Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Rabu, 28 Februari 2018

Living in another Country as Muslim



 Assalamualaykum wr wb.

Alhamdulillah bertemu lagi, terima kasih sudah berkunjung di blog saya, hehe. Sesuai janji sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang kehidupan seorang muslim di luar negeri. Beberapa minggu yang lalu saya diberi kesempatan untuk merasakan tinggal di luar negeri selama satu bulan. Filipina menjadi negara yang saya tinggali kala itu. Tak pernah terbersit sedikitpun untuk menempatkan Filipina sebagai negara yang akan saya kunjungi sebelumnya, namun ternyata  takdir ALLAH berkata lain.
 
Kebetulan saya mengikuti exchange program dari universitas di bidang pendidikan, dari situlah saya mendapatkan banyak pengalaman bagaimana harus bersikap, bersosialisasi, dan tentunya menempatkan diri sebagai muslim di negara dengan mayoritas penduduk beragama non muslim. Bahkan sebagian besar mereka tidak terlalu mengetahui tentang agama Islam.
Pernah suatu hari, saya dan teman-teman ditanya, “Apakah seluruh orang Indonesia menggunakan penutup kepala (hijab) itu?” tentu kami menjawab “tidak” karena hijab ini hanya diperuntukkan bagi muslim atau orang yang beragama Islam dan mereka pun baru mengetahui saat itu. Di samping itu, masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain mulai dari,

 “Mengapa harus pakai hijab?”
“Kalau hijabnya dilepas memang kenapa?”

Kemudian pertanyaan berkembang menjadi,

“Mengapa harus beribadah setiap hari?”
“Apa itu sunnah?”

Ternyata beberapa dari mereka sempat mencari informasi tentang Islam di google, haha. Pertanyaan tak berhenti sampai di sana, tiba-tiba ada yang bertanya?

“Ingrid, apakah kamu punya pacar? Apakah diperbolehkan pacaran dalam Islam?” *Duuh*
“Mengapa laki-laki boleh memiliki istri sebanyak 4 orang? Apakah mereka tidak setia?”

Nah, kalau seperti ini bagaimana menjelaskannya ya, hehe. Mana harus menyusun kata-kata pakai bahasa Inggris lagi, hehe. Namun dari sanalah celah dakwah terbuka. Alhamdulillah dengan seizin ALLAH aku bisa mengenalkan agama Islam kepada mereka.

Selanjutnya tentang Salat. Pasti banyak yang bertanya bagaimana caranya bisa sholat di negara dengan mayoritas penduduk non muslim dan mau sholat dimana? Dibolehin sholat nggak? Serta banyak pertanyaan lainnya.
Pertama kali jadwal mengajar dikeluarkan, kami harus pergi ke kampus tepat waktu. Jam sekolah dimulai dari jam 07.00 hingga 17.00, padat sekali. Untuk salat Shubuh, Maghrib, dan Isya, aman, karena kita bisa sholat di asrama. Tapi bagaimana tentang sholat Dzuhur dan Ashar?
Alhamdulillah, Allah menunjukkan kemudahannya, jam istirahat dimulai dari pukul 12.00 sampai dengan 13.00, jadi waktu itu sangat pas untuk melaksanakan Sholat Dzuhur. Di minggu-minggu pertama aku harus kembali ke asrama untuk Sholat, namun lama kelamaan lelah juga karena kampus dan asrama harus ditempuh selama 10 menit dengan berjalan kaki. Jadi minggu-minggu berikutnya aku memutuskan untuk sholat di kelas. Hemm, sebuah keputusan yang berat, aku khawatir akan banyak orang mengawasi cara beribadah kami yang teramat berbeda-beda dan menimbulkan prasangka-prasangka. Namun ternyata kekhawatiran itu sirna, orang-orang di sini memberikan toleransi yang besar kepada kami. Kami diperbolehkan untuk sholat dimana pun. Pertama kali, aku melaksanakan sholat di kelas. Waktu itu kondisi sedang ramai-ramainya, ada yang bercengkerama, ada yang memainkan musik, dan tertawa riuh. Ketika aku ijin untuk sholat di kelas, mereka langsung mematikan lagu dan music, serta melirihkan suaranya. MasyaAllah aku sangat terharu kala itu, walaupun ada sebagian teman yang heran dan terlihat penasaran dengan cara kami Sholat waktu itu hehe, tapi tak mengapa yang penting kami tidak meninggalkan kewajiban ibadah ini.

Selain kelas, tempat favorit adalah di kantor dekan karena tempatnya sunyi, bersih, dan sejuk, hehe. Alhamdulillah, dekan dan para stafnya mengijinkan kami untuk beribadah di sana. Namun, lama kelamaan juga tidak enak hati, takutnya mengganggu pekerjaan, jadi  kami memilih tempat lain. Karena kampus ini tidak memiliki prayer room atau Mushola jadi kami bisa solat berpindah-pindah tempat sesuai tempat kerja kami kala itu.

Selain sholat, kami juga selektif tentang makanan di sini. Kami menjelaskan kepada mereka bahwa Muslim hanya boleh makan makanan halal, jadi kami dilarang makan babi/pork, minum alcohol, makan makanan yang menjijikkan, dan makanan haram lain. Alhamdulillah mereka mengerti, jadi ketika teman-teman ataupun dosen ingin makan malam bersama kami, pasti mereka memilih tempat makan yang tidak menjual babi di sana. hampir setiap kali makan malam/ siang, menu favorit kami adalah ayam, hahaha.
Selain itu, ketika berbelanja, hal yang paling utama selain melihat harga adalah melihat kode halal di dalamnya. Jadi sudah dipastikan bahwa rentang waktu belanja kami sangat lama karena harus sangat selektif, terkecoh sedikit pasti berbahaya.

Hal lainnya adalah tentang hijab

Hijab menjadi bahan pertanyaan yang paling sering muncul ketika kami menginjakkan kaki di Negara ini. Bagaimana tidak? Sebagian besar dari mereka bertanya “Apakah kamu tidak kepanasan menggunakan kain itu di tengah terik matahari yan menyengat?”

Dan kami jawab, “tidak”

Kami juga menjelaskan bahwa kami harus menutup rambut dan seluruh bagian kepala kecuali muka dari laki-laki dewasa selain saudara, keluarga, dan juga suami. Mendengar alasan tersebut, mereka terlihat tertarik, kemudian muncul pertanyaan lagi. “Apakah ada arti cara penggunaan jilbab itu?” pertanyaan ini muncul saat style jilbab kita yang berbeda satu sama lain, untuk yang satu ini akan lebih mudah menjawab “Tidak, ini hanya style.” Kemudian mereka langsung tertawa, haha.

Selain itu, ada beberapa teman di sana yang tertarik untuk mencoba menggunakan hijab, reaksi pertama yang muncul yaitu mereka terlihat amat gerah. Pantas saja, karena mereka tidak terbiasa menggunakannya, mereka kagum dengan cara kami bertahan menggunakan pakaian yang serba panjang dan tertutup di cuaca yang panas ini. Kita langsung menjelaskan bahwa pakaian ini membuat kita berlindung dari sengatan matahari secara langsung.

Oh ya, di hari terakhir, kami berkesempatan untuk mengunjungi sebuah masjid. Sulit sekali menemukan masjid di Filipina. Masjid ini bernama Pioneer Mosque, didirikan oleh orang Filipina beragama Islam yang datang dari pulau Mindanao (pulau terbesar di Filipina), memang kebanyakan masyarakat Mindanao adalah Muslim. Di majid ini kami bertemu dengan keluarga Islam yang sudah lama menetap di Ilo-ilo, rasanya senang dan haru. Setelah berhari-hari tidak datang ke masjid, akhirnya kami bisa bercengkerama dan bertemu dengan saudara-saudara kami. Ketika saya bertanya kepada mereka, “Apakah ada kesulitan menjadi seorang Muslim di Filipina.” Mereka menjawab, “tidak”

Memang benar, Filipina adalah Negara yang memiliki toleransi yang tinggi antar penduduknya. Di luar ekspektasi saya sebelumnya yang mengira bahwa akan sulit menjadi muslim di Negara ini, ternyata semua itu salah. Masyarakatnya ramah, pekerja keras, dan murah senyum. Walaupun pada awalnya masyarakat di sana melihat kami dengan tatapan aneh dan asing karena memakai baju serba tertutup, namun lama kelamaan mereka terbiasa juga. Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang lain tidak menilai diri kita dari cara berpakaian maupun agama yang kita anut, namun mereka melihat perilaku dan sikap kita di kehidupan sehari-hari.

Jadi tidak usah ragu untuk melakukan perjalanan hingga ke luar ngeri, ALLAH tidak mungkin membiarkan hamba yang selalu taat kepadaNya berada dalam kesusahan. Kita masih bisa menjaga identitas kita sebagai muslim meskipun di luar negeri. Biarkan orang lain mengenal keindahan Islam sebagaimana perintah ALLAH kepada kita untuk senantiasa berdakwah dan menebar kebaikan untuk sesama.

Bismillah. Semangat berdakwah ya!!




Belajara bahasa bersama :)
 
 Tempat Sholat favorit di Lounge :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar