Bagaimana ini?
Sejak awal, aku sudah berniat menjauhimu demi menjaga hati dan diri
ini.
Kau malah yang mendahuluiku.
Bagaimana ini?
Apa memang aku benar-benar tak berarti bagimu?
Begitu banyak ujian yang bisa menimpa seseorang yang tinggal
di bumiNya. Hal itu sebuah kepastian bukan? Hidup kita memang diciptakan
sebagai ujian. Ada ujian kebahagian juga
kesedihan. Ada ujian kekayaan hingga kemiskinan. Ada ujian kebaikan juga
keburukan. Begitu banyak ujian yang tak kita sadari datangnya. Ujian itu seolah
menjadi teman kita sehari-hari. Kita perlahan akrab dengan mereka, walau kadang
mereka terlalu kejam untuk dijadikan teman. Seperti halnya ujian sebuah jarak dan waktu.
Begitu banyak orang yang mengeluhkan sebuah jarak, karena ia
telah memisahkan dimensi ruang antar insan. Dalam kehidupanmu kau tidak bisa
menolaknya, Jarak datang menjadi sebuah ujian. Ia menguji perasaan dan komitmen
kita akan sebuah keputusan yang semula diambil. Apakah keputusan itu akan tetap
sedia adanya, ketika jarak sudah mengambil segala bentuk kebersamaan? Atau
sebaliknya, ujian jarak memenangkan semuanya. Ia membuatmu berpaling.
Pun dengan waktu, ia datang menguji kesetiaanmu. Apakah kamu
akan tetap setia ketika waktu memaksamu untuk menunggu lebih lama lagi? Sejatinya,
waktulah yang menggilas segala kenangan dan peristiwa, membuatnya kabur tak
berbekas dari angan-angan kita. Tak berhenti di situ, terkadang waktu
memusnahkan segala macam kerinduan bahkan kesedihan dari ingatan. Mungkin kita
perlu berlama-lama lagi memahami sang waktu, agar kita tak kecewa karenanya. Karena
sejatinya hampir semua kejadian di dunia ini akan diuji oleh waktu.
Namun, Bagaimana jadinya jika ujian jarak dan waktu itu datang secara
bersamaan?
Ah, membayangkannya saja aku tidak sanggup.
kau mungkin akan merasa menjadi manusia paling merana.
bagaimana tidak, sudah jauh tak terlihat, tidak ada kepastian pula
kapan datangnya.
Namun sungguh, akan ada sebuah hikmah dari setiap peristiwa.
Termasuk saat ini. Jarak dan waktu
mungkin akan memberikanmu pelajaran berarti. Tuhan mungkin ingin melapangkan
hatimu dari segala ketidakmungkinan yang kamu semogakan. Kau lupa bahwa, Tuhan
lebih tau yang terbaik untukmu. Ia hanya ingin menjaga hatimu dan mengabulkan
doamu. Bukankah kau selalu berdoa untuk menamatkan perasaanmu hanya pada orang
yang tepat, bukan orang yang singgah saja. Bagaimana bisa kau sibuk berdoa,
namun saat ingin diselamatkan dari kekecewaan, kau malah menolaknya?
Ada yang lebih penting dari itu, jarak dan waktu adalah cara Tuhan untuk menyadarkanmu kepada
sejatinya tempat kembali. Menyadarkanmu bahwa tidak ada yang benar-benar
tinggal menetap. Tanpa sadar, kau sedang berjalan dalam dimensi jarak dan waktu. Kau terlupa bahwa
mereka sedang menuntunmu menuju tempat berpulang yang hakiki. Kau terlena
karena terlalu sibuk akan urusan duniamu, sampai-sampai ketika jarak dan waktu sudah membawamu kepada
tujuan akhir itu. Kau tersentak tak percaya, bagaimana bisa kau begitu nyaman
bersama jarak dan waktu yang menipumu.
Hingga kau terlupa bahwa semua akan kembali kepada pemiliknya, Tuhannya. Yah, Itu
keniscayaan.
Jadi bagaimana? Sudah siap menempuh jarak dan waktu di hidupmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar