Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Sabtu, 16 Mei 2015

Rapuh



Aku tak tahu apa nama perasaan ini.
Saat aku dengan bahagianya menyemangati orang lain untuk bangkit dari keterpurukan
Namun, ketika ku berbalik, leleran air mata justru jatuh dari pelupukku
Menyadari bahwa kerapuhan itu sesungguhnya ada dalam diriku.

Kurasakan aroma malam ini seperti biasa. Jari-jariku masih sibuk mengetik sebuah ungkapan rasa. Entah mengapa , akhir-akhir ini aku lebih tertarik menuangkan perasaan-perasaan sedih dari diriku? Tak terasa air mata ini mengalir tanpa sengaja. Aku pun tak tahu. Bagiku, malam selalu menawarkan penghiburan untukku, menawarkan kesunyian yang sejatinya sangat nyaman untuk jiwa ini.

Ya, benar aku hanya butuh kesunyian untuk menenangkan diriku. Aku memang berbeda, ketika orang lain sibuk mengungkapkan perasaan kepada yang lain agar muncul kelegaan, namun tidak untukku. Aku bukanlah orang yang dengan mudahnya mengungkapkan segala beban dalam dada ini. Bukannya aku tidak percaya dengan sahabatku yang selalu menawarkan diri untuk menjadi tempat cerita. Aku hanya tidak ingin mereka merasakan rasa sakit yang sama, cukuplah hanya aku saja.

Lalu apa yang menyebabkan kemunculan kesedihan ini?

Memori otakku memutar kilas balik kenangan pilu itu. Ya, hal sepele sebenarnya, tapi karena terlalu heterogen untuk disebut sepele, kepalaku tidak sanggup untuk menampung seperti biasa. Alhasil, diam menjadi pilihan dan kelesuan menjadi pelampiasan. Maaf jika banyak yang tidak nyaman dengan sikapku akhir-akhir ini.

Aku hanya kecewa dengan beberapa orang akhir-akhir ini. Ah, bukankah aku egois? Dengan gamblangnya menuduh orang bersalah, padahal diri ini pun pasti lebih banyak bersalah. Tapi, ada saatnya diri ini lelah. Apakah salah?

Mimpi dan keinginan itu sudah terlalu tinggi untuk digugurkan begitu saja. Mungkin ini adalah masalah sepele bagi kalian, tapi tidak untukku. Sudah 3 rencana yang gagal sebelum berperang, padahal ide dan proses itu sudah mulai berjalan. Aku kecewa, sebenarnya aku tidak sepenuhnya ikhlas atas semua ini.
Astaghfirullah hal adzim, ya Rabb, bukankah manusia hanya bisa merencanakan sedangkan Engkaulah yang memutuskan hasilnya. Maaf atas kesalahan diri ini, maaf atas ambisi yang berlebihan, maaf atas ketidaktepatan mengatur segala aktivitas selama ini. Maaf atas segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar