“Jangan lupakan mimpi-mimpi konon
mereka tidak benar-benar pergi”
Hai,
namaku Ingrid Elvina, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang sekarang
sedang berjuang menggarap tugas akhir untuk menyelesaikan studi S1 di
Universitas Sebelas Maret. Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk mengikuti
program SEA Teacher yang merupakan
pertukaran mahasiswa bidang pendidikan di lingkup Asia Tenggara. Alhamdulillah,
SEA Teacher menjadi salah satu
jembatan mimpi saya untuk menginjakkan kaki ke luar negeri. Program ini
berjalan selama 30 hari dan kebetulan saya ditempatkan di Filipina, tepatnya di
West Visayas State University (WVSU) bertempat
di Iloilo City, Filipina. SEA Teacher memberikan
kesempatan bagi pesertanya untuk memiliki kesempatan mengajar di Negara lain
sehingga kami mendapatkan banyak sekali pengetahuan, pengalaman, dan jaringan
di negara tersebut, tepatnya di dunia pendidikan.
Saya
tidak sendirian di sana, karena saya bertemu dengan teman-teman lain dari beberapa
wilayah di Indonesia, mereka adalah Rosy dan Annely dari Universitas Negeri
Lampung serta Fatimah dari Universitas Negeri Makassar. Saya dan teman-teman
tinggal di salah satu boarding house
yang terletak tak jauh dari kampus, hanya membutuhkan waktu 5 menit jika ingin
pergi ke kampus dengan berjalan kaki.
Selama
30 hari ini, SEA Teacher memiliki
beberapa jadwal yaitu minggu pertama untuk observasi di sekolah, minggu kedua
untuk teaching assistant, minggu
ketiga teaching practice dan minggu
keempat sebagai evaluasi. Kali ini saya dan teman-teman mengajar di West Visayas State University Integrated
Laboratory School, yang merupakan sekolah milik WVSU. Sekolah ini sudah cukup
lengkap karena memiliki jenjang sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah
Dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Menurut saya,
setiap kelas di sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap seperti
ketersediaan LCD, papan tulis yang sangat panjang, media pembelajaran, air
minum isi ulang, dan beberapa kipas angin di sudut-sudut ruangan.
Selama
observasi, saya melihat banyak sekali hal-hal baru di sekolah. Hal yang paling
mengejutkan adalah kefasihan anak-anak dalam berbahasa inggris. Pantas saja,
ketika saya bertanya dengan salah satu dosen dan guru di sana, Filipina
sangatlah akrab dengan budaya barat begitupun juga dengan bahasanya, sehingga
tak heran anak usia TK pun sudah mahir berbahasa Inggris. Sekolah di WVSU Integrated Laboratory School
dimulai dari pukul 07:00 sampai 16.30, sekolah ini menerapkan belajar seharian
full, tetapi ada waktu istirahat selama satu jam pada siang hari, ya mungkin
kalau di Indonesia bisa dikatakan full
day school. Kebetulan saya mengajar Matematika di kelas 4, guru-guru di
sini mengatakan bahwa mereka sangat ramai. Namun bagiku, tidak terlalu
mengejutkan karena itulah anak-anak, selalu ceria dan terkadang hiperaktif,
hehe. Sebenarnya yang mengejutkan adalah, rata-rata jumlah siswa dalam satu
kelas mencapai lebih dari 40 bahkan 50. Fakta ini menjadi hal yang mendebarkan
sekaligus menantang bagi saya untuk mengajar murid yang berjumlah 2x lipat
dibanding sekolah di Indonesia.
Ketika
saya sudah mulai mengajar, murid-murid di sini ternyata lebih mudah
dikondisikan, karakternya baik, dan mudah sekali mengerti pelajaran walaupun
mereka jarang sekali mencatat materi. Itulah sistem pendidikan yang saya kagumi
di Filipina, mereka lebih menekankan pada aktivitas anak yang lebih suka
bermain sambil belajar dan tanpa tekanan tugas ataupun PR yang terlalu berat. Selain
itu, pengajaran guru juga didominasi pada penggunaan media pembelajaran seperti
kertas karton, gambar-gambar, dan media konkret lainnya. Menurut guru pamong
saya, mengajar dengan menuliskan materi di papan tulis akan membuat anak
menjadi lebih bosan dan membuat pembelajaran tidak bermakna. Selain itu, saya juga dihimbau untuk tidak
terlalu banyak menjelaskan dan membiarkan murid-murid tersebut mencari sendiri
materi yang diajarkan melalui pemberian aktivitas-aktivitas yang berorientasi
pada siswa.
Maka
dari itu, saya mengubah seluruh teknis mengajar yang biasa saya terapkan di
Indonesia sesuai sistem di sekolah ini. Hal ini menjadi sebuah wawasan ilmu dan
pengalaman yang berharga bagi saya. Walaupun
murid di sini sudah mahir berbahasa Inggris, tapi saya sering menemui kendala
tentang kesalahpahaman bahasa selama berinteraksi dengan mereka, hal ini
disebabkan perbedaan aksen bahasa Inggris antara Filipina dan Indonesia. Namun,
hal itu bukanlah sebuah masalah yang besar, karena selama mengajar saya selalu
didampingi oleh guru pamong dan mahasiswa yang praktik mengajar lainnya.
Selain
berinteraksi dengan siswa, saya juga banyak berbincang dengan mahasiswa yang
sedang melaksanakan praktik mengajar dari WVSU. Mereka juga sering membantu
saya menyusun rencana pembelajaran dan pembuatan media untuk mengajar. Mereka
sangat ramah dan baik hati, kami sering bertukar informasi tentang fakta-fakta
antara Filipina dan Indonesia, serta berbagai masalah di dunia pendidikan
antara dua negara tersebut.
Selain
mengajar, peserta SEA Teacher juga
berkesempatan menghadiri beberapa festival dan mengunjungi beberapa tempat
wisata di Iloilo City, Filipina. Kami menghadiri Dinagiyang Festival di minggu
pertama bersama koordinator dan beberapa dosen WVSU. Festival ini merupakan
festival budaya sekaligus keagamaan di Iloilo dan menampilkan tarian-tarian
yang ditarikan oleh puluhan orang. Setelah itu kami juga diajak menginap selama
satu malam di salah satu rumah professor WVSU yang baik hati, bernama Mom
Angie. Kami pun diajak ke Fishworld, Garinfarm dan beberapa wisata gereja tua. Di
minggu ketiga kami diajak berwisata di pulau Guimaras seharian. Guimaras
terletak di lain pulau dengan Iloilo dan harus ditempuh menggunakan perahu.
Guimaras adalah pulau yang indah dan merupakan pulau penghasil mangga termanis
se Filipina, sayang sekali mangga Guimaras belum berbuah ketika kami
mengunjunginya. Kami sangat bahagia bisa menghabiskan waktu di tempat-tempat
indah tersebut bersama orang-orang yang baik hati seperti mereka.
Pada
akhirnya selama apapun pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Walaupun
tidak ada acara yang resmi dari WVSU sebagai acara penutup, tapi mereka
memberikan kesempatan kepada kami untuk lebih dekat dengan murid-murid di
kelas. Kami diberikan sebuah acara perpisahan di kelas bersama murid kelas 4.
Mereka menampilkan beberapa tarian dan bernyanyi bersama, di akhir acara kami
memberikan pidato singkat tentang kesan selama di WVSU. Selain itu, di luar
pengetahuan dan pemberitahuan sebelumnya, saya diberi kejutan perpisahan juga
oleh teman-teman sesama mahasiswa praktik mengajar di sana. Hal itu sungguh
sebuah hal yang tak terduga hingga membuat saya menangis terharu. Sungguh, saya
tidak akan melupakan pengalaman hidup di Filipina dan semua kenangan yang
tumbuh di dalamnya.
Terima
kasih kepada pihak UNS yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk
mengikuti exchange programme ini. Terima
kasih telah mewujudkan impian saja melalui program SEA Teacher ini. Semoga saya
bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan demi kemajuan pendidikan di
Indonesia. Aamiin.