Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Sabtu, 11 Maret 2017

Guru yang Cinta Menulis



Aku adalah calon seorang guru. Aku adalah calon yang kata orang akan menjadi manusia yang digugu dan ditiru bagi murid-muridku dan seluruh elemen masyarakat lainnya. Kata orang, pekerjaanku mulia, menyampaikan ilmu yang bermanfaat bagi para penerus generasi masa depan. Kata orang pekerjaanku adalah pekerjaan yang berkah, karena menyampaikan ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amalan yang tidak akan terputus oleh kematian, sebuah amalan yang pahalanya akan terus mengalir hingga ke akhirat kelak
Alhamdulillah, aku bersyukur Allah memberikan kesempatan menjadikanku calon guru. Ya memang sejak awal aku ingin mendedikasikan diriku menjadi manusia yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Aku ingin mengubah karakter-karakter anak-anak didikku agar menjadi bangsa yang berkualitas kelak di kemudian hari. Itulah bentuk pengabdianku.
Bukankah seorang guru tidak hanya dituntut bisa mengajar saja? Seorang guru yang profesional memiliki tugas utama yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah (UU No. 14 Tahun 2015). Guru yang profesional juga dituntut untuk dapat mengembangkan keprofesiannya. Pengembangan keprofesian untuk guru diarahkan agar memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial, dan kepribadian dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya.
Begitu pun denganku, aku tak ingin hanya menjadi seorang guru yang memberikan ilmu dan inspirasi kepada masyarakat di sekitarku. Aku ingin memberikan ilmu ini untuk seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia, melalui sebuah tulisan. Mengapa? Karena Aku sadar bahwa suaraku ketika mengajar hanya bisa mencapai murid-muridku di kelas saja, namun dengan tulisan, aku yakin niatku bisa menyentuh hati dan pikiran lebih banyak orang. 
Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian, begitu kata Pramoedya Ananta Toer.
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa menulis merupakan salah satu kegiatan dilakukan oleh masyarakat. Selain memberikan manfaat berupa menyebar ilmu kebaikan, dengan menulis kita dapat melatih bagaimana melahirkan kata-kata yang bermakna dan berkualitas. Namun sayang, aktivitas ini masih jarang dilakukan oleh mayoritas masyarakat kita terutama para pemuda.
Kita sudah banyak menemukan pemuda-pemuda yang sukses berkat bakat, prestasi, atau usahanya. Namun, sebagian besar dari mereka masih awam dengan dunia tulis menulis. Banyak yang beralasan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menulis. Sebenarnya saya tidak terlalu setuju akan hal ini. Saya yakin  pemuda-pemuda di luar sana sudah memiliki modal yang besar untuk menulis. Banyak mahasiswa yang sudah menghabiskan banyak waktu untuk membaca buku, mengikuti kajian, bahkan melakukan penelitian-penelitian yang luar biasa.
Tapi mengapa mereka tidak menularkan dan menyebarkan ilmu yang mereka dapatkan kepada orang lain? Apakah alasan tidak bisa menulis menjadi pemicunya? Aku rasa tidak. Keputusan untuk menulis adalah soal kemauan, jika kita memiliki kemauan yang besar untuk bisa menulis tentu saja hal itu bisa tercapai.
Walau memang menulis sendiri adalah sebuah perjalanan yang panjang. Kesempurnaan diksi dan majas yang berpadu seimbang dalam tulisan akan kita peroleh jika kita terus berlatih. Sejatinya jika kita ingin mahir menulis bukanlah diukur dari seberapa banyak kita mengikuti training/seminar kepenulisan oleh penulis-penulis hebat di luar sana. Namun kelihaian merangkai kata-kata itu didapat jika kita rutin menulis setiap hari. Karena sejatinya latihan terpenting bagi seseorang yang ingin pandai menulis yaitu dengan menulis itu sendiri.
Jika saja semua pemuda memiliki tekad untuk menulis, tentu segala pencapaian dan ilmu yang mereka miliki dapat dilihat banyak orang dari seluruh dunia. Sesungguhnya Tulisanmu memiliki potensi yang besar dalam merubah dan membangun masyarakat ke arah yang lebih baik. Masyarakat yang sedang mencari solusi untuk menyelesaikan masalah di daerahnya mungkin akan menemukannya dalam tulisan yang kamu bagikan. Dengan begitu, tulisanmu akan menjadi jembatan abadi bagimu dan orang-orang di sekitarmu serta jembatan ilmumu untuk dunia ini.
