Aku adalah calon seorang guru. Aku
adalah calon yang kata orang akan menjadi manusia yang digugu dan ditiru bagi
murid-muridku dan seluruh elemen masyarakat lainnya. Kata orang, pekerjaanku
mulia, menyampaikan ilmu yang bermanfaat bagi para penerus generasi masa depan.
Kata orang pekerjaanku adalah pekerjaan yang berkah, karena menyampaikan ilmu
yang bermanfaat adalah salah satu amalan yang tidak akan terputus oleh
kematian, sebuah amalan yang pahalanya akan terus mengalir hingga ke akhirat
kelak
Alhamdulillah, aku bersyukur Allah
memberikan kesempatan menjadikanku calon guru. Ya memang sejak awal aku ingin
mendedikasikan diriku menjadi manusia yang selalu bermanfaat bagi orang lain. Aku
ingin mengubah karakter-karakter anak-anak didikku agar menjadi bangsa yang
berkualitas kelak di kemudian hari. Itulah bentuk pengabdianku.
Bukankah seorang guru tidak hanya
dituntut bisa mengajar saja? Seorang guru yang profesional memiliki tugas utama yakni mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada jenjang pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah (UU No. 14
Tahun 2015). Guru yang profesional juga dituntut untuk dapat mengembangkan keprofesiannya.
Pengembangan keprofesian untuk guru diarahkan agar memperkecil jarak antara
pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial, dan kepribadian dengan apa yang
menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya.
Begitu pun denganku, aku tak ingin
hanya menjadi seorang guru yang memberikan ilmu dan inspirasi kepada masyarakat
di sekitarku. Aku ingin memberikan ilmu ini untuk seluruh masyarakat Indonesia
bahkan dunia, melalui sebuah tulisan. Mengapa? Karena Aku sadar bahwa suaraku
ketika mengajar hanya bisa mencapai murid-muridku di kelas saja, namun dengan
tulisan, aku yakin niatku bisa menyentuh hati dan pikiran lebih banyak
orang.
Orang boleh pandai setinggi langit,
tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dari sejarah. Menulis adalah
bekerja untuk keabadian,
begitu kata Pramoedya
Ananta Toer.
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa
menulis merupakan salah satu kegiatan dilakukan oleh masyarakat. Selain
memberikan manfaat berupa menyebar ilmu kebaikan, dengan menulis kita dapat
melatih bagaimana melahirkan kata-kata yang bermakna dan berkualitas. Namun
sayang, aktivitas ini masih jarang dilakukan oleh mayoritas masyarakat kita
terutama para pemuda.
Kita sudah banyak menemukan
pemuda-pemuda yang sukses berkat bakat, prestasi, atau usahanya. Namun,
sebagian besar dari mereka masih awam dengan dunia tulis menulis. Banyak yang
beralasan bahwa mereka tidak memiliki kemampuan menulis. Sebenarnya saya tidak
terlalu setuju akan hal ini. Saya yakin
pemuda-pemuda di luar sana sudah memiliki modal yang besar untuk
menulis. Banyak mahasiswa yang sudah menghabiskan banyak waktu untuk membaca
buku, mengikuti kajian, bahkan melakukan penelitian-penelitian yang luar biasa.
Tapi mengapa mereka tidak
menularkan dan menyebarkan ilmu yang mereka dapatkan kepada orang lain? Apakah alasan
tidak bisa menulis menjadi pemicunya? Aku rasa tidak. Keputusan untuk menulis
adalah soal kemauan, jika kita memiliki kemauan yang besar untuk bisa menulis
tentu saja hal itu bisa tercapai.
Walau memang menulis sendiri adalah
sebuah perjalanan yang panjang. Kesempurnaan diksi dan majas yang berpadu
seimbang dalam tulisan akan kita peroleh jika kita terus berlatih. Sejatinya
jika kita ingin mahir menulis bukanlah diukur dari seberapa banyak kita
mengikuti training/seminar kepenulisan oleh penulis-penulis hebat di luar sana.
Namun kelihaian merangkai kata-kata itu didapat jika kita rutin menulis setiap
hari. Karena sejatinya latihan terpenting bagi seseorang yang ingin pandai
menulis yaitu dengan menulis itu sendiri.
Jika saja semua pemuda memiliki
tekad untuk menulis, tentu segala pencapaian dan ilmu yang mereka miliki dapat
dilihat banyak orang dari seluruh dunia. Sesungguhnya Tulisanmu memiliki
potensi yang besar dalam merubah dan membangun masyarakat ke arah yang lebih
baik. Masyarakat yang sedang mencari solusi untuk menyelesaikan masalah di
daerahnya mungkin akan menemukannya dalam tulisan yang kamu bagikan. Dengan
begitu, tulisanmu akan menjadi jembatan abadi bagimu dan orang-orang di
sekitarmu serta jembatan ilmumu untuk dunia ini.
