Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Jumat, 14 Desember 2018

Jarak dan Waktu



Bagaimana ini?
Sejak awal, aku sudah berniat menjauhimu demi menjaga hati dan diri ini.
Kau malah yang mendahuluiku.
Bagaimana ini?
Apa memang aku benar-benar tak berarti bagimu?

Begitu banyak ujian yang bisa menimpa seseorang yang tinggal di bumiNya. Hal itu sebuah kepastian bukan? Hidup kita memang diciptakan sebagai ujian.  Ada ujian kebahagian juga kesedihan. Ada ujian kekayaan hingga kemiskinan. Ada ujian kebaikan juga keburukan. Begitu banyak ujian yang tak kita sadari datangnya. Ujian itu seolah menjadi teman kita sehari-hari. Kita perlahan akrab dengan mereka, walau kadang mereka terlalu kejam untuk dijadikan teman. Seperti halnya ujian sebuah jarak dan waktu.
Begitu banyak orang yang mengeluhkan sebuah jarak, karena ia telah memisahkan dimensi ruang antar insan. Dalam kehidupanmu kau tidak bisa menolaknya, Jarak datang menjadi sebuah ujian. Ia menguji perasaan dan komitmen kita akan sebuah keputusan yang semula diambil. Apakah keputusan itu akan tetap sedia adanya, ketika jarak sudah mengambil segala bentuk kebersamaan? Atau sebaliknya, ujian jarak memenangkan semuanya. Ia membuatmu berpaling.
Pun dengan waktu, ia datang menguji kesetiaanmu. Apakah kamu akan tetap setia ketika waktu memaksamu untuk menunggu lebih lama lagi? Sejatinya, waktulah yang menggilas segala kenangan dan peristiwa, membuatnya kabur tak berbekas dari angan-angan kita. Tak berhenti di situ, terkadang waktu memusnahkan segala macam kerinduan bahkan kesedihan dari ingatan. Mungkin kita perlu berlama-lama lagi memahami sang waktu, agar kita tak kecewa karenanya. Karena sejatinya hampir semua kejadian di dunia ini akan diuji oleh waktu.

Namun, Bagaimana jadinya jika ujian jarak dan waktu itu datang secara bersamaan?
Ah, membayangkannya saja aku tidak sanggup.
kau mungkin akan merasa menjadi manusia paling merana.
bagaimana tidak, sudah jauh tak terlihat, tidak ada kepastian pula kapan datangnya. 
Namun sungguh, akan ada sebuah hikmah dari setiap peristiwa. Termasuk saat ini. Jarak dan waktu mungkin akan memberikanmu pelajaran berarti. Tuhan mungkin ingin melapangkan hatimu dari segala ketidakmungkinan yang kamu semogakan. Kau lupa bahwa, Tuhan lebih tau yang terbaik untukmu. Ia hanya ingin menjaga hatimu dan mengabulkan doamu. Bukankah kau selalu berdoa untuk menamatkan perasaanmu hanya pada orang yang tepat, bukan orang yang singgah saja. Bagaimana bisa kau sibuk berdoa, namun saat ingin diselamatkan dari kekecewaan, kau malah menolaknya?
Ada yang lebih penting dari itu, jarak dan waktu adalah cara Tuhan untuk menyadarkanmu kepada sejatinya tempat kembali. Menyadarkanmu bahwa tidak ada yang benar-benar tinggal menetap. Tanpa sadar, kau sedang berjalan dalam dimensi jarak dan waktu. Kau terlupa bahwa mereka sedang menuntunmu menuju tempat berpulang yang hakiki. Kau terlena karena terlalu sibuk akan urusan duniamu, sampai-sampai ketika jarak dan waktu sudah membawamu kepada tujuan akhir itu. Kau tersentak tak percaya, bagaimana bisa kau begitu nyaman bersama jarak dan waktu yang menipumu. Hingga kau terlupa bahwa semua akan kembali kepada pemiliknya, Tuhannya. Yah, Itu keniscayaan.

Jadi bagaimana? Sudah siap menempuh jarak dan waktu di hidupmu?

Kehilangan Sosok



                  Hidup adalah tentang berpindah, begitu kata orang. Hari ini aku merasakan kejadian yang hampir dirasakan banyak orang di muka bumi.

                “Kehilangan”

                Hampir setiap orang pernah merasakan dan mengalami pahitnya kehilangan. Bagaimana tidak? Dirimu yang semula merasa sepi, sunyi, bahkan ingin pergi. Tetiba, bagai keajaiban yang turun tak disangka, datanglah sosok yang mampu menjadikan harimu hidup kembali.

                Rasanya kau ingin melihatnya setiap hari. Seolah-olah hanya dengan melihat matanya saja, kekuatan dan gairah hidup selalu berkobar di dalam jiwa. Sosok yang kamu harap akan menjadi semangat diri itu akan selalu ada dan menetap. Namun nyatanya kau lupa, bahwa tidak ada yang benar-benar menetap. Akhirnya kau mendapati bahwa dia tidak bisa tinggal lama-lama di sana. Dia harus pergi.

               Yah, setiap orang yang datang bisa jadi ujian dan hikmah bagi orang lain, tergantung bagaimana kita menanggapinya. Mungkin ia bisa menjadi hikmah, ketika sosok itu mampu mendatangkan begitu banyak kebaikan, inspirasi, dan cerminan dari sebuah perilaku yang patut dicontoh. Hingga membuat orang-orang di sekililingnya sontak dituntun ke arah cahaya kebaikan  

                Namun, manusia tetaplah manusia. Tidak ada yang sempurna. Sewaktu-waktu, ia berubah menjadi ujian saat sosok itu menampakkan sisi keburukan -di beberapa kesempatan- yang tidak bisa kamu tolerir. Namun bukan itu yang perlu diperhatikan. Kau harus fokus terhadap sisi baiknya. Kau harusnya menjadikannya pembelajaran hidup, sebuah pembelajaran untuk bertumbuh lebih baik, bukan malah menilai/menghakimi.

                Hingga sejak saat itu, kau bingung dan linglung. Apakah kedatangannya benar-benar memberikan dampak bagimu? Ataukah kau hanya terpukau dengan raganya? Kau lupa bahwa semestinya sikap dan pelajaran hidupnya lah yang mesti kau ambil. Hingga akhirnya kau tersadar, bahwa matamu sudah dibutakan oleh jalan dan niat yang salah.

Coba perbaiki niatmu. Tanyakan lagi kepada hati nuranimu?
Apa yang kau rasakan saat ini, kau kehilangan sosoknya atau raganya?
Kau menangis karena kehilangan panutan atau kau hanya berdalih saja, ternyata kau takut  menahan badai kerinduan yang fana.

Sukoharjo, 13122018

Senin, 26 Maret 2018

Jembatan Mimpi itu bernama SEA-Teacher



“Jangan lupakan mimpi-mimpi konon mereka tidak benar-benar pergi”

