Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Minggu, 14 Agustus 2016

Hampa




Entah di mana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Ataukah di sana kau rindukan aku? Seperti diriku yang selalu merindukanmu,
Selalu merindukanmu

Hampa.
.
.
.
Aku tidak mampu melanjutkan lagi, jari-jariku terhenti saat aku mencoba mencerna kata-kata yang pas untuk menggambarkan kondisiku saat ini.

Hampa

Mungkin kata ini yang menjadi alasan bagi kondisiku sekarang. Bahkan ketika ingin merasa pun aku ‘hampa’, apalagi menulis?

Hampa

Aku tidak tahu lagi kemana arah hati ini sekarang. Aku tidak mengerti mengapa kehampaan itu muncul dengan sendirinya, dan muncul sesering ini.

Apa mungkin karenamu? Karena dia? Atau, karena mereka?
Sejujurnya, akhir-akhir ini aku begitu merindukanmu, dia, dan mereka. Aku rindu sekali. Namun aku tidak dapat berbuat apapun, raga ini mematung tak berdaya. Aku hanya bisa menyampaikan rasa ini melalui iringan doa-doa untukmu, dia dan mereka.

Taukah kalian?

Aku berdoa agar kalian kembali. Aku berdoa agar kalian mengisi kehampaan ini dan mengusirnya jauh-jauh. Sungguh sangat tidak nyaman menjaga ‘hampa’ ini sendirian. Aku membutuhkan kalian. Tetapi, di sisi lain aku baru menyadarinya, bahwa kalian tidak hadir sedetik pun.

Maaf,

Mungkin aku yang salah. Dulu, mengapa aku begitu menyia-nyiakan kalian? Mengapa aku tidak memanfaatkan dan menghabiskan waktu bersama kalian, serta menyingkirkan egoku saat itu. Ya aku yang sepenuhnya salah. Aku pikir hal itu tidak terlalu berarti untuk menjalin sebuah hubungan ini. Aku pikir akan baik-baik saja, aku pikir begitu.

Namun ternyata, satu persatu dari kalian pergi dan menyisakan hampa yang hadir sedikit demi sedikit namun semakin menyiksa…

Maaf,

Andai waktu bisa kuputar, aku tidak akan berbuat demikian. Aku tidak akan menyia-nyiakan kalian. Maaf, Apakah aku sudah terlalu terlambat sejauh ini? Tolong maafkan aku jika aku salah, ingatkan aku jika aku menyebalkan, tegurlah aku jika aku menyimpang. Namun jangan diamkan aku, jangan menjauh, dan bahkan pergi.


Hampa,

Hatiku terlalu hampa untuk mempercayai dan bahkan menaruh harapan pada mereka yang lain. Walau begitu, aku masih berharap ada seseorang yang benar-benar tulus bersamaku, menemaniku, dan menghiburku selalu, dan yang pasti aku masih berharap suatu saat nanti kalianlah yang akan kembali. Aku tidak ingin menjadi manusia yang lemah, manusia yang hanya hidup dalam kehampaan tanpamu, dia, dan mereka. Aku benar-benar membutuhkan kalian.

Hingga ketika nanti, aku ingin kalian lah yang mencariku ketika aku tidak berada di surga. Aku ingin kalianlah yang menyelamatkanku dari api neraka berkat ukhuwah kita. Aku ingin sekali.

Sejujurnya aku takut.

Apakah aku harus menyerah dan menyudarhi semua pengharapanku? Apakah aku tidak pantas memiliki orang-orang itu, memiliki saudara seiman yang akan selalu menerima apa adanya, yang selalu ada, yang selalu mengingatkan. Jujur, aku lelah sekali. Hampir habis pengharapanku akan hadirnya kalian, namun aku tidak ingin menutup hati ini. Aku ingin memiliki kalian kembali, aku juga ingin tau rasanya memiliki ‘seseorang’ yang berarti dalam hidup. Seseorang yang menentramkan, mengingatkan, dan menemaniku hingga di surga kelak

Aku harap aku memilikinya,
Aku harap kalian kembali

Namun jika tidak , Aku ingin tahu, Apakah ALLAH menyiapkan ‘seseorang’ itu di surga ?

Lemah



Aku hanya manusia yang teramat lemah.
Aku tidak mengerti, mengapa kalian menjauh.
Apakah aku sangat tidak berarti?
Apakah aku berbeda?

Sejujurnya aku lelah. Aku hanya manusia dengan kenangan pahit dengan seseorang yang kalian anggap berarti bagi kalian. Seseorang yang kalian anggap selalu ada saat kekasih pergi, seseorang yang selalu menghibur saat peluh dan lesu menghampiri. Aku yakin kalian tahu siapa ‘seseorang’ itu

Dan aku berada dalam posisi ini sekarang. Posisi yang lemah tak berdaya. Mengapa satu per satu dari ‘seseorang’ itu pergi?
Mengapa mereka pergi ketika ada orang baru yang hadir?
Mengapa mereka menjauh saat aku hadir?
Ah, mungkin aku terlalu percaya diri. Mungkin aku telah menganggap kalian berarti lebih dari seorang teman, tapi ternyata tidak untuk kalian. Maaf aku tidak seasyik mereka, maaf aku bukan penghibur apalagi penasihat yang baik, dan maaf aku membosankan.

Tetapi apakah hal itu menjadi alasan kalian pergi? Bukankah sejati itu akan menerima apa adanya, bukankah sejati itu akan selalu ada, apapun kondisiku?

Ah, apakah aku salah selama ini?
Tolong jangan sampai dugaanku benar.
Jangan sampai kalian hanya menganggapku sekedar teman biasa, tidak lebih.

Mungkin iya, mungkin aku terlalu berharap lebih untuk menganggap kalian menjadi ‘seseorang’ itu. Taukah kalian? Aku terlalu lemah untuk merasakan kesakitan yang sama. Aku terlalu lemah untuk merasakan kehilangan yang sama. Sejatinya, aku menunggu hadirnya seseorang yang dapat menghibur hati ini, mengisi kekosongan di relungnya

Aku menunggu mereka. Apakah mereka akan hadir?

Ya ALLAH, Apakah Engkau akan memberikan ‘seseorang’ itu untukku?
Apakah Engkau juga menyiapkan ‘seseorang’ di surga kelak?