Itulah kekuatan tulisan. Sebuah rangkaian kata yang jika dibaca dapat membuat dunia mengakuimu, meski sama sekali penduduk dunia belum pernah bertemu denganmu. Hanya dengan membaca tulisanmu saja sudah membuat mata dunia tertuju padamu dan penasaran akanmu. Ya, dengan alasan itulah aku mendedikasikan diriku menjadi guru yang terus menulis.
Mungkin menulis tidak sehebat bentuk pengabdian lain. Mungkin menulis tidak  lebih tinggi kelasnya seperti turun langsung ke jalan, memberikan penyuluhan pada masyarakat, ikut andil dalam kegiatan sosial dan lain sebagainya. Banyak sekali yang memaparkan bahwa pengabdian yang sebenarnya adalah dengan terjun langsung ke masyarakat. Ya, aku mengakuinya, aku tidak membantah hal ini. Namun bagiku, hal itu tidaklah cukup. Hal itu berasa kurang karena hanya mereka yang terjun ke masyarakatlah yang akan merasakan manfaatnya. Kegiatan sosial sehebat apapun jika tidak dituliskan dan dipublikasikan tentu tidak akan menjadi inspirasi serta mendatangkan manfaat bagi orang banyak.
Bukankah selain mengabdi, tugas yang harus kita emban adalah menyampaikan ilmu yang bermanfaat? Agar segala bentuk aktivitas kita dapat dikenal dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di luar sana yang ingin melakukan aktivitas sosial juga.
Begitu pun dengan sejarah bangsa kita. Aku ingin menjadi salah satu pemuda bangsa ini yang terus menularkan apapun yang dimiliki negeri ini dalam bentuk tulisan. Aku tahu, Indonesia merupakan negara luar biasa yang memiliki sejuta kekayaan leluhur. Namun sayang, belum banyak penduduk dunia yang mengetahuinya, bahkan bangsa kita sendiri bisa jadi belum memahami tentang kekayaan leluhur yang dimiliki Indonesia.  
Aku ingin Indonesia dikenal menjadi Negara yang rukun, makmur, dan kaya akan kebudayaan oleh seluruh bangsa. Aku ingin menularkan tulisan-tulisan itu ke seluruh masyarakat dan anak cucuku kelak, agar mereka bangga bisa menjadi salah satu penduduk yang dikenal keramahannya, tutur bahasanya, dan unggah-ungguh itu. Harapanku adalah menjadikan Indonesia dicap abadi sebagai bangsa majemuk yang selalu menjunjung persatuan hingga nanti di kemudian hari
Begitu juga dengan bentuk pengabdianku terhadap agama. Meski aku hanya bisa menggerakkan jari-jariku di atas tuts-tuts keyboard laptop ini. Meski ilmu agamaku belum cukup untuk merubah keadaan sekitar atau memberi inspirasi bagi pemuda seusiaku, tapi aku sadar tulisanlah yang akan membawa perubahan, setidaknya mengubah cara pandang seseorang terhadap agama Islam. Sebuah agama yang paling sempurna sehingga dengan mempelajarinya, orang-orang akan terbuka hati dan pikirannya akan keindahan unsur-unsur di dalamnya.
Aku ingin menjadi seperti Asma Nadia, Ust. Salim A Fillah, atau Ust. Felix Siauw, yang mampu berdakwah melalui tulisan-tulisan indah itu. Mereka mampu menyebar pesan kebaikan sekaligus perubahan ke arah masyarakat yang lebih baik. Ketika suatu saat manusia lalai, kita dapat membaca tulisan-tulisan itu kembali untuk selalu meningkatkan kualitas keimanan kita. Bukankah sebuah hal yang amat bermanfaat?
Nah itulah pentingnya menulis. Lalu apa kaitannya dengan profesi yang aku emban kelak di kemudian hari? Saudaraku, Jika seorang guru mau menuliskan, dan mempublikasikan ilmu yang ia miliki tentu akan dapat menginspirasi rekan guru, masyarakat dan peserta didik. Karena sejatinya, Guru adalah teladan sekaligus inspirator bagi pesarta didik. Jika guru sudah mampu menginspirasi, masa depan bangsa ini pun kan cerah. Kemajuan bangsa sangat tergantung pada penerus bangsa yang memiliki kemampuan menulis yang baik dari gurunya. Jadi, sebenarnya melatih diri untuk terampil menulis adalah sebuah bentuk investasi di hari tua.
Ya, Aku ingin terus menulis untuk bangsa dan agamaku. Aku ingin menjadi guru yang aktif menulis. Aku ingin dunia melihat betapa hebat dan besarnya bangsa ini. Aku ingin dunia melihat sungguh mulia agama rahmatan lil alamin yang aku anut ini. Supaya pada akhirnya, bangsa dan agamaku tetap menjadi catatan sejarah generasi berikutnya, menjadi sebuah catatan abadi yang tetap dibanggakan oleh bangsa kita.


Ingrid Elvina, seorang guru yang cinta menulis