Apakah aku menyangka pertemuan ini?
Apakah kau juga menyangka pertemuan
ini?
Apakah kita juga menyangka akan ada
pertemuan ini?
Dalam ukhuwah HIMA, kita
dipertemukan.
Semua kebersamaan yang terjalin indah
tak selamanya berasal dari kehangatan dan keharmonisan juga bukan?
Juga seperti kita?
Apakah terbesit sekali saja di dalam benak kita, akan ada kehangatan yang benar-benar mampu
menghangatkan hatiku untuk menghadapi segala penat, yang selama ini hanya kubisa
pendam sendirian ?
Dan aku memilih jalan yang tepat
dalam menyudahi semua terpaan itu.
Sebuah Jalan bernama HIMA.
--##--##--##--
Yaa, semua berawal dari saat itu,
saat aku memasuki gerbang kampus IV PGSD dan mulai mengenal beberapa organisasi
di sana. HIMA menjadi salah satu dari beberapa
Organisasi di PGSD. Ketika aku mengetahuinya, apakah aku langsung berminat memasuki
organisasi ini?
Sama sekali tidak. Pada Osmaru
pertama, aku tidak menjadi orang yang mengacungkan jari untuk mendaftar
organisasi ini. Entah Mengapa aku begitu menganggap sebelah mata sebuah
organisasi saat itu. Aku beranggapan bahwa setiap organisasi hanyalah menyita
waktu kita untuk bermimpi dan meraih prestasi. Namun anggapanku salah besar
dan aku semakin menyesali dugaan itu, saat aku
melihat beberapa prestasi dari pengurus HIMA sendiri. Semenjak saat itu, aku
mulai membukaa hati untuk mengikuti organisasi di kampus itu dan mencoba
keluar dari zona nyuamanku selama ini. Di samping mengikuti SIM dan SKI, akhirnya
aku memilih HIMA sebagai salah satu organisasi yang kuharapkan dapat
mengembangkan softskillku ke depannya.
Dan pada saat kuliah umum pertama itu,
aku memutuskan untuk mengambil formulir pendaftaran tersebut. Awalnya aku
sangat pesimis dengan kemampuanku. Pasalnya, tidak ada organisasi yang
benar-benar kutekuni selama SMA, paling lama hanya 1 tahun saja itupun tidak
terlalu aktif, hehe. Satu per satu agenda seleksi pun aku
ikuti, dari HIMASCO, PGSD Cup, Wawancara hingga PLDK. Dan Semuanya berkesan. Aku
bertemu teman-teman dan kakak-kakak tingkat yang sangat mengisnpirasi.
HIMASCO
Mungkin aku tidak terlalu mengingat
materi yang di sampaikan pembicara super saat itu. Karena review nya sudah
kupost di blogku juga yaitu ingridelvina.blog.uns.ac.id (Eheem promosi :D).
Yang jelas, HIMASCO benar-benar membuka hatiku untuk keluar dari zona nyamanku.
Keluar dari kemalasan yang menipu dan menghalangi mimpi-mimpiku itu.
PGSD Cup
Nah, nah... Kemampuanku dalam
berorganisasi benar-benar diuji di sini. Sebenarnya, aku tidak ingin mengingat
kejadian-kejadian dari sana yang kebanyakan sangat memalukan. Tetapi, aku
berusaha bernostalgia kembali, mengenang masa-masa yang tentu saja memiliki
banyak hikmah dan pengalaman itu.
PGSD Cup adalah salah satu program kerja dari HMA yang memiliki beberapa lomba bidang olahraga untuk dipertandingkan. Yang membuat berbeda adalah panitianya berasal dari angkatan 2014, yang notabenenya adalah mahasiswa baru saat itu. Mungkin bagi yang lain menjadi salah satu panitia di sana adalah hal yang biasa. Tapi tidak untukku. Tidak akan menjadi hal biasa saat aku benar-benar tak memiliki pengalaman untuk mengkoordinir acara selama ini. Apalagi aku ditempatkan menjadi salah satu penanggung jawab lomba di sana. Jeng, jeng… Dan perjuangan itu pun dimulai.
Setiap detik hari-hariku selama
sebulan itu pun dipenuhi kegugupan. Perasaan was-was, takut, dan cemas
bercampur jadi satu, teraduk-aduk dan menetap di kepalaku. Hanya saja aku tidak
terlalu menampakkannya jadi tidak secemas seperti yang kalian pikirkan bukan?
Padahal isinya? Jangan tanya deh!
Namun, aku sedikit merasa lega, karena
setiap lomba terdapat dua temanku lain dan kakak kelas yang menjadi pendamping. Nah untuk tenis meja
sendiri ada mas Bima. Ya, sedikit lega.
Setidaknya aku tidak bekerja seorang diri. Walau begitu, sepertinya ada masalah
yang akan memenuhi kepalaku kembali. Kok cowok?
Masalah itu adalah saat aku harus
meminta arahan lomba dari kakak kelasku itu. Bukan apa-apa, tapi aku dulunya adalah
perempuan pemalu, yang sama sekali nggak biasa interaksi dengan laki-laki yang
baru kukenal apalagi sama kakak kelas . Aduuh -.-
Walau sebenarnya aku begitu ingin berkata
segala hal, tapi keraguanku mengalahkan segalanya. Butuh pikiran berpuluh-pluh
kali, untuk tanya kepada Mas Bima, walaupun hanya sekedar menanyakan “Mas,
nanti jadi wasit ya?” atau “Mas, bisa pinjam bet?” Aaaa maluu banget. Nggak
bisa, nggak bisa! Jadi, jangan salah paham dengan sifatku, ya. Walau pun aku terkesan
pendiam dan jarang menunjukkan keramahan, tapi aku nggak sombong kok. Itulah
salah satu sifat yan menjadi kekuranganku selama ini, sifat pendiam, pemalu dan
nggak enakan. Duh, kok kekurangan semua u,u.
Walau begitu, berkat bantuan mas Bima
semuanya dapat lancar. Walaupun banyak
sekali masalah-masalah dan konflik batin di setiap perjalanan PGSD Cup. Dari
banyak kakak kelas yang protes, kakak kelas yang tiba-tiba ganti jam karena ada
kuliah dadakan, atau dari pemain yang lama banget nggak datang, sampai-sampai
ditunggu 1 jam dan akhirnya nggak jadi. Ya Allah, aku harus kuat. Dan pada suatu hari, ada saatnya
benar-benar kualami kecemasan yang begitu nyata. Mengapa Dari 10 wasit yang
saya hubungi dan lagi-lagi dengan dorongan yang begitu kuat dari dalam diri.
Semuanya mengatakan,” Aku nggak bisa dek” So, This is the heartache?
Ada lagi! Saat itu, di tengah pelajaran aku diam-diam mengetik SMS kepada mereka untuk sekedar meminta konfirmasi atau mengobrol dengan temanku yang sesama PJ lomba agar tidak terjadi tabrakan waktu. Tapi ada saatnya dosenku menngetahuiku mengirim sms, walaupun sebenarnya beliau hanya memandangku sinis tanpa menegurku. Tapi aku jadi nggak enak juga, jadi merasa bersalah lhoo, masa calon guru nggak memperhatikan pelajaran? Tapi itu murni kesalahanku, aku yang tidak bisa membagi waktu berorganisasi dan belajar. Dan aku tidak akan mengulanginya lagi. Maklum, anak baru.
Dan ketika kita sudah memfix an
jadwal pertandingan, ada ada saja yang masih protes. Ya ampun, terkadang saya
frustasi sendiri. Bukankah HIMA itu udah baik hati ya? Ada kuliah jadwal lomba
bisa diundur, dimajuin bisa, itupun masih banyak yang protes. Ya Allah berilah pahala
yang banyak untuk HIMA, Hhehe :D. Tidak berhenti di situ saja. Entah mengapa, mulai
saat itu, Pembicaraanku dengan ganing (temanku di PJ badminton) tak pernah
lepas dari pertandingan, jadwal kuliah kakak tingkat, wasit, dan lain
sebagainya. Ahh, kenapa kita terlalu kepo kpada mereka. Ckckckck. Namun, Kabar
baiknya Aku pun jadi kenal beberapa kakak tingkat, yang ternyata ada kakak
tingkat masa SMP dan SMA yang belum kuketahui sebelumnya. Lalu, Aku yang buta
pengetahuan dari tenis meja pun sampai hapal peraturan mainnya. Alhamdulillah
deh. :o
Pokoknya hari-hariku dipenuhi dengan
rasa nggak enak sama kakak tingkat dan itu berlangsung lama. Walau begitu, Mas
Bima, mas baim, mbak Sandra, mas hendrik sebagai wasit dan teman-teman lain alifah, dwi arum, rosa,
ganing, dan lain sebagainya yang tidak bisa kusebutkan satu persatu selalu
berbaik hati membantuku dan mampu menjadikan pertandingan kembali seperti yang
sudah direncanakan. Terima kasih sekali. Kalau tidak ada kalian entah aku jadi
apa? Tapi emang karena saya orangnya belum ahli mengkoordinir acara, ada-ada
saja halangan yang terjadi, dan ujung-ujungnya rasa nggak enakanku itu hadir
lagi. Maaf ya.
Dan ketika semua itu akan berakhir,
ada kelegaan sendiri. Namun mengapa harus ada air mata di ujungnya? Yaa, ada di
saat aku tidak bisa menahan air mataku saat
itu. Aku lelah dengan semua ini, aku lelah dengan kondisi yang selalu kontra
denganku, aku lelah menjadi kecemasan orang tuaku, dan aku lelah jika saja aku
tidak bisa bekerja dengan baik di setiap acara. Malam itu, aku ingat sekali, air
mata ini tidak bisa kutahan, kubiarkan mengalir begitu deras selepas sholat maghrib.
Dan aku tidak berhasil menutuupinya, aku tidak berhasil menyembunyikan
kesedihanku dari Mbak Hana, linda, Ita, Alifah, ganing dan Rosa yang saat itu
mengetahuiku menangis. Mereka bertanya alasannya?
Tapi, maaf atas segala kebohongan
setiap kali kalian bertanya alasanku menangis. Aku hanya tidak ingin kalian
merasakan rasa sakit yang sama seperti yang kurasakan. Jadi, yang kubutuhkan
adalah sendiri. Maaf. Dan di tengah perjalanan pulang, aku melanjutkan
tangisanku. Waktu yang tEpat untuk menangis di tengah kegelapan malam dan di
sela deru kendaraan yang mampu menutupi tangis dan isakanku kala itu.
Pesan dari mbak Hana yang benar-benar
kuingat adalah biarkan terpaan dan cobaan itu menghampirimu. Karena mereka akan
menguatkan jiwamu. Di tengah hiburan dan tepukan pundak yang menghangatkan itu,
ada rasa yang tidak pernah berubah dari sini, dari sebuah organisasi bernama
HIMA.
Pgsd Cup telah berakhir.
Alhamdulillah setidaknya aku sedikit lega. Walaupun masih ada rangkaian seleksi yang
menunggu, tetapi entah mengapa aku ingin mengakhiri semua ini. Bagiku sudah
terlalu banyak pengorbanan yang aku jalani. Namun, Apakah aku akan mundur
begitu saja, ketika semua rintangan itu sudah berhasil kulewati. Apa yg harus
kulakukan?
Dan selama seleksi selanjutnya adalah
wawancara. Ketika seleksi wawancara itu berlangsung, banyak
pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan, ada yang bisa kujawab, ada yang nggak
bisa, ada yang ngawur. Tapi kebanyakan nggak bisa jawab. Dan tiba saatnya, Ketika pengumuman hasil
seleksi itu keluar, aku hanya bisa pasrah. Aku tidak berharap banyak atau
sampai berharap diterima, sama sekali tidak. Tetapi, kenyataan berkata lain. Kertas
putih itu menuliskan statusku sebagai calon pengurus HIMA selnjutnya. Satu
amanah menunggu untuk dikerjakan. Aku terpaku sejenak, kebingungan menyelimuti
diriku. Terkadang aku berpikir, apa alasan mereka memilihku? Apa kelebihan yang
aku miliki hingga mereka menunjukku menjadi salah satu di antara orang-orang
berpengalaman dan berprestasi di sana? Bukankah, mereka juga sudah melihat
kinerjaku selama magang. Banyak sekali kekurangan yang kulakukan, tapi aku
hanya dapat menerimanya dengan lapang dada. Allah pasti memiliki rencana lain
di balik semua ini. I will do my best !