Itulah kekuatan tulisan. Sebuah
rangkaian kata yang jika dibaca dapat membuat dunia mengakuimu, meski sama
sekali penduduk dunia belum pernah bertemu denganmu. Hanya dengan membaca
tulisanmu saja sudah membuat mata dunia tertuju padamu dan penasaran akanmu.
Ya, dengan alasan itulah aku mendedikasikan diriku menjadi guru yang terus
menulis.
Mungkin menulis tidak sehebat
bentuk pengabdian lain. Mungkin menulis tidak
lebih tinggi kelasnya seperti turun langsung ke jalan, memberikan
penyuluhan pada masyarakat, ikut andil dalam kegiatan sosial dan lain sebagainya.
Banyak sekali yang memaparkan bahwa pengabdian yang sebenarnya adalah dengan
terjun langsung ke masyarakat. Ya, aku mengakuinya, aku tidak membantah hal
ini. Namun bagiku, hal itu tidaklah cukup. Hal itu berasa kurang karena hanya
mereka yang terjun ke masyarakatlah yang akan merasakan manfaatnya. Kegiatan sosial
sehebat apapun jika tidak dituliskan dan dipublikasikan tentu tidak akan
menjadi inspirasi serta mendatangkan manfaat bagi orang banyak.
Bukankah selain mengabdi, tugas
yang harus kita emban adalah menyampaikan ilmu yang bermanfaat? Agar segala
bentuk aktivitas kita dapat dikenal dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di
luar sana yang ingin melakukan aktivitas sosial juga.
Begitu pun dengan sejarah bangsa
kita. Aku ingin menjadi salah satu pemuda bangsa ini yang terus menularkan
apapun yang dimiliki negeri ini dalam bentuk tulisan. Aku tahu, Indonesia
merupakan negara luar biasa yang memiliki sejuta kekayaan leluhur. Namun
sayang, belum banyak penduduk dunia yang mengetahuinya, bahkan bangsa kita
sendiri bisa jadi belum memahami tentang kekayaan leluhur yang dimiliki
Indonesia.
Aku ingin Indonesia dikenal menjadi
Negara yang rukun, makmur, dan kaya akan kebudayaan oleh seluruh bangsa. Aku
ingin menularkan tulisan-tulisan itu ke seluruh masyarakat dan anak cucuku
kelak, agar mereka bangga bisa menjadi salah satu penduduk yang dikenal
keramahannya, tutur bahasanya, dan unggah-ungguh itu. Harapanku adalah
menjadikan Indonesia dicap abadi sebagai bangsa majemuk yang selalu menjunjung
persatuan hingga nanti di kemudian hari
Begitu juga dengan bentuk
pengabdianku terhadap agama. Meski aku hanya bisa menggerakkan jari-jariku di
atas tuts-tuts keyboard laptop ini. Meski ilmu agamaku belum cukup untuk
merubah keadaan sekitar atau memberi inspirasi bagi pemuda seusiaku, tapi aku
sadar tulisanlah yang akan membawa perubahan, setidaknya mengubah cara pandang
seseorang terhadap agama Islam. Sebuah agama yang paling sempurna sehingga
dengan mempelajarinya, orang-orang akan terbuka hati dan pikirannya akan
keindahan unsur-unsur di dalamnya.
Aku ingin menjadi seperti Asma
Nadia, Ust. Salim A Fillah, atau Ust. Felix Siauw, yang mampu berdakwah melalui
tulisan-tulisan indah itu. Mereka mampu menyebar pesan kebaikan sekaligus
perubahan ke arah masyarakat yang lebih baik. Ketika suatu saat manusia lalai,
kita dapat membaca tulisan-tulisan itu kembali untuk selalu meningkatkan
kualitas keimanan kita. Bukankah sebuah hal yang amat bermanfaat?
Nah itulah pentingnya menulis. Lalu
apa kaitannya dengan profesi yang aku emban kelak di kemudian hari? Saudaraku, Jika seorang guru mau menuliskan, dan mempublikasikan
ilmu yang ia miliki tentu akan dapat
menginspirasi rekan guru, masyarakat dan peserta didik. Karena
sejatinya, Guru
adalah teladan sekaligus inspirator bagi pesarta didik. Jika guru sudah mampu
menginspirasi, masa depan bangsa ini pun kan cerah. Kemajuan bangsa sangat
tergantung pada penerus bangsa yang memiliki kemampuan menulis yang baik dari
gurunya. Jadi, sebenarnya melatih diri untuk terampil menulis adalah sebuah
bentuk investasi di hari tua.
Ya, Aku ingin terus menulis untuk
bangsa dan agamaku. Aku ingin menjadi guru yang aktif menulis. Aku ingin dunia
melihat betapa hebat dan besarnya bangsa ini. Aku ingin dunia melihat sungguh
mulia agama rahmatan lil alamin yang
aku anut ini. Supaya pada akhirnya, bangsa dan agamaku tetap menjadi catatan
sejarah generasi berikutnya, menjadi sebuah catatan abadi yang tetap
dibanggakan oleh bangsa kita.
Ingrid Elvina, seorang guru yang
cinta menulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar