Ataukah di sana kau rindukan aku? Seperti diriku yang selalu
merindukanmu,
Selalu merindukanmu
Hampa.
.
.
.
Aku tidak mampu melanjutkan lagi,
jari-jariku terhenti saat aku mencoba mencerna kata-kata yang pas untuk
menggambarkan kondisiku saat ini.
Hampa
Mungkin kata ini yang menjadi
alasan bagi kondisiku sekarang. Bahkan ketika ingin merasa pun aku ‘hampa’,
apalagi menulis?
Hampa
Aku tidak tahu lagi kemana arah
hati ini sekarang. Aku tidak mengerti mengapa kehampaan itu muncul dengan
sendirinya, dan muncul sesering ini.
Apa mungkin karenamu? Karena dia?
Atau, karena mereka?
Sejujurnya, akhir-akhir ini aku
begitu merindukanmu, dia, dan mereka. Aku rindu sekali. Namun aku tidak dapat
berbuat apapun, raga ini mematung tak berdaya. Aku hanya bisa menyampaikan rasa
ini melalui iringan doa-doa untukmu, dia dan mereka.
Taukah kalian?
Aku berdoa agar kalian kembali.
Aku berdoa agar kalian mengisi kehampaan ini dan mengusirnya jauh-jauh. Sungguh
sangat tidak nyaman menjaga ‘hampa’ ini sendirian. Aku membutuhkan kalian.
Tetapi, di sisi lain aku baru menyadarinya, bahwa kalian tidak hadir sedetik
pun.
Maaf,
Mungkin aku yang salah. Dulu,
mengapa aku begitu menyia-nyiakan kalian? Mengapa aku tidak memanfaatkan dan
menghabiskan waktu bersama kalian, serta menyingkirkan egoku saat itu. Ya aku
yang sepenuhnya salah. Aku pikir hal itu tidak terlalu berarti untuk menjalin sebuah
hubungan ini. Aku pikir akan baik-baik saja, aku pikir begitu.
Namun ternyata, satu persatu dari
kalian pergi dan menyisakan hampa yang hadir sedikit demi sedikit namun semakin
menyiksa…
Maaf,
Andai waktu bisa kuputar, aku
tidak akan berbuat demikian. Aku tidak akan menyia-nyiakan kalian. Maaf, Apakah
aku sudah terlalu terlambat sejauh ini? Tolong maafkan aku jika aku salah,
ingatkan aku jika aku menyebalkan, tegurlah aku jika aku menyimpang. Namun
jangan diamkan aku, jangan menjauh, dan bahkan pergi.
Hampa,
Hatiku terlalu hampa untuk
mempercayai dan bahkan menaruh harapan pada mereka yang lain. Walau begitu, aku
masih berharap ada seseorang yang benar-benar tulus bersamaku, menemaniku, dan
menghiburku selalu, dan yang pasti aku masih berharap suatu saat nanti kalianlah
yang akan kembali. Aku tidak ingin menjadi manusia yang lemah, manusia yang
hanya hidup dalam kehampaan tanpamu, dia, dan mereka. Aku benar-benar
membutuhkan kalian.
Hingga ketika nanti, aku ingin
kalian lah yang mencariku ketika aku tidak berada di surga. Aku ingin kalianlah
yang menyelamatkanku dari api neraka berkat ukhuwah kita. Aku ingin sekali.
Sejujurnya aku takut.
Apakah aku harus menyerah dan
menyudarhi semua pengharapanku? Apakah aku tidak pantas memiliki orang-orang
itu, memiliki saudara seiman yang akan selalu menerima apa adanya, yang selalu
ada, yang selalu mengingatkan. Jujur, aku lelah sekali. Hampir habis
pengharapanku akan hadirnya kalian, namun aku tidak ingin menutup hati ini. Aku
ingin memiliki kalian kembali, aku juga ingin tau rasanya memiliki ‘seseorang’
yang berarti dalam hidup. Seseorang yang menentramkan, mengingatkan, dan
menemaniku hingga di surga kelak
Aku harap aku memilikinya,
Aku harap kalian kembali
Namun jika tidak , Aku ingin tahu, Apakah ALLAH
menyiapkan ‘seseorang’ itu di surga ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar