Apa sih artinya?
Sabtu, 06 April 2019
Jalanan Kota
Saat kau bingung memilih makan siangmu, ingin makan McD, steak, atau makanan yang sedang hits saat ini, coba perhatikan orang2 di jalanan itu. Apakah mereka sempat memikirkan kebimbangan berlebihan saat memilih makanan sepertimu? Bisa makan 3 kali sehari dengan nasi saja sudah bersyukur, apalagi makanan mewah seperti versimu. Coba sesekali bungkuskan makanan untuk mereka, agar mereka juga bisa merasakan kenikmatan makanan enak itu. Sesekali saja, tidak akan menghabiskan seluruh isi dompetmu, kan?
Saat kamu bingung ingin membeli baju model A atau B dan baju merek A atau B hingga mampu menghabiskan waktu berjam-jam di Mall demi sebuah penampilan, coba perhatikan anak-anak di jalanan itu. Sempatkah mereka memikirkan hal serupa? Bisa jadi baju mereka tidak lebih dari lima, mereka cuci setiap hari kemudian dipakai lagi keesokan harinya. Daripada bajumu semakin menumpuk karena tidak terpakai, coba sesekali berikan baju untuk anak-anak itu. Meskipun bukan baju merk ternama dan jumlahnya tidak banyak, hal itu sudah cukup menghibur hati mereka. Kamu tau, bagaimana ekspresi bahagia anak-anak saat dibelikan baju baru? Saking senangnya, mereka sampai berlonjak-lonjak tanpa henti. Kalau kamu, apakah juga sesenang itu saat membeli baju baru?
Saat kamu dengan mudahnya membeli kebutuhan sehari-hari di Mall-mall ternama, dengan mudahnya kamu membayar dengan harga yang melangit. Kamu sadar bahwa membeli barang di Mall itu memang tidak bisa ditawar. Tetapi saat membeli kebutuhan di pasar atau warung-warung pinggir jalan, kamu menawar dengan teganya. Cobalah sedikit mengerti, harga barang-barang itu bahkan jauh lebih murah dibanding daftar belanja dari Mall elit itu. Sesekali, tidak perlulah ditawar, hitung-hitung memberi sedekah dan membantu orang lain. Berpikirlah sejenak, mungkin hidup pedagang-pedagang kecil itu juga tidaklah mudah. Mereka bekerja sangat keras demi memenuhi kebutuhan keluarganya.
Kalau kamu sedang berjalan-jalan dan tiba-tiba menemukan pedagang yang bersusah payah menjual dagangannya, sesekali belilah ya, walau sebenarnya kamu tidak terlalu membutuhkan. Apa salahnya membantu orang lain? Hitung-hitung sedekah, sedikit uang yang kau keluarkan demi mereka tidak serta merta menghabiskan seluruh hartamu, kan?
Saat kamu jenuh dengan kehidupanmu yang berkecukupan itu, merasa hidup membosankan, tidak asik, atau selalu kurang. Coba pergilah ke jalanan kota, kamu akan menemui banyak pelajaran hidup yang tak terduga-duga. Kamu akan bertemu dengan orang-orang yang hidupnya amat keras, tapi mereka masih bisa tersenyum dan bersemangat.
Cobalah memilih jalanan kota untuk melepas penat, tidak hanya ke tempat wisata, pantai, dan tempat hiburan lainnya. Cobalah sedikit merasakan getirnya perjuangan hidup orang-orang di sekitarmu, berilah sedikit perhatianmu untuk mereka. Kamu tau, mengapa orang-orang itu tidak bisa seberuntung hidupmu? Selain karena ALLAH sudah memilih manusia-manusia tangguh itu. Mungkin juga ada hak mereka yang tersimpan di hartamu, tapi ternyata belum kamu keluarkan.
Yuk sedekah.
Jumat, 14 Desember 2018
Jarak dan Waktu
Bagaimana ini?
Sejak awal, aku sudah berniat menjauhimu demi menjaga hati dan diri
ini.
Kau malah yang mendahuluiku.
Bagaimana ini?
Apa memang aku benar-benar tak berarti bagimu?
Begitu banyak ujian yang bisa menimpa seseorang yang tinggal
di bumiNya. Hal itu sebuah kepastian bukan? Hidup kita memang diciptakan
sebagai ujian. Ada ujian kebahagian juga
kesedihan. Ada ujian kekayaan hingga kemiskinan. Ada ujian kebaikan juga
keburukan. Begitu banyak ujian yang tak kita sadari datangnya. Ujian itu seolah
menjadi teman kita sehari-hari. Kita perlahan akrab dengan mereka, walau kadang
mereka terlalu kejam untuk dijadikan teman. Seperti halnya ujian sebuah jarak dan waktu.
Begitu banyak orang yang mengeluhkan sebuah jarak, karena ia
telah memisahkan dimensi ruang antar insan. Dalam kehidupanmu kau tidak bisa
menolaknya, Jarak datang menjadi sebuah ujian. Ia menguji perasaan dan komitmen
kita akan sebuah keputusan yang semula diambil. Apakah keputusan itu akan tetap
sedia adanya, ketika jarak sudah mengambil segala bentuk kebersamaan? Atau
sebaliknya, ujian jarak memenangkan semuanya. Ia membuatmu berpaling.
Pun dengan waktu, ia datang menguji kesetiaanmu. Apakah kamu
akan tetap setia ketika waktu memaksamu untuk menunggu lebih lama lagi? Sejatinya,
waktulah yang menggilas segala kenangan dan peristiwa, membuatnya kabur tak
berbekas dari angan-angan kita. Tak berhenti di situ, terkadang waktu
memusnahkan segala macam kerinduan bahkan kesedihan dari ingatan. Mungkin kita
perlu berlama-lama lagi memahami sang waktu, agar kita tak kecewa karenanya. Karena
sejatinya hampir semua kejadian di dunia ini akan diuji oleh waktu.
Namun, Bagaimana jadinya jika ujian jarak dan waktu itu datang secara
bersamaan?
Ah, membayangkannya saja aku tidak sanggup.
kau mungkin akan merasa menjadi manusia paling merana.
bagaimana tidak, sudah jauh tak terlihat, tidak ada kepastian pula
kapan datangnya.
Namun sungguh, akan ada sebuah hikmah dari setiap peristiwa.
Termasuk saat ini. Jarak dan waktu
mungkin akan memberikanmu pelajaran berarti. Tuhan mungkin ingin melapangkan
hatimu dari segala ketidakmungkinan yang kamu semogakan. Kau lupa bahwa, Tuhan
lebih tau yang terbaik untukmu. Ia hanya ingin menjaga hatimu dan mengabulkan
doamu. Bukankah kau selalu berdoa untuk menamatkan perasaanmu hanya pada orang
yang tepat, bukan orang yang singgah saja. Bagaimana bisa kau sibuk berdoa,
namun saat ingin diselamatkan dari kekecewaan, kau malah menolaknya?
Ada yang lebih penting dari itu, jarak dan waktu adalah cara Tuhan untuk menyadarkanmu kepada
sejatinya tempat kembali. Menyadarkanmu bahwa tidak ada yang benar-benar
tinggal menetap. Tanpa sadar, kau sedang berjalan dalam dimensi jarak dan waktu. Kau terlupa bahwa
mereka sedang menuntunmu menuju tempat berpulang yang hakiki. Kau terlena
karena terlalu sibuk akan urusan duniamu, sampai-sampai ketika jarak dan waktu sudah membawamu kepada
tujuan akhir itu. Kau tersentak tak percaya, bagaimana bisa kau begitu nyaman
bersama jarak dan waktu yang menipumu.
Hingga kau terlupa bahwa semua akan kembali kepada pemiliknya, Tuhannya. Yah, Itu
keniscayaan.
Jadi bagaimana? Sudah siap menempuh jarak dan waktu di hidupmu?
Kehilangan Sosok
Hidup
adalah tentang berpindah, begitu kata orang. Hari ini aku merasakan kejadian
yang hampir dirasakan banyak orang di muka bumi.
“Kehilangan”
Hampir setiap orang pernah
merasakan dan mengalami pahitnya kehilangan. Bagaimana tidak? Dirimu yang
semula merasa sepi, sunyi, bahkan ingin pergi. Tetiba, bagai keajaiban yang turun
tak disangka, datanglah sosok yang mampu menjadikan harimu hidup kembali.
Rasanya kau ingin melihatnya
setiap hari. Seolah-olah hanya dengan melihat matanya saja, kekuatan dan gairah
hidup selalu berkobar di dalam jiwa. Sosok yang kamu harap akan menjadi
semangat diri itu akan selalu ada dan menetap. Namun nyatanya kau lupa, bahwa
tidak ada yang benar-benar menetap. Akhirnya kau mendapati bahwa dia tidak bisa
tinggal lama-lama di sana. Dia harus pergi.
Yah, setiap orang yang datang
bisa jadi ujian dan hikmah bagi orang lain, tergantung bagaimana kita
menanggapinya. Mungkin ia bisa menjadi hikmah, ketika sosok itu mampu
mendatangkan begitu banyak kebaikan, inspirasi, dan cerminan dari sebuah
perilaku yang patut dicontoh. Hingga membuat orang-orang di sekililingnya
sontak dituntun ke arah cahaya kebaikan
Namun, manusia tetaplah manusia.
Tidak ada yang sempurna. Sewaktu-waktu, ia berubah menjadi ujian saat sosok itu
menampakkan sisi keburukan -di beberapa kesempatan- yang tidak bisa kamu
tolerir. Namun bukan itu yang perlu diperhatikan. Kau harus fokus terhadap sisi
baiknya. Kau harusnya menjadikannya pembelajaran hidup, sebuah pembelajaran
untuk bertumbuh lebih baik, bukan malah menilai/menghakimi.
Hingga sejak saat itu, kau
bingung dan linglung. Apakah kedatangannya benar-benar memberikan dampak
bagimu? Ataukah kau hanya terpukau dengan raganya? Kau lupa bahwa semestinya
sikap dan pelajaran hidupnya lah yang mesti kau ambil. Hingga akhirnya kau tersadar,
bahwa matamu sudah dibutakan oleh jalan dan niat yang salah.
Apa yang kau rasakan saat ini, kau kehilangan sosoknya atau raganya?
Kau menangis karena kehilangan
panutan atau kau hanya berdalih saja, ternyata kau takut menahan badai
kerinduan yang fana.
Senin, 26 Maret 2018
Jembatan Mimpi itu bernama SEA-Teacher
“Jangan lupakan mimpi-mimpi konon
mereka tidak benar-benar pergi”
Hai,
namaku Ingrid Elvina, mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang sekarang
sedang berjuang menggarap tugas akhir untuk menyelesaikan studi S1 di
Universitas Sebelas Maret. Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk mengikuti
program SEA Teacher yang merupakan
pertukaran mahasiswa bidang pendidikan di lingkup Asia Tenggara. Alhamdulillah,
SEA Teacher menjadi salah satu
jembatan mimpi saya untuk menginjakkan kaki ke luar negeri. Program ini
berjalan selama 30 hari dan kebetulan saya ditempatkan di Filipina, tepatnya di
West Visayas State University (WVSU) bertempat
di Iloilo City, Filipina. SEA Teacher memberikan
kesempatan bagi pesertanya untuk memiliki kesempatan mengajar di Negara lain
sehingga kami mendapatkan banyak sekali pengetahuan, pengalaman, dan jaringan
di negara tersebut, tepatnya di dunia pendidikan.
Saya
tidak sendirian di sana, karena saya bertemu dengan teman-teman lain dari beberapa
wilayah di Indonesia, mereka adalah Rosy dan Annely dari Universitas Negeri
Lampung serta Fatimah dari Universitas Negeri Makassar. Saya dan teman-teman
tinggal di salah satu boarding house
yang terletak tak jauh dari kampus, hanya membutuhkan waktu 5 menit jika ingin
pergi ke kampus dengan berjalan kaki.
Selama
30 hari ini, SEA Teacher memiliki
beberapa jadwal yaitu minggu pertama untuk observasi di sekolah, minggu kedua
untuk teaching assistant, minggu
ketiga teaching practice dan minggu
keempat sebagai evaluasi. Kali ini saya dan teman-teman mengajar di West Visayas State University Integrated
Laboratory School, yang merupakan sekolah milik WVSU. Sekolah ini sudah cukup
lengkap karena memiliki jenjang sekolah dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah
Dasar, hingga Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Menurut saya,
setiap kelas di sekolah ini memiliki fasilitas yang lengkap seperti
ketersediaan LCD, papan tulis yang sangat panjang, media pembelajaran, air
minum isi ulang, dan beberapa kipas angin di sudut-sudut ruangan.
Selama
observasi, saya melihat banyak sekali hal-hal baru di sekolah. Hal yang paling
mengejutkan adalah kefasihan anak-anak dalam berbahasa inggris. Pantas saja,
ketika saya bertanya dengan salah satu dosen dan guru di sana, Filipina
sangatlah akrab dengan budaya barat begitupun juga dengan bahasanya, sehingga
tak heran anak usia TK pun sudah mahir berbahasa Inggris. Sekolah di WVSU Integrated Laboratory School
dimulai dari pukul 07:00 sampai 16.30, sekolah ini menerapkan belajar seharian
full, tetapi ada waktu istirahat selama satu jam pada siang hari, ya mungkin
kalau di Indonesia bisa dikatakan full
day school. Kebetulan saya mengajar Matematika di kelas 4, guru-guru di
sini mengatakan bahwa mereka sangat ramai. Namun bagiku, tidak terlalu
mengejutkan karena itulah anak-anak, selalu ceria dan terkadang hiperaktif,
hehe. Sebenarnya yang mengejutkan adalah, rata-rata jumlah siswa dalam satu
kelas mencapai lebih dari 40 bahkan 50. Fakta ini menjadi hal yang mendebarkan
sekaligus menantang bagi saya untuk mengajar murid yang berjumlah 2x lipat
dibanding sekolah di Indonesia.
Ketika
saya sudah mulai mengajar, murid-murid di sini ternyata lebih mudah
dikondisikan, karakternya baik, dan mudah sekali mengerti pelajaran walaupun
mereka jarang sekali mencatat materi. Itulah sistem pendidikan yang saya kagumi
di Filipina, mereka lebih menekankan pada aktivitas anak yang lebih suka
bermain sambil belajar dan tanpa tekanan tugas ataupun PR yang terlalu berat. Selain
itu, pengajaran guru juga didominasi pada penggunaan media pembelajaran seperti
kertas karton, gambar-gambar, dan media konkret lainnya. Menurut guru pamong
saya, mengajar dengan menuliskan materi di papan tulis akan membuat anak
menjadi lebih bosan dan membuat pembelajaran tidak bermakna. Selain itu, saya juga dihimbau untuk tidak
terlalu banyak menjelaskan dan membiarkan murid-murid tersebut mencari sendiri
materi yang diajarkan melalui pemberian aktivitas-aktivitas yang berorientasi
pada siswa.
Maka
dari itu, saya mengubah seluruh teknis mengajar yang biasa saya terapkan di
Indonesia sesuai sistem di sekolah ini. Hal ini menjadi sebuah wawasan ilmu dan
pengalaman yang berharga bagi saya. Walaupun
murid di sini sudah mahir berbahasa Inggris, tapi saya sering menemui kendala
tentang kesalahpahaman bahasa selama berinteraksi dengan mereka, hal ini
disebabkan perbedaan aksen bahasa Inggris antara Filipina dan Indonesia. Namun,
hal itu bukanlah sebuah masalah yang besar, karena selama mengajar saya selalu
didampingi oleh guru pamong dan mahasiswa yang praktik mengajar lainnya.
Selain
berinteraksi dengan siswa, saya juga banyak berbincang dengan mahasiswa yang
sedang melaksanakan praktik mengajar dari WVSU. Mereka juga sering membantu
saya menyusun rencana pembelajaran dan pembuatan media untuk mengajar. Mereka
sangat ramah dan baik hati, kami sering bertukar informasi tentang fakta-fakta
antara Filipina dan Indonesia, serta berbagai masalah di dunia pendidikan
antara dua negara tersebut.
Selain
mengajar, peserta SEA Teacher juga
berkesempatan menghadiri beberapa festival dan mengunjungi beberapa tempat
wisata di Iloilo City, Filipina. Kami menghadiri Dinagiyang Festival di minggu
pertama bersama koordinator dan beberapa dosen WVSU. Festival ini merupakan
festival budaya sekaligus keagamaan di Iloilo dan menampilkan tarian-tarian
yang ditarikan oleh puluhan orang. Setelah itu kami juga diajak menginap selama
satu malam di salah satu rumah professor WVSU yang baik hati, bernama Mom
Angie. Kami pun diajak ke Fishworld, Garinfarm dan beberapa wisata gereja tua. Di
minggu ketiga kami diajak berwisata di pulau Guimaras seharian. Guimaras
terletak di lain pulau dengan Iloilo dan harus ditempuh menggunakan perahu.
Guimaras adalah pulau yang indah dan merupakan pulau penghasil mangga termanis
se Filipina, sayang sekali mangga Guimaras belum berbuah ketika kami
mengunjunginya. Kami sangat bahagia bisa menghabiskan waktu di tempat-tempat
indah tersebut bersama orang-orang yang baik hati seperti mereka.
Pada
akhirnya selama apapun pertemuan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Walaupun
tidak ada acara yang resmi dari WVSU sebagai acara penutup, tapi mereka
memberikan kesempatan kepada kami untuk lebih dekat dengan murid-murid di
kelas. Kami diberikan sebuah acara perpisahan di kelas bersama murid kelas 4.
Mereka menampilkan beberapa tarian dan bernyanyi bersama, di akhir acara kami
memberikan pidato singkat tentang kesan selama di WVSU. Selain itu, di luar
pengetahuan dan pemberitahuan sebelumnya, saya diberi kejutan perpisahan juga
oleh teman-teman sesama mahasiswa praktik mengajar di sana. Hal itu sungguh
sebuah hal yang tak terduga hingga membuat saya menangis terharu. Sungguh, saya
tidak akan melupakan pengalaman hidup di Filipina dan semua kenangan yang
tumbuh di dalamnya.
Terima
kasih kepada pihak UNS yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk
mengikuti exchange programme ini. Terima
kasih telah mewujudkan impian saja melalui program SEA Teacher ini. Semoga saya
bisa mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan demi kemajuan pendidikan di
Indonesia. Aamiin.
Rabu, 28 Februari 2018
Living in another Country as Muslim
Assalamualaykum wr
wb.
Alhamdulillah bertemu lagi, terima kasih sudah berkunjung di
blog saya, hehe. Sesuai janji sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang
kehidupan seorang muslim di luar negeri. Beberapa minggu yang lalu saya diberi
kesempatan untuk merasakan tinggal di luar negeri selama satu bulan. Filipina
menjadi negara yang saya tinggali kala itu. Tak pernah terbersit sedikitpun
untuk menempatkan Filipina sebagai negara yang akan saya kunjungi sebelumnya,
namun ternyata takdir ALLAH berkata
lain.
Kebetulan saya mengikuti exchange program dari universitas
di bidang pendidikan, dari situlah saya mendapatkan banyak pengalaman bagaimana
harus bersikap, bersosialisasi, dan tentunya menempatkan diri sebagai muslim di
negara dengan mayoritas penduduk beragama non muslim. Bahkan sebagian besar
mereka tidak terlalu mengetahui tentang agama Islam.
Pernah suatu hari, saya dan teman-teman ditanya, “Apakah
seluruh orang Indonesia menggunakan penutup kepala (hijab) itu?” tentu kami
menjawab “tidak” karena hijab ini hanya diperuntukkan bagi muslim atau orang
yang beragama Islam dan mereka pun baru mengetahui saat itu. Di samping itu,
masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain mulai dari,
“Mengapa harus pakai
hijab?”
“Kalau hijabnya dilepas memang kenapa?”
Kemudian pertanyaan berkembang menjadi,
“Mengapa harus beribadah setiap hari?”
“Apa itu sunnah?”
Ternyata beberapa dari mereka sempat mencari informasi
tentang Islam di google, haha. Pertanyaan tak berhenti sampai di sana,
tiba-tiba ada yang bertanya?
“Ingrid, apakah kamu punya pacar? Apakah diperbolehkan
pacaran dalam Islam?” *Duuh*
“Mengapa laki-laki boleh memiliki istri sebanyak 4 orang?
Apakah mereka tidak setia?”
Nah, kalau seperti ini bagaimana menjelaskannya ya, hehe.
Mana harus menyusun kata-kata pakai bahasa Inggris lagi, hehe. Namun dari
sanalah celah dakwah terbuka. Alhamdulillah dengan seizin ALLAH aku bisa
mengenalkan agama Islam kepada mereka.
Selanjutnya tentang Salat. Pasti banyak yang bertanya bagaimana
caranya bisa sholat di negara dengan mayoritas penduduk non muslim dan mau
sholat dimana? Dibolehin sholat nggak? Serta banyak pertanyaan lainnya.
Pertama kali jadwal mengajar dikeluarkan, kami harus pergi
ke kampus tepat waktu. Jam sekolah dimulai dari jam 07.00 hingga 17.00, padat
sekali. Untuk salat Shubuh, Maghrib, dan Isya, aman, karena kita bisa sholat di
asrama. Tapi bagaimana tentang sholat Dzuhur dan Ashar?
Alhamdulillah, Allah menunjukkan kemudahannya, jam istirahat
dimulai dari pukul 12.00 sampai dengan 13.00, jadi waktu itu sangat pas untuk melaksanakan
Sholat Dzuhur. Di minggu-minggu pertama aku harus kembali ke asrama untuk
Sholat, namun lama kelamaan lelah juga karena kampus dan asrama harus ditempuh selama
10 menit dengan berjalan kaki. Jadi minggu-minggu berikutnya aku memutuskan
untuk sholat di kelas. Hemm, sebuah keputusan yang berat, aku khawatir akan banyak
orang mengawasi cara beribadah kami yang teramat berbeda-beda dan menimbulkan
prasangka-prasangka. Namun ternyata kekhawatiran itu sirna, orang-orang di sini
memberikan toleransi yang besar kepada kami. Kami diperbolehkan untuk sholat
dimana pun. Pertama kali, aku melaksanakan sholat di kelas. Waktu itu kondisi
sedang ramai-ramainya, ada yang bercengkerama, ada yang memainkan musik, dan
tertawa riuh. Ketika aku ijin untuk sholat di kelas, mereka langsung mematikan
lagu dan music, serta melirihkan suaranya. MasyaAllah aku sangat terharu kala
itu, walaupun ada sebagian teman yang heran dan terlihat penasaran dengan cara
kami Sholat waktu itu hehe, tapi tak mengapa yang penting kami tidak
meninggalkan kewajiban ibadah ini.
Selain kelas, tempat favorit adalah di kantor dekan karena tempatnya sunyi, bersih, dan sejuk, hehe. Alhamdulillah, dekan dan para stafnya mengijinkan kami untuk beribadah di sana. Namun, lama kelamaan juga tidak enak hati, takutnya mengganggu pekerjaan, jadi kami memilih tempat lain. Karena kampus ini tidak memiliki prayer room atau Mushola jadi kami bisa solat berpindah-pindah tempat sesuai tempat kerja kami kala itu.
Selain sholat, kami juga selektif tentang makanan di sini. Kami
menjelaskan kepada mereka bahwa Muslim hanya boleh makan makanan halal, jadi
kami dilarang makan babi/pork, minum alcohol, makan makanan yang menjijikkan,
dan makanan haram lain. Alhamdulillah mereka mengerti, jadi ketika teman-teman
ataupun dosen ingin makan malam bersama kami, pasti mereka memilih tempat makan
yang tidak menjual babi di sana. hampir setiap kali makan malam/ siang, menu
favorit kami adalah ayam, hahaha.
Selain itu, ketika berbelanja, hal yang paling utama selain
melihat harga adalah melihat kode halal di dalamnya. Jadi sudah dipastikan
bahwa rentang waktu belanja kami sangat lama karena harus sangat selektif,
terkecoh sedikit pasti berbahaya.
Hal lainnya adalah tentang hijab
Hijab menjadi bahan pertanyaan yang paling sering muncul
ketika kami menginjakkan kaki di Negara ini. Bagaimana tidak? Sebagian besar
dari mereka bertanya “Apakah kamu tidak kepanasan menggunakan kain itu di tengah
terik matahari yan menyengat?”
Dan kami jawab, “tidak”
Kami juga menjelaskan bahwa kami harus menutup rambut dan
seluruh bagian kepala kecuali muka dari laki-laki dewasa selain saudara,
keluarga, dan juga suami. Mendengar alasan tersebut, mereka terlihat tertarik,
kemudian muncul pertanyaan lagi. “Apakah ada arti cara penggunaan jilbab itu?”
pertanyaan ini muncul saat style jilbab kita yang berbeda satu sama lain, untuk
yang satu ini akan lebih mudah menjawab “Tidak, ini hanya style.” Kemudian mereka
langsung tertawa, haha.
Selain itu, ada beberapa teman di sana yang tertarik untuk
mencoba menggunakan hijab, reaksi pertama yang muncul yaitu mereka terlihat
amat gerah. Pantas saja, karena mereka tidak terbiasa menggunakannya, mereka
kagum dengan cara kami bertahan menggunakan pakaian yang serba panjang dan
tertutup di cuaca yang panas ini. Kita langsung menjelaskan bahwa pakaian ini membuat
kita berlindung dari sengatan matahari secara langsung.
Oh ya, di hari terakhir, kami berkesempatan untuk mengunjungi
sebuah masjid. Sulit sekali menemukan masjid di Filipina. Masjid ini bernama
Pioneer Mosque, didirikan oleh orang Filipina beragama Islam yang datang dari
pulau Mindanao (pulau terbesar di Filipina), memang kebanyakan masyarakat
Mindanao adalah Muslim. Di majid ini kami bertemu dengan keluarga Islam yang
sudah lama menetap di Ilo-ilo, rasanya senang dan haru. Setelah berhari-hari
tidak datang ke masjid, akhirnya kami bisa bercengkerama dan bertemu dengan
saudara-saudara kami. Ketika saya bertanya kepada mereka, “Apakah ada kesulitan
menjadi seorang Muslim di Filipina.” Mereka menjawab, “tidak”
Memang benar, Filipina adalah Negara yang memiliki toleransi
yang tinggi antar penduduknya. Di luar ekspektasi saya sebelumnya yang mengira
bahwa akan sulit menjadi muslim di Negara ini, ternyata semua itu salah.
Masyarakatnya ramah, pekerja keras, dan murah senyum. Walaupun pada awalnya
masyarakat di sana melihat kami dengan tatapan aneh dan asing karena memakai
baju serba tertutup, namun lama kelamaan mereka terbiasa juga. Dari hal
tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang lain tidak menilai diri kita dari cara
berpakaian maupun agama yang kita anut, namun mereka melihat perilaku dan sikap
kita di kehidupan sehari-hari.
Jadi tidak usah ragu untuk melakukan perjalanan hingga ke
luar ngeri, ALLAH tidak mungkin membiarkan hamba yang selalu taat kepadaNya
berada dalam kesusahan. Kita masih bisa menjaga identitas kita sebagai muslim meskipun
di luar negeri. Biarkan orang lain mengenal keindahan Islam sebagaimana
perintah ALLAH kepada kita untuk senantiasa berdakwah dan menebar kebaikan
untuk sesama.
Langganan:
Postingan (Atom)