Hai, namaku Ingrid Elvina, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang sekarang sedang berjuang menggarap tugas akhir untuk menyelesaikan studi S1 di Universitas Sebelas Maret. Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk mengikuti program SEA Teacher yang merupakan pertukaran mahasiswa bidang pendidikan di lingkup Asia Tenggara. Alhamdulillah, SEA Teacher menjadi salah satu jembatan mimpi saya untuk menginjakkan kaki ke luar negeri. Program ini berjalan selama 30 hari dan kebetulan saya ditempatkan di Filipina, tepatnya di West Visayas State University (WVSU) bertempat di Iloilo City, Filipina. SEA Teacher memberikan kesempatan bagi pesertanya untuk memiliki kesempatan mengajar di Negara lain sehingga kami mendapatkan banyak sekali pengetahuan, pengalaman, dan jaringan di negara tersebut, tepatnya di dunia pendidikan.
Saya tidak sendirian di sana, karena saya bertemu dengan teman-teman lain dari beberapa wilayah di Indonesia, mereka adalah Rosy dan Annely dari Universitas Negeri Lampung serta Fatimah dari Universitas Negeri Makassar. Saya dan teman-teman tinggal di salah satu boarding house yang terletak tak jauh dari kampus, hanya membutuhkan waktu 5 menit jika ingin pergi ke kampus dengan berjalan kaki.
Selama 30 hari ini, SEA Teacher memiliki beberapa jadwal yaitu minggu pertama untuk observasi di sekolah, minggu kedua untuk teaching assistant, minggu ketiga teaching practice dan minggu keempat sebagai evaluasi. Kali ini saya dan teman-teman mengajar di West Visayas State University Integrated Laboratory School, yang merupakan sekolah milik WVSU. Sekolah ini sudah cukup lengkap karena memiliki jenjang sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Menurut saya, setiap kelas di sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap seperti ketersediaan LCD, papan tulis yang sangat panjang, media pembelajaran, air minum isi ulang, dan beberapa kipas angin di sudut-sudut ruangan.
Selama observasi, saya melihat banyak sekali hal-hal baru di sekolah. Hal yang paling mengejutkan adalah kefasihan anak-anak dalam berbahasa inggris. Pantas saja, ketika saya bertanya dengan salah satu dosen dan guru di sana, Filipina sangatlah akrab dengan budaya barat begitupun juga dengan bahasanya, sehingga tak heran anak usia TK pun sudah mahir berbahasa Inggris. Sekolah di WVSU Integrated Laboratory School dimulai dari pukul 07:00 sampai 16.30, sekolah ini menerapkan belajar seharian full, tetapi ada waktu istirahat selama satu jam pada siang hari, ya mungkin kalau di Indonesia bisa dikatakan full day school. Kebetulan saya mengajar Matematika di kelas 4, guru-guru di sini mengatakan bahwa mereka sangat ramai. Namun bagiku, tidak terlalu mengejutkan karena itulah anak-anak, selalu ceria dan terkadang hiperaktif, hehe. Sebenarnya yang mengejutkan adalah, rata-rata jumlah siswa dalam satu kelas mencapai lebih dari 40 bahkan 50. Fakta ini menjadi hal yang mendebarkan sekaligus menantang bagi saya untuk mengajar murid yang berjumlah 2x lipat dibanding sekolah di Indonesia.
Ketika saya sudah mulai mengajar, murid-murid di sini ternyata lebih mudah dikondisikan, karakternya baik, dan mudah sekali mengerti pelajaran walaupun mereka jarang sekali mencatat materi. Itulah sistem pendidikan yang saya kagumi di Filipina, mereka lebih menekankan pada aktivitas anak yang lebih suka bermain sambil belajar dan tanpa tekanan tugas ataupun PR yang terlalu berat. Selain itu, pengajaran guru juga didominasi pada penggunaan media pembelajaran seperti kertas karton, gambar-gambar, dan media konkret lainnya. Menurut guru pamong saya, mengajar dengan menuliskan materi di papan tulis akan membuat anak menjadi lebih bosan dan membuat pembelajaran tidak bermakna.  Selain itu, saya juga dihimbau untuk tidak terlalu banyak menjelaskan dan membiarkan murid-murid tersebut mencari sendiri materi yang diajarkan melalui pemberian aktivitas-aktivitas yang berorientasi pada siswa.
Maka dari itu, saya mengubah seluruh teknis mengajar yang biasa saya terapkan di Indonesia sesuai sistem di sekolah ini. Hal ini menjadi sebuah wawasan ilmu dan pengalaman yang berharga bagi saya.  Walaupun murid di sini sudah mahir berbahasa Inggris, tapi saya sering menemui kendala tentang kesalahpahaman bahasa selama berinteraksi dengan mereka, hal ini disebabkan perbedaan aksen bahasa Inggris antara Filipina dan Indonesia. Namun, hal itu bukanlah sebuah masalah yang besar, karena selama mengajar saya selalu didampingi oleh guru pamong dan mahasiswa yang praktik mengajar lainnya.
Selain berinteraksi dengan siswa, saya juga banyak berbincang dengan mahasiswa yang sedang melaksanakan praktik mengajar dari WVSU. Mereka juga sering membantu saya menyusun rencana pembelajaran dan pembuatan media untuk mengajar. Mereka sangat ramah dan baik hati, kami sering bertukar informasi tentang fakta-fakta antara Filipina dan Indonesia, serta berbagai masalah di dunia pendidikan antara dua negara tersebut.
Selain mengajar, peserta SEA Teacher juga berkesempatan menghadiri beberapa festival dan mengunjungi beberapa tempat wisata di Iloilo City, Filipina. Kami menghadiri Dinagiyang Festival di minggu pertama bersama koordinator dan beberapa dosen WVSU. Festival ini merupakan festival budaya sekaligus keagamaan di Iloilo dan menampilkan tarian-tarian yang ditarikan oleh puluhan orang. Setelah itu kami juga diajak menginap selama satu malam di salah satu rumah professor WVSU yang baik hati, bernama Mom Angie. Kami pun diajak ke Fishworld, Garinfarm dan beberapa wisata gereja tua. Di minggu ketiga kami diajak berwisata di pulau Guimaras seharian. Guimaras terletak di lain pulau dengan Iloilo dan harus ditempuh menggunakan perahu. Guimaras adalah pulau yang indah dan merupakan pulau penghasil mangga termanis se Filipina, sayang sekali mangga Guimaras belum berbuah ketika kami mengunjunginya. Kami sangat bahagia bisa menghabiskan waktu di tempat-tempat indah tersebut bersama orang-orang yang baik hati seperti mereka.
Pada akhirnya selama apapun pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Walaupun tidak ada acara yang resmi dari WVSU sebagai acara penutup, tapi mereka memberikan kesempatan kepada kami untuk lebih dekat dengan murid-murid di kelas. Kami diberikan sebuah acara perpisahan di kelas bersama murid kelas 4. Mereka menampilkan beberapa tarian dan bernyanyi bersama, di akhir acara kami memberikan pidato singkat tentang kesan selama di WVSU. Selain itu, di luar pengetahuan dan pemberitahuan sebelumnya, saya diberi kejutan perpisahan juga oleh teman-teman sesama mahasiswa praktik mengajar di sana. Hal itu sungguh sebuah hal yang tak terduga hingga membuat saya menangis terharu. Sungguh, saya tidak akan melupakan pengalaman hidup di Filipina dan semua kenangan yang tumbuh di dalamnya.
Terima kasih kepada pihak UNS yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk mengikuti exchange programme ini. Terima kasih telah mewujudkan impian saja melalui program SEA Teacher ini. Semoga saya bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Aamiin.


Rabu, 28 Februari 2018

Living in another Country as Muslim



 Assalamualaykum wr wb.

Alhamdulillah bertemu lagi, terima kasih sudah berkunjung di blog saya, hehe. Sesuai janji sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehidupan seorang muslim di luar negeri. Beberapa minggu yang lalu saya diberi kesempatan untuk merasakan tinggal di luar negeri selama satu bulan. Filipina menjadi negara yang saya tinggali kala itu. Tak pernah terbersit sedikitpun untuk menempatkan Filipina sebagai negara yang akan saya kunjungi sebelumnya, namun ternyata  takdir ALLAH berkata lain.
 
Kebetulan saya mengikuti exchange program dari universitas di bidang pendidikan, dari situlah saya mendapatkan banyak pengalaman bagaimana harus bersikap, bersosialisasi, dan tentunya menempatkan diri sebagai muslim di negara dengan mayoritas penduduk beragama non muslim. Bahkan sebagian besar mereka tidak terlalu mengetahui tentang agama Islam.
Pernah suatu hari, saya dan teman-teman ditanya, “Apakah seluruh orang Indonesia menggunakan penutup kepala (hijab) itu?” tentu kami menjawab “tidak” karena hijab ini hanya diperuntukkan bagi muslim atau orang yang beragama Islam dan mereka pun baru mengetahui saat itu. Di samping itu, masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain mulai dari,

 “Mengapa harus pakai hijab?”
“Kalau hijabnya dilepas memang kenapa?”

Kemudian pertanyaan berkembang menjadi,

“Mengapa harus beribadah setiap hari?”
“Apa itu sunnah?”

Ternyata beberapa dari mereka sempat mencari informasi tentang Islam di google, haha. Pertanyaan tak berhenti sampai di sana, tiba-tiba ada yang bertanya?

“Ingrid, apakah kamu punya pacar? Apakah diperbolehkan pacaran dalam Islam?” *Duuh*
“Mengapa laki-laki boleh memiliki istri sebanyak 4 orang? Apakah mereka tidak setia?”

Nah, kalau seperti ini bagaimana menjelaskannya ya, hehe. Mana harus menyusun kata-kata pakai bahasa Inggris lagi, hehe. Namun dari sanalah celah dakwah terbuka. Alhamdulillah dengan seizin ALLAH aku bisa mengenalkan agama Islam kepada mereka.

Selanjutnya tentang Salat. Pasti banyak yang bertanya bagaimana caranya bisa sholat di negara dengan mayoritas penduduk non muslim dan mau sholat dimana? Dibolehin sholat nggak? Serta banyak pertanyaan lainnya.
Pertama kali jadwal mengajar dikeluarkan, kami harus pergi ke kampus tepat waktu. Jam sekolah dimulai dari jam 07.00 hingga 17.00, padat sekali. Untuk salat Shubuh, Maghrib, dan Isya, aman, karena kita bisa sholat di asrama. Tapi bagaimana tentang sholat Dzuhur dan Ashar?
Alhamdulillah, Allah menunjukkan kemudahannya, jam istirahat dimulai dari pukul 12.00 sampai dengan 13.00, jadi waktu itu sangat pas untuk melaksanakan Sholat Dzuhur. Di minggu-minggu pertama aku harus kembali ke asrama untuk Sholat, namun lama kelamaan lelah juga karena kampus dan asrama harus ditempuh selama 10 menit dengan berjalan kaki. Jadi minggu-minggu berikutnya aku memutuskan untuk sholat di kelas. Hemm, sebuah keputusan yang berat, aku khawatir akan banyak orang mengawasi cara beribadah kami yang teramat berbeda-beda dan menimbulkan prasangka-prasangka. Namun ternyata kekhawatiran itu sirna, orang-orang di sini memberikan toleransi yang besar kepada kami. Kami diperbolehkan untuk sholat dimana pun. Pertama kali, aku melaksanakan sholat di kelas. Waktu itu kondisi sedang ramai-ramainya, ada yang bercengkerama, ada yang memainkan musik, dan tertawa riuh. Ketika aku ijin untuk sholat di kelas, mereka langsung mematikan lagu dan music, serta melirihkan suaranya. MasyaAllah aku sangat terharu kala itu, walaupun ada sebagian teman yang heran dan terlihat penasaran dengan cara kami Sholat waktu itu hehe, tapi tak mengapa yang penting kami tidak meninggalkan kewajiban ibadah ini.

Selain kelas, tempat favorit adalah di kantor dekan karena tempatnya sunyi, bersih, dan sejuk, hehe. Alhamdulillah, dekan dan para stafnya mengijinkan kami untuk beribadah di sana. Namun, lama kelamaan juga tidak enak hati, takutnya mengganggu pekerjaan, jadi  kami memilih tempat lain. Karena kampus ini tidak memiliki prayer room atau Mushola jadi kami bisa solat berpindah-pindah tempat sesuai tempat kerja kami kala itu.

