Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Sabtu, 18 April 2015

Antara aku, kamu, dan HIMA


Apakah aku menyangka pertemuan ini?
Apakah kau juga menyangka pertemuan ini?
Apakah kita juga menyangka akan ada pertemuan ini?
Dalam ukhuwah HIMA, kita dipertemukan.
Semua kebersamaan yang terjalin indah tak selamanya berasal dari kehangatan dan keharmonisan juga bukan?
Juga seperti kita? 
Apakah terbesit sekali saja di dalam benak kita, akan ada kehangatan yang benar-benar mampu menghangatkan hatiku untuk menghadapi segala penat, yang selama ini hanya kubisa pendam sendirian ?
Dan aku memilih jalan yang tepat dalam menyudahi semua terpaan itu.
Sebuah Jalan bernama HIMA.
--##--##--##--
Yaa, semua berawal dari saat itu, saat aku memasuki gerbang kampus IV PGSD dan mulai mengenal beberapa organisasi di sana.  HIMA menjadi salah satu dari beberapa Organisasi di PGSD. Ketika aku mengetahuinya, apakah aku langsung berminat memasuki organisasi ini?
Sama sekali tidak. Pada Osmaru pertama, aku tidak menjadi orang yang mengacungkan jari untuk mendaftar organisasi ini. Entah Mengapa aku begitu menganggap sebelah mata sebuah organisasi saat itu. Aku beranggapan bahwa setiap organisasi hanyalah menyita waktu kita untuk bermimpi dan meraih prestasi. Namun anggapanku salah besar dan aku semakin  menyesali dugaan itu, saat aku melihat beberapa prestasi dari pengurus HIMA sendiri. Semenjak saat itu, aku mulai membukaa hati untuk mengikuti organisasi di kampus itu dan mencoba keluar dari zona nyuamanku selama ini. Di samping mengikuti SIM dan SKI, akhirnya aku memilih HIMA sebagai salah satu organisasi yang kuharapkan dapat mengembangkan softskillku ke depannya.
Dan pada saat kuliah umum pertama itu, aku memutuskan untuk mengambil formulir pendaftaran tersebut. Awalnya aku sangat pesimis dengan kemampuanku. Pasalnya, tidak ada organisasi yang benar-benar kutekuni selama SMA, paling lama hanya 1 tahun saja itupun tidak terlalu aktif, hehe. Satu per satu agenda seleksi pun aku ikuti, dari HIMASCO, PGSD Cup, Wawancara hingga PLDK. Dan Semuanya berkesan. Aku bertemu teman-teman dan kakak-kakak tingkat yang sangat mengisnpirasi.
HIMASCO
Mungkin aku tidak terlalu mengingat materi yang di sampaikan pembicara super saat itu. Karena review nya sudah kupost di blogku juga yaitu ingridelvina.blog.uns.ac.id (Eheem promosi :D). Yang jelas, HIMASCO benar-benar membuka hatiku untuk keluar dari zona nyamanku. Keluar dari kemalasan yang menipu dan menghalangi mimpi-mimpiku itu.
PGSD Cup
Nah, nah... Kemampuanku dalam berorganisasi benar-benar diuji di sini. Sebenarnya, aku tidak ingin mengingat kejadian-kejadian dari sana yang kebanyakan sangat memalukan. Tetapi, aku berusaha bernostalgia kembali, mengenang masa-masa yang tentu saja memiliki banyak hikmah dan pengalaman itu.

PGSD Cup adalah salah satu program kerja dari HMA yang  memiliki beberapa lomba bidang olahraga untuk dipertandingkan. Yang membuat berbeda adalah panitianya berasal dari angkatan 2014, yang notabenenya adalah mahasiswa baru saat itu. Mungkin bagi yang lain menjadi salah satu panitia di sana adalah hal yang biasa. Tapi tidak untukku. Tidak akan menjadi hal biasa saat aku benar-benar tak memiliki pengalaman untuk mengkoordinir acara selama ini. Apalagi aku ditempatkan menjadi salah satu penanggung jawab lomba di sana. Jeng, jeng… Dan perjuangan itu pun dimulai.
Setiap detik hari-hariku selama sebulan itu pun dipenuhi kegugupan. Perasaan was-was, takut, dan cemas bercampur jadi satu, teraduk-aduk dan menetap di kepalaku. Hanya saja aku tidak terlalu menampakkannya jadi tidak secemas seperti yang kalian pikirkan bukan? Padahal isinya? Jangan tanya deh!
Namun, aku sedikit merasa lega, karena setiap lomba terdapat dua temanku lain dan kakak kelas yang menjadi pendamping. Nah untuk tenis meja sendiri ada mas Bima.  Ya, sedikit lega. Setidaknya aku tidak bekerja seorang diri. Walau begitu, sepertinya ada masalah yang akan memenuhi kepalaku kembali. Kok cowok? 
Masalah itu adalah saat aku harus meminta arahan lomba dari kakak kelasku itu. Bukan apa-apa, tapi aku dulunya adalah perempuan pemalu, yang sama sekali nggak biasa interaksi dengan laki-laki yang baru kukenal apalagi sama kakak kelas . Aduuh -.-
Walau sebenarnya aku begitu ingin berkata segala hal, tapi keraguanku mengalahkan segalanya. Butuh pikiran berpuluh-pluh kali, untuk tanya kepada Mas Bima, walaupun hanya sekedar menanyakan “Mas, nanti jadi wasit ya?” atau “Mas, bisa pinjam bet?” Aaaa maluu banget. Nggak bisa, nggak bisa! Jadi, jangan salah paham dengan sifatku, ya. Walau pun aku terkesan pendiam dan jarang menunjukkan keramahan, tapi aku nggak sombong kok. Itulah salah satu sifat yan menjadi kekuranganku selama ini, sifat pendiam, pemalu dan nggak enakan. Duh, kok kekurangan semua u,u.
Walau begitu, berkat bantuan mas Bima semuanya dapat  lancar. Walaupun banyak sekali masalah-masalah dan konflik batin di setiap perjalanan PGSD Cup. Dari banyak kakak kelas yang protes, kakak kelas yang tiba-tiba ganti jam karena ada kuliah dadakan, atau dari pemain yang lama banget nggak datang, sampai-sampai ditunggu 1 jam dan akhirnya nggak jadi. Ya Allah, aku harus kuat. Dan pada suatu hari, ada saatnya benar-benar kualami kecemasan yang begitu nyata. Mengapa Dari 10 wasit yang saya hubungi dan lagi-lagi dengan dorongan yang begitu kuat dari dalam diri. Semuanya mengatakan,” Aku nggak bisa dek” So, This is the heartache?

Ada lagi! Saat itu, di tengah pelajaran aku diam-diam mengetik SMS kepada mereka untuk sekedar meminta konfirmasi atau mengobrol dengan temanku yang sesama PJ lomba agar tidak terjadi tabrakan waktu. Tapi ada saatnya dosenku menngetahuiku mengirim sms, walaupun sebenarnya beliau hanya memandangku sinis tanpa menegurku. Tapi aku jadi nggak enak juga, jadi merasa bersalah lhoo, masa calon guru nggak memperhatikan pelajaran?  Tapi itu murni kesalahanku, aku yang tidak bisa membagi waktu berorganisasi dan belajar. Dan aku tidak akan mengulanginya lagi. Maklum, anak baru.

Dan ketika kita sudah memfix an jadwal pertandingan, ada ada saja yang masih protes. Ya ampun, terkadang saya frustasi sendiri. Bukankah HIMA itu udah baik hati ya? Ada kuliah jadwal lomba bisa diundur, dimajuin bisa, itupun masih banyak yang protes. Ya Allah berilah pahala yang banyak untuk HIMA, Hhehe :D. Tidak berhenti di situ saja. Entah mengapa, mulai saat itu, Pembicaraanku dengan ganing (temanku di PJ badminton) tak pernah lepas dari pertandingan, jadwal kuliah kakak tingkat, wasit, dan lain sebagainya. Ahh, kenapa kita terlalu kepo kpada mereka. Ckckckck. Namun, Kabar baiknya Aku pun jadi kenal beberapa kakak tingkat, yang ternyata ada kakak tingkat masa SMP dan SMA yang belum kuketahui sebelumnya. Lalu, Aku yang buta pengetahuan dari tenis meja pun sampai hapal peraturan mainnya. Alhamdulillah deh. :o
Pokoknya hari-hariku dipenuhi dengan rasa nggak enak sama kakak tingkat dan itu berlangsung lama. Walau begitu, Mas Bima, mas baim, mbak Sandra, mas hendrik sebagai wasit dan  teman-teman lain alifah, dwi arum, rosa, ganing, dan lain sebagainya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu selalu berbaik hati membantuku dan mampu menjadikan pertandingan kembali seperti yang sudah direncanakan. Terima kasih sekali. Kalau tidak ada kalian entah aku jadi apa? Tapi emang karena saya orangnya belum ahli mengkoordinir acara, ada-ada saja halangan yang terjadi, dan ujung-ujungnya rasa nggak enakanku itu hadir lagi. Maaf ya.
 
Dan ketika semua itu akan berakhir, ada kelegaan sendiri. Namun mengapa harus ada air mata di ujungnya? Yaa, ada di saat aku tidak bisa menahan air mataku  saat itu. Aku lelah dengan semua ini, aku lelah dengan kondisi yang selalu kontra denganku, aku lelah menjadi kecemasan orang tuaku, dan aku lelah jika saja aku tidak bisa bekerja dengan baik di setiap acara. Malam itu, aku ingat sekali, air mata ini tidak bisa kutahan, kubiarkan mengalir begitu deras selepas sholat maghrib. Dan aku tidak berhasil menutuupinya, aku tidak berhasil menyembunyikan kesedihanku dari Mbak Hana, linda, Ita, Alifah, ganing dan Rosa yang saat itu mengetahuiku menangis. Mereka bertanya alasannya?
Tapi, maaf atas segala kebohongan setiap kali kalian bertanya alasanku menangis. Aku hanya tidak ingin kalian merasakan rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan. Jadi, yang kubutuhkan adalah sendiri. Maaf. Dan di tengah perjalanan pulang, aku melanjutkan tangisanku. Waktu yang tEpat untuk menangis di tengah kegelapan malam dan di sela deru kendaraan yang mampu menutupi tangis dan isakanku kala itu. 
Pesan dari mbak Hana yang benar-benar kuingat adalah biarkan terpaan dan cobaan itu menghampirimu. Karena mereka akan menguatkan jiwamu. Di tengah hiburan dan tepukan pundak yang menghangatkan itu, ada rasa yang tidak pernah berubah dari sini, dari sebuah organisasi bernama HIMA.
Pgsd Cup telah berakhir. Alhamdulillah setidaknya aku sedikit lega.  Walaupun masih ada rangkaian seleksi yang menunggu, tetapi entah mengapa aku ingin mengakhiri semua ini. Bagiku sudah terlalu banyak pengorbanan yang aku jalani. Namun, Apakah aku akan mundur begitu saja, ketika semua rintangan itu sudah berhasil kulewati. Apa yg harus kulakukan?
Dan selama seleksi selanjutnya adalah wawancara. Ketika seleksi wawancara itu berlangsung, banyak pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan, ada yang bisa kujawab, ada yang nggak bisa, ada yang ngawur. Tapi kebanyakan nggak bisa jawab.  Dan tiba saatnya, Ketika pengumuman hasil seleksi itu keluar, aku hanya bisa pasrah. Aku tidak berharap banyak atau sampai berharap diterima, sama sekali tidak. Tetapi, kenyataan berkata lain. Kertas putih itu menuliskan statusku sebagai calon pengurus HIMA selnjutnya. Satu amanah menunggu untuk dikerjakan. Aku terpaku sejenak, kebingungan menyelimuti diriku. Terkadang aku berpikir, apa alasan mereka memilihku? Apa kelebihan yang aku miliki hingga mereka menunjukku menjadi salah satu di antara orang-orang berpengalaman dan berprestasi di sana? Bukankah, mereka juga sudah melihat kinerjaku selama magang. Banyak sekali kekurangan yang kulakukan, tapi aku hanya dapat menerimanya dengan lapang dada. Allah pasti memiliki rencana lain di balik semua ini. I will do my best !
Dari segala aktivitas di atas, banyak hikmah yang dapat kuambil. Bahkan ketika aku sadar, keuntungan dan hikmah itu lebih besar dari segala rintangan dan terpaan selama ini. Sebuah pengalaman yang sangat berat untuk ditinggalkan apalagi diabaikan. Pokoknya aku tidak pernah menyesal bergabung dengan HIMA, aku tidak pernah menyesal atas semua rintangan selama ini, dan aku tidak akan menyesali banyaknya air mata yang telah tumpah. Karena semua sudah terbayarkan. Terbayarkan dengan segala bentuk pengalaman dan hikmah di setiap kebersamaan ini, bersama mereka. Keluarga baruku. Sepertinya pilihanku sangatlah tepat.
PLDK
Salah satu program kerja PKO yang diikuti oleh calon pengurus HIMA yang baru. Salah satu pengalaman yang lagi-lagi menjadi sangat berharga untukku. Pasalnya aku belum pernah menanjak setinggi itu? Hahaha.  Bagi yang mau melihat rincian pengertiannya bisa dilihat di blog UNSku “INGRIDELVINA.BLOG.UNS.AC.ID” *Err promosi lagi? Abaikan :D*
Ya, apa kata yang tepat saat menggambarkan PLDK?
Mengejutkan!!!
Benar-benar mengejutkan. Oh, ternyata ini to yang dibincang-bincangkan teman-teman dulu. Kalau PLDK itu menegangkan dan bakal menguji mental dan fisik. Yup, kalian benar. Dan itu semua diluar dugaan. Pikiranku sebelumnya, PLDK itu bakalan piknik bareng, makan bareng, nyanyi bareng, liat bintang bareng-bareng di malam hari. Tapi itu semua salah besar teman- teman, dan saya menyesal sudah mengkhayalkannya. 
Pertama kalinya kami dipanggil , sekitar 30 orang dikumpulkan di Gor PGSD. Aku sudah berprasangka buruk terus waktu itu. Gimana tidak, kami sudah telat 10 menit dan dengan santainya kita ngobrol dan ketawa-ketawa di tengah ekspresi kakak-kakak tingkat yang serius-serius itu. Bayangkan!
Lalu kami disuruh berbaris. Dan diberi pengarahan, dan terkejutnya lagi! Perbincangan di luar itu menjadi kenyataan. Kami harus pergi ke tempat tujuan naik bis dengan uang yang sudah ditentukan, lalu masih mendaki dengan tas carrier yang beratnya itu lhoo. 
Sebenarnya, banyak sekali pengalaman selama di bis. Bagaimana tidak? Selama perjalanan, di tengah penumpang lain kami bernyanyi mars HIMA. Bisa dibayangkan, ketika penumapng lain diam, kita seperti berubah menjadi penyanyi yang siap menghibur mereka. Woow, teman-temanku benar-benar keren.
Ada juga mas-mas penumpang Bis yang baik banget sama kita. Kebetulan, bisanya lagi penuh sesak, dan semakin bertambah sesak ketika tas carrier kami memasukinya. Kebetulan sekali aku dan dwi arum berada di belakang ya. Terus tiba-tiba kernetnya nyuruh tas carrier kita dipindah ke pojok atas bis, karena dinilai makan banyak tempat. Hla memang iya :D. Terus kita kan bingung, nanti yen jatuh gimana? Lalu ada mas-mas yang duduk di belakang juga menawarkan diri untuk menjaga tas-tas kita dengan senang hati. Jadi mas-masnya itu duduk di pojokan atas terus megangi tas kita gitu, tanpa rasa malu. Oh, jangan meleleh ya, biasa aja! Big thanks banget deh buat mas-mas tanpa nama itu hehe.
Di tengah perjalanan panjang itu, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Sebenarnya bukan tempat tujuan yang sebenarnya sih. Karena tempat tujuannya itu masih ada di atas nan jauh di sana. Ada beberapa pos yang menunggu kita, dan saat itu pula aku hampir menyerah. Bagaimana tidak? Aku sangat kelelahan memikul beban itu apalagi di tambah jalan yang menanjak. Walau sebenarnya teman-teman lain saling memberi semangat dan dorongan. Tapi itu tidak cukup membantu mengatasi rasa lelahku. Rasanya ingin sekali menyerah.
Aku pengen berhenti sedikit lama, tapi karena mendengar semangat dari kakak tingkat, siapa ya? Mas nanda sama mas dayat yang nasihatin temenku lain, “Masa sudah sampai sini sudah mau nyerah dek?”. Aku pun jadi semangat lagi. Perjalanan panjang itu benar-benar bermakna sekaligus berkesan. Perjalanan bersama dengan suasana malam yang begitu syahdu, ketawa bareng, istirahat bareng, capek bareng, minum bareng, makan bareng, dan berkeluh kesah bareng, semuanya komplit deh. Dan best momen adalah, saat kita beristirahat sejenak untuk sekedar melepas penat kemudian Ribuan bintang dan kemerlip cahaya kota di bawah sana menyambut mata kami malam itu. Aku dapat melihatnya, keindahan dan pengalaman yang tidak dapat terbayarkan oleh apapun. Dan sejatinya aku baru menyadari makna dari perjalanan panjang ini.
Dan akhirnya sampailah kita dipuncak tujuan kami. 2 hari kami habiskan untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan itu. Waktu yang benar-benar berharga untuk dilewatkan, dari tidur di tenda bareng-bareng, masak bareng, makan bareng, sholat bareng, dan berpetualang bareng dengan keadaan yang sangat menegangkan :D. Dari ditegur habis-habisan sama mas Bima, mas Ento, mas reza. Duh, bener-bener menguji mental. Tapi di antara semuanya, aku paling takut sama mas Reza. Gimana ya, walau pun setiap teguran dan ketegasan mereka nggak pernah tak masukin hati. Tapi kenapa marahnya mas Reza itu ngena banget ya? Kenapa ya? Entah lah
Ketika hari terakhir PLDK itu akan tiba. Pada waktu fajar yang tak akan terlupa. Kami berkumpul meneriakkan nama seseorang. Hari itu dimana saya teriak-teriak nggak jelas buat mengejar seseorang. Dan seumur-umur saya nggak pernah ngejar seseuatu sampai segitu perjuangannya. Sampe harus nangis, sakit, pegel. Rasanya itu aku sudah mencurahkan segala isi hatiku, kemudian mbak-mbak yang mendampingku masih suruh teriak-teriak lagi. Ya Allah, aku sudah kehabisan kata-kata hehe. Dan kalian tahu apa rasanya jadi aku? Rasanya jadi orang yang biasanya pendiam terus disuruh teriak-teriak sekuat tenaga seperti itu? Malunya nggak ketulungan, malu banget. Bahkan aku sampai nggak tega lihat diriku di videonya.

