prepared orangnya. Selama bareng Yuniar di KKN, anaknya supel dan ramah. Suka deh J

5.      Thu Zar
Thu Zar itu mahasiswa asing dari Myanmar. Dia kuliah di UNS ambil jurusan Farmasi. Oh ya, walaupun dari foreign country, bahasa indonesianya udah mahir banget lhoo. Thu zar orangnya lucu, kalem, dan murah hati sekali diaa. 

6.      Mbak Dinar
Mbak Dinar adalah satu-satunya mahasiswa yang sudah bekerja dan berkeluarga di kelompok kita. Mbak dinar itu masuk kategori problem solver di kelompok kita. Beliau bijak, dewasa, dan keibuan banget. Beliau juga student mom lho, kebayang kan, betapa repotnya kuliah sambil harus ngurus anak, keren banget pokoknya. Belajar banyak dari Mbak dinar

Nah, itu dia kelompok KKN kota ku, walaupun kita KKN Cuma sampai sore, tapi semoga KKN kita memberi dampak bagi masyarakat sekitar ya, semangat buat “kita”

KKN UNS 2017 - PART 1





PART 1
Apa yang ada di benak mu pertama kali mendengar kata KKN? Pasti pikiran mu langsung menerawang ke segala arah, mengira-ngira kehidupan di salah satu pelosok pulau ataupun negeri. Begitu pun dengan ku, ketika kita harus menempuh kewajiban menapaki KKN sebagai salah satu sks dalam kuliah di semester ini. Sejujurnya, aku sedikit panik kala itu. Aku langsung bergidik saat membayangkan hidup selama 45 hari di salah satu daerah terpencil dengan kondisi yang sama sekali jauh berbeda dari kota. Pantas saja, aku memang belum pernah tinggal di tempat selain rumah, sehingga kekhawatiran sedikit menghantuiku, walaupun sedikit berlebihan sih.

Kala itu, aku langsung punya tekad besar untuk belajar masak, haha. Ya, aku sudah mengira bahwa KKN adalah masa-masa dimana kita harus memasak sendiri, tidak mungkin kan jika setiap hari harus membeli makanan di warung layaknya di kampus. Alasan lain adalah mungkin aku khawatir jika saja teman-temanku mahir memasak, sedangkan aku belum terlalu bisa hehe, setidaknya aku tidak ingin menjadi wanita yang hanya merepotkan saja, wkwkw

Masa-masa pemilihan daerah KKN adalah masa-masa dramatis menurutku. Coba bayangkan, kita harus begadang sampai pukul 1 dini hari, karena pembukaan pendaftarannya adalah jam tersebut. Telat sedikit saja, mungkin kita akan dapat daerah pelosok hehe. Namun ternyata, pembukaannya diundur pukul 8 pagi. Aku dan teman-teman mendadak kecewa kala itu, haaha, lucu juga kalau diingat-ingat.

Pagi harinya, kami melanjutkan perjuangan untuk langsung online di depan laptop, bahkan beberapa temanku ada yang berangkat pagi untuk dapat mengakses wifi supaya sinyalnya stabil saat mengakses pendaftaran. Hingga akhirnya pukul 8 pagi tiba, namun ternyata semuanya di luar ekspetasi kita, jaringan langsung error, haha. Aku sudah menduga sih, pasti gara-gara banyak mahasiswa yang mengakses secara bersamaan. Dan aku pun harus menelan kekecewaan lagi, beberapa temanku ada yang masih teguh menunggu jaringan yang loadingnya keterlaluan tersebut, tapi tidak untukku. Aku memilih menunggu jaringan stabil pada siang hari dengan konsekuensi mendapatkan daerah pelosok semakin besar.

Siang harinya. Aku mencoba mengakses jaringan kembali dan ternyata jaringan sudah pulih sesuai tebakanku. Namun sayang, beberapa daerah terdekat sudah terpenuhi kuotanya, tinggal daerah-daerah yang agak jauh. Aku pun segera memilih daerah yang masih sedikit bisa dijangkau. Boyolali. Pertimbangannya karena aku sudah sedikit mengetahui daerah tersebut serta jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah, sekitar 1,5 jam saja. Setidaknya aku sedikit bersyukur dan merasa lebih tenang kala itu.



Memaknai Kematian



Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Kematian mungkin menjadi bahasan yang paling dihindari banyak orang, termasuk penulis sendiri. Walaupun sebenarnya kematian adalah bahasan yang pasti datang dan pasti adanya, tak seperti bahasan lain yang mungkin hanya di ada-adakan saja.

Seperti kata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.” (Tafsir Al Qurthubi)

Memaknai kematian bagiku tak akan pernah ada habisnya. Sebagai seorang hamba, tentu dan pasti kita akan kembali kepada pemilik jiwa ini, ALLAH SWT. Namun, pertanyaannya adalah, sudah siapkah kita dengan seluruh amalan kita untuk berpulang kembali pada rumah yang hakiki tersebut? Sudah berapa lama kita tenggelam dalam dunia yang fana serta segala obsesi di dalamnya? 
Ketika waktu itu datang, sudah munculkah perasaan lega, perasaan bahagia karena telah menuntaskan segala kewajiban ibadah kita di dunia? Atau malah perasaan gelisah, takut, dan resah menanti-nanti kematian tersebut karena dosa-dosa yang mungkin telah atau masih diperbuat hingga sekarang?
Sejatinya kita berdiri pada suatu titik kebimbangan yang tak perlu ditanyakan lagi kebenarannya. Kita berada pada tempat dimana kematian menjadi sebuah pengingat keras bagi setiap manusia untuk berhenti dari segala aktivitas  yang sia-sia. Namun sudahkah kita tersadar? Mungkin kita malah menampik kenyataan itu, seolah-olah hidup kita masih lama dan masih ada banyak waktu untuk memperbaiki diri. Padahal kawan, masalah umur adalah rahasia ALLAH.
Beberapa waktu yang lalu, saya baru kehilangan salah satu kakak inspiratif dari universitas ibukota yang meninggal karena kecelakaan. Beliau dikenal sebagai kakak yang ceria, pintar, shalihah, dan bermanfaat, semua itu dibuktikan dengan begitu banyaknya doa yang mengalir dari sahabat-sahabat beliau. Meski baru bertemu kali bertemu saat event yang sama di sumatera dahulu, aku sudah bisa melihat bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang hebat, dan benar adanya. Ketika saya membuka beberapa media social dan tumblr, begitu banyak perjalanan – perjalanan hebat yang telah terukir, begitu banyak ilmu yang sudah dibagikan bagi sekitarnya, dan begitu banyak kontribusi bagi universitasnya sehingga mampu menyenangkan orang tuanya. Betapa mulianya beliau, semoga ALLAH menempatkan beliau di tempat terbaik di sisiNya. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kita bahwasanya, kelak di hari kiamat setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai 5 (lima) perkara, diataranya adalah tentang:
  1. Umurnya
  2. Masa mudanya
  3. Hartanya (dari mana ia dapatkan)
  4. Hartanya (dalam hal apa ia belanjakan)
  5. Ilmu yang dimilikinya
Kita tahu bahwa kematian tidaklah mengenal usia, dan sudah berapa tahun terlewat dalam hidup ini saudaraku? Sudah berapa banyak manfaat yang kita sebarkan? Sudahkah menabung amalan-amalan yang mampu menolong kita di akhirat? Sungguh pertanyaan itu lebih tepatnya tertuju untuk diri saya sendiri. 
Dan betapa kerasnya hati ini, tidakkah tergerak dan tertampar saat melihat beberapa fenomena yang terjadi? Meninggalnya beliau menjadi salah satu pengingat keras untukku sendiri. Sungguh diri ini malu, karena diri ini belum bisa menabung amal dan menghapus dosa, meskipun diri ini juga sadar bahwa kematian itu sungguh dan sudah pasti akan terjadi. Ijinkanlah hamba yang penuh dosa ini untuk bertemu denganMu kelak ya Rabb. Astaghfirullah.


Selasa, 25 Juli 2017

Pilih Pilihan yang Mendekatkan KepadaNya





Mungkin pernah suatu saat kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang sulit untuk diputuskan.
Apakah kita harus memilih sesuatu yang mungkin terasa sulit dan penuh rintangan untuk mencapainya. Atau memilih pilihan yang mudah namun tak sesuai dengan harapan kita.
 

Ada yang memilih pilihan ke 2. Ya, mungkin mereka beranggapan bahwa lebih baik berada pada zona nyaman yang sudah diketahui pasti akhirnya daripada memperjuangkan sesuatu yang nyata2nya sudah sulit dicapai sejak awal serta belum tentu berakhir dengan keberuntungan, walaupun sebenarnya pilihan itulah yang sesuai hati kita.
 

Tapi ingatlah satu hal, yaitu pilih pilihan yang mendekatkan kepadaNya.
 

Mungkin orang yang memilih pilihan pertama dianggap sebagai orang yang tidak masuk akal, bagaimana bisa memilih sesuatu yang susah di awal dan belum tentu berakhir bahagia. Namun perlu diingat, bukankah sesuatu yang menurut kita susah dicapai itulah yang menyebabkan diri kita akan lebih banyak meluangkan waktu untuk mendekat kepadaNya, berharap agar Allah mempermudah segala urusan kita? Bukankah tidak ada daya kekuatan dan pertolongan apapun melainkan dari ALLAH datangnya?
 

Jadi, jangan ragu untuk memilih pilihan yang mendekatkan kepadaNya, apapun tantangan yang akan dihadapi. Karena ALLAH pun akan selalu bersama orang2 yang selalu mendekat kepadaNya.

Selasa, 04 Juli 2017

TULISAN



Memilah apa yang layak kita tulis. Semenjak beberapa hari lalu, saya baru sadar, apa yang kita tulis ternyata sangat mempengaruhi banyak hal dalam kehidupan. Betapa besar pengaruh sebuah tulisan bagi para pembaca yang mungkin sebelumnya sudah mengikuti tulisan kita. Seperti halnya para penggemar buku dari penulis-penulis terkenal dunia ini. Tanpa sadar, tulisan-tulisan itulah yang akan mempengaruhi jiwa dan kepribadian para pembaca.
Beberapa hari yang lalu ketika saya berkunjung di salah satu toko buku kota, saya melihat seorang penulis yang tidak diragukan lagi kualitas dan keindahan tulisan di dalam buku-bukunya. Saya juga sangat mengagumi penulis itu dalam merangkai kata demi kata menjadi tulisan yang apik hingga menyentuh rasa ketika dibaca. Tak pelak, banyak sekali pengunjung yang memadati acara meet and greet tersebut. Hal ini menunjukkan betapa seorang penulis memiliki pengaruh yang besar untuk menyebarkan pemikirannya kepada para pembaca yang sudah bertahun-tahun mengikuti tulisannya. Hingga sampailah saya pada suatu kesimpulan bahwa, pikiran yang kita tuangkan dalam tulisan itulah yang hendaknya diluruskan.
Mungkin sebagian dari kita kita sibuk menulis beberapa cerita yang dibumbui kisah cinta remaja penuh romantisme dan angan-angan kosong tentang kekasih pujaan hati dan cinta bertepuk sebelah tangan.-begitu pun dengan saya dahulu-. Rasanya tema cinta menjadi salah satu topik tulisan yang tak lekang oleh jaman. Benar saja, berdasarkan pengalaman saya saat membaca dan menulis beberapa tulisan, akan lebih mudah menuangkan perasaan dalam tulisan kita, menjadi sebuah rangkaian kalimat yang indah dan menyentuh jiwa, seperti gombalan-gombalan cinta yang mungkin sudah umum kita dengar selama ini ya. Namun tak sedikit yang sibuk mengisi ceritanya dengan perjuangan memperjuangkan kehidupannya baik dalam urusan karir, pendidikan, dan lain-lain
Mungkin kita tak menyadari dampaknya secara langsung saat ini juga. Tetapi, seiring berjalannya waktu, Ketika Saat ini kita sedang menulis cerita. Anak-anak dan murid-murid kita kelak mungkin akan bertanya tentang semua itu. Mungkin, kelak kita akan sibuk memilah mana cerita yang akan kita sampaikan. Mungkin kita pula tidak bisa menceritakannya karena tidak ada cerita yang menarik dan bijak, sehingga kita terpaksa membuat cerita karangan. Mungkin kita akan tersenyum antusias dan menanyakan kembali kepada anak-anak kita, cerita mana yang ingin mereka dengar.
Saat ini kita sedang menulis seluruh jenis cerita dan tulisan. Cerita itu sedang berjalan sehinga bisa menjadi pembelajaran bagi anak-anak dan mungkin murid-murid kita kelak. Kita harus menjadi lebih bijaksana dengan apa yang kita ucap dan tulis. Karena merekalah yang berhak mendapatkan pembelajaran hidup yang benar tanpa mengulangi kesalahan yang sama.
Sehingga, lambat laun saya mulai menyadari pasca hijrah ini, bahwa proses hijrah tidak hanya menyangkut perubahan pakaian dan perilaku saja. Namun, hijrah juga tentang bagaimana kita menghasilkan karya yang bermanfaat, karya yang lahir dari pikiran-pikiran yang jernih dan tidak haram tentunya. Begitu pun dengan tulisan, akan sangat disayangkan jika tulisan kita pun tidak ikut berhijrah sebagaimana niat penulisnya.
Dan sekarang saya baru sadar, betapa pentingnya memilah apa yang layak kita tulis. Tak lain dan tak pelak adalah untuk menghindari pemaknaan buruk dari pembaca kita. Tujuan lain adalah agar kita bukan termasuk orang yang menyampaikan tulisan-tulisan yang tak berfaedah. Jangan sampai orang lain terpengaruh konten tulisan yang sebenarnya tidak baik namun terkesan menarik dan melenakan perasaan karena keindahan majas dan diksinya. Jadikan tulisan kita tulisan yang bermanfaat, tulisan yang mengandung nilai-nilai moral dan pesan kebaikan.
Semangat menulis yaa J