Selain sholat, kami juga selektif tentang makanan di sini. Kami menjelaskan kepada mereka bahwa Muslim hanya boleh makan makanan halal, jadi kami dilarang makan babi/pork, minum alcohol, makan makanan yang menjijikkan, dan makanan haram lain. Alhamdulillah mereka mengerti, jadi ketika teman-teman ataupun dosen ingin makan malam bersama kami, pasti mereka memilih tempat makan yang tidak menjual babi di sana. hampir setiap kali makan malam/ siang, menu favorit kami adalah ayam, hahaha.
Selain itu, ketika berbelanja, hal yang paling utama selain melihat harga adalah melihat kode halal di dalamnya. Jadi sudah dipastikan bahwa rentang waktu belanja kami sangat lama karena harus sangat selektif, terkecoh sedikit pasti berbahaya.

Hal lainnya adalah tentang hijab

Hijab menjadi bahan pertanyaan yang paling sering muncul ketika kami menginjakkan kaki di Negara ini. Bagaimana tidak? Sebagian besar dari mereka bertanya “Apakah kamu tidak kepanasan menggunakan kain itu di tengah terik matahari yan menyengat?”

Dan kami jawab, “tidak”

Kami juga menjelaskan bahwa kami harus menutup rambut dan seluruh bagian kepala kecuali muka dari laki-laki dewasa selain saudara, keluarga, dan juga suami. Mendengar alasan tersebut, mereka terlihat tertarik, kemudian muncul pertanyaan lagi. “Apakah ada arti cara penggunaan jilbab itu?” pertanyaan ini muncul saat style jilbab kita yang berbeda satu sama lain, untuk yang satu ini akan lebih mudah menjawab “Tidak, ini hanya style.” Kemudian mereka langsung tertawa, haha.

Selain itu, ada beberapa teman di sana yang tertarik untuk mencoba menggunakan hijab, reaksi pertama yang muncul yaitu mereka terlihat amat gerah. Pantas saja, karena mereka tidak terbiasa menggunakannya, mereka kagum dengan cara kami bertahan menggunakan pakaian yang serba panjang dan tertutup di cuaca yang panas ini. Kita langsung menjelaskan bahwa pakaian ini membuat kita berlindung dari sengatan matahari secara langsung.

Oh ya, di hari terakhir, kami berkesempatan untuk mengunjungi sebuah masjid. Sulit sekali menemukan masjid di Filipina. Masjid ini bernama Pioneer Mosque, didirikan oleh orang Filipina beragama Islam yang datang dari pulau Mindanao (pulau terbesar di Filipina), memang kebanyakan masyarakat Mindanao adalah Muslim. Di majid ini kami bertemu dengan keluarga Islam yang sudah lama menetap di Ilo-ilo, rasanya senang dan haru. Setelah berhari-hari tidak datang ke masjid, akhirnya kami bisa bercengkerama dan bertemu dengan saudara-saudara kami. Ketika saya bertanya kepada mereka, “Apakah ada kesulitan menjadi seorang Muslim di Filipina.” Mereka menjawab, “tidak”

Memang benar, Filipina adalah Negara yang memiliki toleransi yang tinggi antar penduduknya. Di luar ekspektasi saya sebelumnya yang mengira bahwa akan sulit menjadi muslim di Negara ini, ternyata semua itu salah. Masyarakatnya ramah, pekerja keras, dan murah senyum. Walaupun pada awalnya masyarakat di sana melihat kami dengan tatapan aneh dan asing karena memakai baju serba tertutup, namun lama kelamaan mereka terbiasa juga. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang lain tidak menilai diri kita dari cara berpakaian maupun agama yang kita anut, namun mereka melihat perilaku dan sikap kita di kehidupan sehari-hari.

Jadi tidak usah ragu untuk melakukan perjalanan hingga ke luar ngeri, ALLAH tidak mungkin membiarkan hamba yang selalu taat kepadaNya berada dalam kesusahan. Kita masih bisa menjaga identitas kita sebagai muslim meskipun di luar negeri. Biarkan orang lain mengenal keindahan Islam sebagaimana perintah ALLAH kepada kita untuk senantiasa berdakwah dan menebar kebaikan untuk sesama.

Bismillah. Semangat berdakwah ya!!




Belajara bahasa bersama :)
 
 Tempat Sholat favorit di Lounge :)