Tapi sekali lagi, semua itu benar-benar berhikmah. Setelah kita bernangis-nangis ria. Semuanya kembali normal. Tak ada ketegangan, tak ada teguran, tak ada dendam. Semuanya berbaur menjadi satu kembali dalam sebuah kebersamaan. Tahukah kalian apa yang dibenakku saati itu?

Aku terharu..
Tak ada kalimat yang lebih tepat menggambarkan keadaanku saat itu selain haru. Aku bersyukur bahwa seseorang penuh kekurangan sepertiku bisa menjadi keluarga dalam lingkup HIMA. Sebuah keluarga yang tidak bisa kudapatkan di lain tempat. Alhamdulillah.
Semenjak itu, kami saling memperbaiki diri, menambah komitmen, dan semakin mengikat tali persaudaraan kami di dalam keluarga besar HIMA. Banyak sekali kenangan hingga akhirnya aku ditempatkan dalam divisi kominfo dengan kisah antara aku, kamu dan kominfo  yang akan saya liput pada edisi selanjutnya. Eciee :D
Ada yang beda sepulang PLDK. Alhamdulillah kita jadi semakin solid saja, mungkin itulah alasan dari tujuan PLDK sesungguhnya. Dan yang paling aneh, saya jadi nggak gampang nangis lagi pas nonton film atau baca cerita sedih. T_T. Padahal mereka genre favoritku. Yaaa, mungkin hikmah yang lain adalah itu, hal yang membuat kita lebih tegar dan kuat, serta lebih yakin dalam menjalankan segala program kerja HIMA.
HIMA telah mengajarkanaku banyak hal. Pilihanku sungguhlah tepat. Benar-benar banyak yang berubah dari diriku. Dari diriku yang mulai bersikap sedikit terbuka, berlatih ngomong di depan banyak orang, dan juga pengalaman handle acara. Aaah, lagi-lagi tak ada kata yang pas selain haru. Malam itu, UP GRADING HIMA 1.
 