Dari segala aktivitas di atas, banyak
hikmah yang dapat kuambil. Bahkan ketika aku sadar, keuntungan dan hikmah itu
lebih besar dari segala rintangan dan terpaan selama ini. Sebuah pengalaman
yang sangat berat untuk ditinggalkan apalagi diabaikan. Pokoknya aku tidak
pernah menyesal bergabung dengan HIMA, aku tidak pernah menyesal atas semua
rintangan selama ini, dan aku tidak akan menyesali banyaknya air mata yang telah
tumpah. Karena semua sudah terbayarkan. Terbayarkan dengan segala bentuk
pengalaman dan hikmah di setiap kebersamaan ini, bersama mereka. Keluarga
baruku. Sepertinya pilihanku sangatlah tepat.
PLDK
Salah satu program kerja PKO yang
diikuti oleh calon pengurus HIMA yang baru. Salah satu pengalaman yang
lagi-lagi menjadi sangat berharga untukku. Pasalnya aku belum pernah menanjak
setinggi itu? Hahaha. Bagi yang mau
melihat rincian pengertiannya bisa dilihat di blog UNSku “INGRIDELVINA.BLOG.UNS.AC.ID”
*Err promosi lagi? Abaikan :D*
Ya, apa kata yang tepat saat
menggambarkan PLDK?
Mengejutkan!!!
Benar-benar mengejutkan. Oh, ternyata
ini to yang dibincang-bincangkan teman-teman dulu. Kalau PLDK itu menegangkan
dan bakal menguji mental dan fisik. Yup, kalian benar. Dan itu semua diluar
dugaan. Pikiranku sebelumnya, PLDK itu bakalan piknik bareng, makan bareng,
nyanyi bareng, liat bintang bareng-bareng di malam hari. Tapi itu semua salah
besar teman- teman, dan saya menyesal sudah mengkhayalkannya.
Pertama kalinya kami dipanggil ,
sekitar 30 orang dikumpulkan di Gor PGSD. Aku sudah berprasangka buruk terus
waktu itu. Gimana tidak, kami sudah telat 10 menit dan dengan santainya kita
ngobrol dan ketawa-ketawa di tengah ekspresi kakak-kakak tingkat yang
serius-serius itu. Bayangkan!
Lalu kami disuruh berbaris. Dan
diberi pengarahan, dan terkejutnya lagi! Perbincangan di luar itu menjadi
kenyataan. Kami harus pergi ke tempat tujuan naik bis dengan uang yang sudah
ditentukan, lalu masih mendaki dengan tas carrier yang beratnya itu lhoo.
Sebenarnya, banyak sekali pengalaman selama di bis. Bagaimana
tidak? Selama perjalanan, di tengah penumpang lain kami bernyanyi mars HIMA.
Bisa dibayangkan, ketika penumapng lain diam, kita seperti berubah menjadi
penyanyi yang siap menghibur mereka. Woow, teman-temanku benar-benar keren.
Ada juga mas-mas penumpang Bis yang baik banget sama kita.
Kebetulan, bisanya lagi penuh sesak, dan semakin bertambah sesak ketika tas
carrier kami memasukinya. Kebetulan sekali aku dan dwi arum berada di belakang
ya. Terus tiba-tiba kernetnya nyuruh tas carrier kita dipindah ke pojok atas
bis, karena dinilai makan banyak tempat. Hla memang iya :D. Terus kita kan
bingung, nanti yen jatuh gimana? Lalu ada mas-mas yang duduk di belakang juga
menawarkan diri untuk menjaga tas-tas kita dengan senang hati. Jadi mas-masnya itu
duduk di pojokan atas terus megangi tas kita gitu, tanpa rasa malu. Oh, jangan
meleleh ya, biasa aja! Big thanks banget deh buat mas-mas tanpa nama itu hehe.
Di tengah perjalanan panjang itu, akhirnya
kami tiba di tempat tujuan. Sebenarnya bukan tempat tujuan yang sebenarnya sih.
Karena tempat tujuannya itu masih ada di atas nan jauh di sana. Ada beberapa pos
yang menunggu kita, dan saat itu pula aku hampir menyerah. Bagaimana tidak? Aku
sangat kelelahan memikul beban itu apalagi di tambah jalan yang menanjak.
Walau sebenarnya teman-teman lain saling memberi semangat dan dorongan. Tapi
itu tidak cukup membantu mengatasi rasa lelahku. Rasanya ingin sekali menyerah.
Aku pengen berhenti sedikit lama,
tapi karena mendengar semangat dari kakak tingkat, siapa ya? Mas nanda sama mas
dayat yang nasihatin temenku lain, “Masa sudah sampai sini sudah mau nyerah
dek?”. Aku pun jadi semangat lagi. Perjalanan panjang itu benar-benar bermakna
sekaligus berkesan. Perjalanan bersama dengan suasana malam yang begitu syahdu,
ketawa bareng, istirahat bareng, capek bareng, minum bareng, makan bareng, dan
berkeluh kesah bareng, semuanya komplit deh. Dan best momen adalah, saat kita
beristirahat sejenak untuk sekedar melepas penat kemudian Ribuan bintang dan
kemerlip cahaya kota di bawah sana menyambut mata kami malam itu. Aku dapat
melihatnya, keindahan dan pengalaman yang tidak dapat terbayarkan oleh apapun. Dan
sejatinya aku baru menyadari makna dari perjalanan panjang ini.
Dan akhirnya sampailah kita dipuncak
tujuan kami. 2 hari kami habiskan untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan itu.
Waktu yang benar-benar berharga untuk dilewatkan, dari tidur di tenda
bareng-bareng, masak bareng, makan bareng, sholat bareng, dan berpetualang bareng dengan
keadaan yang sangat menegangkan :D. Dari ditegur habis-habisan sama mas
Bima, mas Ento, mas reza. Duh, bener-bener menguji mental. Tapi di antara
semuanya, aku paling takut sama mas Reza. Gimana ya, walau pun setiap teguran
dan ketegasan mereka nggak pernah tak masukin hati. Tapi kenapa marahnya mas
Reza itu ngena banget ya? Kenapa ya? Entah lah
Ketika hari terakhir PLDK itu akan
tiba. Pada waktu fajar yang tak akan terlupa. Kami berkumpul meneriakkan nama
seseorang. Hari itu dimana saya teriak-teriak nggak jelas buat mengejar
seseorang. Dan seumur-umur saya nggak pernah ngejar seseuatu sampai segitu
perjuangannya. Sampe harus nangis, sakit, pegel. Rasanya itu aku sudah
mencurahkan segala isi hatiku, kemudian mbak-mbak yang mendampingku masih suruh
teriak-teriak lagi. Ya Allah, aku sudah kehabisan kata-kata hehe. Dan kalian
tahu apa rasanya jadi aku? Rasanya jadi orang yang biasanya pendiam terus
disuruh teriak-teriak sekuat tenaga seperti itu? Malunya nggak ketulungan, malu
banget. Bahkan aku sampai nggak tega lihat diriku di videonya.
Tapi sekali lagi, semua itu benar-benar berhikmah. Setelah kita bernangis-nangis ria. Semuanya kembali normal. Tak ada ketegangan, tak ada teguran, tak ada dendam. Semuanya berbaur menjadi satu kembali dalam sebuah kebersamaan. Tahukah kalian apa yang dibenakku saati itu?
Aku terharu..
Tak ada kalimat yang lebih tepat
menggambarkan keadaanku saat itu selain haru. Aku bersyukur bahwa seseorang
penuh kekurangan sepertiku bisa menjadi keluarga dalam lingkup HIMA. Sebuah
keluarga yang tidak bisa kudapatkan di lain tempat. Alhamdulillah.
Semenjak itu, kami saling memperbaiki
diri, menambah komitmen, dan semakin mengikat tali persaudaraan kami di dalam
keluarga besar HIMA. Banyak sekali kenangan hingga akhirnya aku ditempatkan
dalam divisi kominfo dengan kisah antara aku, kamu dan kominfo yang akan saya liput pada edisi selanjutnya.
Eciee :D
Ada yang beda sepulang PLDK. Alhamdulillah
kita jadi semakin solid saja, mungkin itulah alasan dari tujuan PLDK
sesungguhnya. Dan yang paling aneh, saya jadi nggak gampang nangis lagi pas
nonton film atau baca cerita sedih. T_T. Padahal mereka genre favoritku. Yaaa, mungkin hikmah yang lain adalah
itu, hal yang membuat kita lebih tegar dan kuat, serta lebih yakin dalam
menjalankan segala program kerja HIMA.
HIMA telah mengajarkanaku banyak hal.
Pilihanku sungguhlah tepat. Benar-benar banyak yang berubah dari diriku. Dari
diriku yang mulai bersikap sedikit terbuka, berlatih ngomong di depan banyak
orang, dan juga pengalaman handle acara. Aaah, lagi-lagi tak ada kata yang pas
selain haru. Malam itu, UP GRADING HIMA
1.
Sebuah acara yang keren dan kece. Karena
kami bisa didekatkan lagi dan diharmoniskan kembali dalam lingkup sebuah
keluarga. Sebuah acara yang membuatku seperti bernostalgia kembali.
Bernostalgia tentang masa itu, masa dimana kita dipertemukan dengan
ketidaksengajaan. Dan sekarang kita sudah bertransformasi menjadi sebuah
keluarga yang sangat kompak.
Banyak sekali perubahan dari diriku.
Banyak sekali inspirasi yang datang, kekaguman yang datang, dan pengalaman yang
berharga pula. Aku banyak mengambil figur dari kakak tingkat dan teman-teman yang semakin membuatku mengintropeksi
diriku kembali, menyadari bahwa diri ini masih terlalu banyak kekurangan dalam
segala hal. Aku bahagia bisa belajar bersama kalian. Aku bahagia, ketika aku
berhasil melegakan setiap beban yang terkadang menghampiri, dan seakan semua
beban itu lenyap tak berbekas ketika wajah-wajah itu menyuguhkan keramahan dan
canda tawa yang selalu menentramkan.
Tahukah kalian seberapa besar perasaan bahagiaku? Besar sekali. Sebuah
rasa yang tak mungkin aku ungkapkan melalui lisan. Karena pun aku tidak berani
melakukannya. Aku terharu. Apapakah kalian tahu? Entah mengapa aku tiba-tiba
ingin menangis di saat materi pertama kala itu, tapi aku tidak tahu alasannya.
Mungkin karena kalian dan kebersamaan ini. Aku ingin kebersamaan ini terus
terjalin sekarang dan seterusnya. Aku ingin selalu menatap mereka, wajah-wajah
penuh keceriaan dan senyuman yang menenangkan.
Lagi-lagi dibalik diamku, aku
menatap satu per satu sinar wajah itu,
tepat di sana, di bawah lampu malam hari. Tepat ketika suara-suara itu saling
menyahut penuh kehangatan bersama canda dan tawa yang tak pernah lepas darinya
Terima kasih telah menerimaku, terima
kasih atas ukhuwah ini. Maaf apabila kalian tidak nyaman berada di dekatku
dengan sifatku ini. Maaf telah menjadi teman yang membosankan bagi kalian,
walau sebenarnya aku juga ingin menjadi salah satu orang yang dapat berbaur dan
mencairkan suasana seperti yang lain. Tetapi, itulah kalian, ketulusan hati itu
sangatlah kental terasa. Aku beruntung bisa mengenal kalian. Aku beruntung bisa
berada di sini. Sebuah organisasi yang awalnya terjalani penuh ketegangan dan
kesedihan. Tapi bukankah kebahagiaan itu tak selalu berawal indah. Dan bukankah
kita akan bisa lebih memaknai kebahagiaan setelah melalui kejadian yang menyakitkan
terlebih dahulu? Dengan begitu kita akan lebih menghargainya, berusaha menjaga,
dan berharap kebersamaan berharga ini akan tetap ada, selamanya.
Terima kasih untuk segalanya
Aku sayang kalian
Sukoharjo, 18 April 2015
Untuk kalian, keluarga besarku.
Ditulis dengan curahan perasaan
yang sesungguhnya