Ya
galau itu adalah ketika kamu mencintai sesuatu tapi sesuatu tersebut tidak bisa
menjaga dan membiarkanmu untuk mencintainya.
Galau
itu ketika dihadapkan dengan dua pilihan seperti ini. Ingin rasanya hati
memberontak namun tangan tak kuasa melakukannya, Ingin rasanya hati berteriak
tapi mulut tak mampu menyuarakannya. Dan ingin rasanya hati ini berpaling namun
mata tetap saja ingin memandangnya.
Mungkin
inilah makna mencintai. Mencintai dengan tulus.
Namun
mengapa?
Mengapa
aku mencintai sesuatu yang tak bisa kurangkul? Mencintai sesuatu yang tak bisa
menenangkan hati ini? Mencintai sesuatu yang terasa lebih nyaman apabila aku
menjauh darinya?
Namun
mengapa hati ini tidak bisa berhenti mencintainya?
Ada
seseorang yang berkata. Ketika kamu menempatkan cinta sebagai kata kerja, kamu
akan tulus menyayanginya entah apapun yang terjadi, karena cinta itu kau
lakukan, kau berikan, dan kau gerakkan dengan sengaja. Bukan hanya menerima
cinta, bukan hanya menunggu untuk dicintai, dan bukan hanya menempatkan cinta
sebagai kata “sifat”
Entahlah
aku tidak paham dengan rasa ini. Mereka berharga. Ya, hanya itu yang kutahu,
tapi mengapa mereka tidak dapat menyambut keinginan dan ketulusan hati ini?
Mengapa mereka tidak merasakannya? Apa aku harus menunjukkannya nyata-nyata?
Apa aku harus mengungkapkannya secara gamblang?
Entah.
Aku tidak yakin. Aku tak mampu, karena aku tidak bisa. Aku tak kuasa
melakukannya, aku pemendam. Ya, aku hanya bisa berdoa agar ALLAH selalu menjaga
mereka. Agar mereka tetap menjaga lingkaran kebaikan itu. Lingkaran kebaikan
yang senantiasa kudambakan, lingkaran kebaikan yang selalu kukagumi. Lingkaran
kebaikan yang semu bagiku, karena aku tak mampu bergabung dengan mereka.. Walau
aku ingin, walau aku mencintai mereka.
Apakah asaku tidak sampai?
Apakah angin pun tak mampu
menghembuskannya ke dalam hati kalian?
Apakah aku terlalu memendamnya?
Hingga kalian tidak tahu?
Taukah kalian?
Kalianlah cinta tulusku
Cinta dalam diamku.