Sebuah acara yang keren dan kece. Karena kami bisa didekatkan lagi dan  diharmoniskan kembali dalam lingkup sebuah keluarga. Sebuah acara yang membuatku seperti bernostalgia kembali. Bernostalgia tentang masa itu, masa dimana kita dipertemukan dengan ketidaksengajaan. Dan sekarang kita sudah bertransformasi menjadi sebuah keluarga yang sangat kompak. 
Banyak sekali perubahan dari diriku. Banyak sekali inspirasi yang datang, kekaguman yang datang, dan pengalaman yang berharga pula. Aku banyak mengambil figur dari kakak tingkat dan  teman-teman yang semakin membuatku mengintropeksi diriku kembali, menyadari bahwa diri ini masih terlalu banyak kekurangan dalam segala hal. Aku bahagia bisa belajar bersama kalian. Aku bahagia, ketika aku berhasil melegakan setiap beban yang terkadang menghampiri, dan seakan semua beban itu lenyap tak berbekas ketika wajah-wajah itu menyuguhkan keramahan dan canda tawa yang selalu menentramkan.  Tahukah kalian seberapa besar perasaan bahagiaku? Besar sekali. Sebuah rasa yang tak mungkin aku ungkapkan melalui lisan. Karena pun aku tidak berani melakukannya. Aku terharu. Apapakah kalian tahu? Entah mengapa aku tiba-tiba ingin menangis di saat materi pertama kala itu, tapi aku tidak tahu alasannya. Mungkin karena kalian dan kebersamaan ini. Aku ingin kebersamaan ini terus terjalin sekarang dan seterusnya. Aku ingin selalu menatap mereka, wajah-wajah penuh keceriaan dan senyuman yang menenangkan. 
Lagi-lagi dibalik diamku, aku menatap  satu per satu sinar wajah itu, tepat di sana, di bawah lampu malam hari. Tepat ketika suara-suara itu saling menyahut penuh kehangatan bersama canda dan tawa yang tak pernah lepas darinya
Terima kasih telah menerimaku, terima kasih atas ukhuwah ini. Maaf apabila kalian tidak nyaman berada di dekatku dengan sifatku ini. Maaf telah menjadi teman yang membosankan bagi kalian, walau sebenarnya aku juga ingin menjadi salah satu orang yang dapat berbaur dan mencairkan suasana seperti yang lain. Tetapi, itulah kalian, ketulusan hati itu sangatlah kental terasa. Aku beruntung bisa mengenal kalian. Aku beruntung bisa berada di sini. Sebuah organisasi yang awalnya terjalani penuh ketegangan dan kesedihan. Tapi bukankah kebahagiaan itu tak selalu berawal indah. Dan bukankah kita akan bisa lebih memaknai kebahagiaan setelah melalui kejadian yang menyakitkan terlebih dahulu? Dengan begitu kita akan lebih menghargainya, berusaha menjaga, dan berharap kebersamaan berharga ini akan tetap ada, selamanya.
Terima kasih untuk segalanya
Aku sayang kalian
Sukoharjo, 18 April 2015
Untuk kalian, keluarga besarku.
Ditulis dengan curahan perasaan yang  sesungguhnya

Jumat, 10 April 2015

Sebuah Penghargaan



Alhamdulillah punya kesempatan untuk menulis lagi,
 Lagi-lagi Tulisan ini berawal dari sebuah memori sederhana penuh rasa.

Hati yang berdebar masih mengiringi jari-jariku yang lincah menari di atas keyboard lama.
Sunggingan senyum ini masih nampak di setiap memori yang berlalu baru saja.
Sebuah memori sederhana yang membuat perasaanku luluh seketika
Sebuah memori berupa tulisan denotatif yang sangat dimengerti maknanya.

Sebuah tulisan dari salah satu pemimpin sekaligus inspirasiku dalam berorganisasi.
Bisakah kalian membayangkan bagaimana rasanya ketika sifat – sifat kalian dipuji oleh mereka yang kalian hormati?
Aku dapat menebaknya..
Terharu, bahagia, bangga?
Tapi hati yang tak berhenti berdebar ini menjadi jawaban yang paling tepat
Untuk menggambarkan sebuah debaran tanpa makna.

Sebuah tulisan mengenai penghargaan terhadap sifat-sifat buruk.
Apakah hal itu bisa dipercaya?
Apa manfaat dari sifat buruk hingga mereka dapat dihargai?
Aku juga tak mengerti,
Aku hanya manusia yang hina tanpa kelebihan yang berarti
Tapi mengapa sifat yang ku anggap buruk itu malah kau puji?
Sifat buruk yang ingin sekali kusingkirkan jauh - jauh
Tapi, Apakah aku akan tetap menghilangkannya meskipun pujian itu justru datang untuknya?

Sekalipun pujian itu bukan untukku, tapi aku sudah sangat berbahagia..
Tidakkah kau mengetahui betapa bahagianya aku?
Hatiku yang masih tak berhenti berdebar inilah yang menjadi penandanya

Aku pun penasaran, sama sepertimu
Penasaran mengenai seseorang yang kau kagumi akan sifatnya, bukan?
Seseorang yang memiliki sifat sepertiku.

Ah, aku terlalu tinggi berkhayal
Mana mungkin 'seseorang' itu aku?
Tidak Mungkin! Sangat Tidak Mungkin!
Yang pasti aku sudah cukup bahagia dengan penghargaanmu
Terlepas seseorang itu bukan diriku
Yang terpenting sifat-sifatku pun sudah berada pada dirinya
Namun, Apakah aku juga mendapat penghargaan yang sama sepertinya?


--Untukmu,
Inspirasiku :)