Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Senin, 02 Juli 2012

[Sinopsis] Terjadinya Selat Bali


Konon, kisah ini terjadi sewaktu pulang Jawa dan Pulau Bali belum terpisah. Beberapa abad yang lalu, terdapat suatu pertapaan disebuah lereng gunung. Tinggallah seorang Brahmana yang sakti bernama Begawan Sidhimantra. Dia juga dikenal sebagai pertapa yang ramah dan senang menolong. 

Begawan Sidhimantra memiliki seorang istri yang cantik yang dikenal dengan Nyi Sidhimantra. Merka memiliki seorang anak bernama Manik Angkeran. Mereka sangat menyayangi anaknya. Terutama Nyi Sidhimantra yang sangat memanjakan Manik Angkeran. Diusianya yang terbilang masih kanak-kanak, Manik Angkeran trbiasa bermain jauh dari rumahnya. Terkadang orang tuanya dibuat cemas olehnya.

“Manik Angkeran, kemana saja kau bermain seharian? Kau brmain terlalu jauh. Kau akan diganggu orang jahat nanti.” Kata ibunya.

“ Siapa yang berani brbuat jahat kepadaku. Bu? Siapapun tahu kalau aku anak dari Begawan Sidhimantra.”sahutnya

“ Ya… Bagaimanapun juga kau tidak boleh bermain sejauh itu. Kurasa desa seberang itu sangat jauh…!”

Namun, Manik Angkeran tidak menghiraukan nasihat ibunya. Ia tetap mendatangi desa seberang itu. Disana ada sesuatu yang menarik, yaitu adu ayam jago. Sewaktu pulang, ia masih saja memikirkan apa yang ia lihat tadi.

Esok harinya ia pergi ke arena adu ayam tersebut. Dia ikut bertaruh dan akhirnya ia mendapat kemenangan. Namun, ada seorang warga desa yang mengadukan Manik kepada Sidhimantra. Sidhimantrapun marah besar kepada Manik Angkeran. Dia merasa kecewa dngan apa yang sudah diperbuat oleh anaknya itu. 

Untuk sementara, Manik Angkeran insyahf. Dia menekui hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan. Namun hal itu tidak berlangsung lama, Manik Angkeran kembali ke arena itu. Demikian terus sampai beberapa tahun. Suatu hari, ibunya mengetahui apa yang dilakukan oleh Manik Angkeran. Nyi Sidhimantra merasa sedih dan kecewa. Manik memohon agar ibunya tidak memberitahukan hal ini kepada ayahnya.


Kini harta dirumahnya sudah habis, ia tidak kekurangan akal. Ia mulai untuk menghutang kepada penjudi lainya. Dengan senang hati para penjudi itu meminjamkan uang kepada Manik Angkeran. Ketika para penjudi itu menagih hutang Manik, Manik Angkeran tidak dapat membayarnya. Alhasil mereka menangih kepada Begawan Sidhimantra. Sidhimantra sangat malu dan marah. 

Hari itu juga, Begawan Sidhimantra berpamitan untuk pergi dari rumah. Manik Angkeran pun juga berpamitan untuk mengikuti ayahnya. Ia ingin tahu, dari mana ayahnya mendapatkan uang untuk melunasi hutang-hutangnya. 

Beberapa hari berlalu, sampailah Sidhimantra di sebuat gua dilereng gunung Agung. Ia tak sadar bahwa ia diikuti oleh anaknya. Kemudian ia membunyikan genta kecil, tiba-tiba terdengar gemuruh dari dalam gua. Manik mengamati apa yang dilakukan ayahnya itu. Tak disangka, keluarlah seekor naga dari dalan gua tersebut.

“Huah…hah…hah…hah, Sidhimantra sahabatku! Sudah lama kau melupakan naga Besukih, bukan?” naga itu berbicara. Suaranya menggelegar.

Sidhimantra menceritakan semua yang ia alami. Naga Besukih termenung sejenak dan berbicara. “ Tak perlu risau sahabatku, Dia sudah mau insyaf adalah suatu hal yang bagus! Aku akan menolongmu untuk menyelesaikan urusan anakmu.”

Naga Besukih menggetarkan tubuhnya, seketika terdengar bunyi berderincing. Kepingan emas jatuh dari tubuhnya. Manik angkeran yang melihat kejadian itu merasa takjub. Manik Angkeran buru-buru pulang agar ayahnya tidak curiga kepadanya.

Setiba dirumah, ayahnya memberikan sekantung  emas. Manik Angkeran berpura-pura kaget. Manik Angkeran mendatangi teman-teman judinya dan membayarkan hutang-hutangnya. Dirinya juga mulai berjudi kembali. Seperti biasa, kawan-kawannnya menawarkan hutang kepadanya. Hutang Manikpun menumpuk kembali. Dia bingung, jika sewaktu-waktu teman-temannya menagih hutangnya kepada Ayahnya.

Ia merengek kepada ibunya untuk dapat meminjamkan genta milik ayahnya. Ibunya memberikan genta itu kepada Manik Angkeran dengan perasaan cemas. Manik bergegas mendatangi gua itu. Ketika membunyikan genta itu, terdengar gemuruh dari dalam gua. Manik Angkeran bergetar ngeri.

“Hai manusia siapa kau? Dan darimana kau memperoleh genta itu?!”

“Oh … Naga Besukih … aku… aku adalah putra Sidhimantra.”

“Hmm … jadi kau anak Brahmana yang gila judi itu?Bagus, apakah ayahmu berharap aku akan menghajarmu?”

“Tidak… ayah tidak menyuruhku datang kesini. Kini ia sedag terbaring sakit.”

Manik membuat alas an untuk mendapatkan kepingan emas dari Naga Besukih. Saat Naga Besukih berbalik arah untuk masuk kedalam gua saat itu juga ekornya yang terdapat sebutir berlian yang berkilauan itu tertinggal diluar. 

Timbul niat jahat Manik Angkeran. Dia mencabut berlian itu. Naga Besukih mengaum kesakitan. Manik Angkeran tidak sempat lari, tubuhnya hangus dan dia mati seketika. Tiba-tiba Sidhimantra muncul. Ia memohon agar anaknya dihidupkan kembali.

Naga Besukih mengabulkan permintaan sahabatnya itu, tapi dengan syarat anaknya akan diasuh oleh Naga Besukih. Diperjalanan pulang, Begawan Sidhimantra melemparkan tongkatnya ke tanah. Seketika air memancar, semakin lama semakin lebar. Akhirnya Gunung Agung dan Pulau Jawapun terpisah. Genangan air itu disebut Selat Bali. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar