Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Senin, 02 Juli 2012

Yeti, Manusia Raksasa Himalaya


Yeti, Siapa dia?



Dugaan figur Yeti.

Yeti atau Manusia Salju yang Menakutkan adalah sejenis primata besar yang menyerupai manusia yang menghuni wilayah pegunungan Himalaya di Nepal dan Tibet. Nama Yeti dan Meh-Teh umummnya digunakan secara luas oleh masyarakat di wilayah tersebut, dan dianggap sebagai kisah sejarah dan mitos yang masih misterius. Orang-orang Nepal juga menyebutnya Bonmanche yang berarti "manusia liar" atau "Kanchanjunga rachyyas" yang berarti "Iblis Kanchanjunga."

Baru-baru ini sekelompok penjelajah untuk program film dokumenter ‘Destination Truth’ mengklaim menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk raksasa Yeti yang misterius di Himalaya, Nepal.
Menurut Josh Gates, pembawa acara serial tersebut, bukti-bukti baru tersebut berupa tapak kaki utuh milik Yeti yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak kaki manusia.

Tapak tersebut ditemukan di dekat bantaran sebuah sungai Manju yang tidak ditinggali manusia. Lokasi tempat itu tiga hari perjalanan kaki dari Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 150 kilometer arah utara dari ibu kota Nepal, Kathmandu.

“Kami sedang melakukan penyelidikan pada suatu malam di dekat bantaran sungai sekitar tiga hari lalu, ketika itu yang terlebih dulu melihat tapak tersebut adalah salah satu pemandu kami, lalu dia memberitahu kami,” kata Josh.

Akhirnya cetakan tapak kaki tersebut mereka bawa meski semua anggota tim tak bisa menjelaskan apa sesungguhnya yang mereka lihat. Jika dilihat dari ukuran telapak kaki sepanjang 33 cm Yeti memiliki tinggi tak kurang dari 2,4 meter.

“Kami sedang bersiap membawa tapak-tapak kaki ini ke Amerika Serikat untuk dianalisa lebih lanjut,” kata Gates yang tetap berhati-hati mengenai penemuan tersebut tetapi dia bersikap terbuka terhadap keyakinan orang lain.

Banyak orang Nepal Himalaya dan Tibet yang percaya bahwa makhluk itu ada, meskipun bukti pastinya masih belum terungkap. Bukti-bukti yang pernah diajukan seperti tengkorak dan pecahan tulang sudah ditolak para ahli yang menganggapnya tulang hewan.

“Ada banyak orang yang Himalaya yang punya pengalaman sejati, dan saya tidak tahu bagaimana caranya agar kami bisa memasukkan semua saksi mata. Tentunya harus ada lebih banyak usaha untuk menjelaskan hal ini,” katanya.

Bagi Gates dan timnya, penemuan itu merupakan suatu yang tidak terduga, setelah mereka berkeliling ke puluhan negara demi mencari mahluk-mahluk sejenis Yeti.

“Berbicara dengan penduduk setempat tentang penampakan yang mereka lihat dan menemukan sepotong bukti, meskipun bukan bukti nyata yang menyakinkan, adalah hal yang menggairahkan,” kata Gates.
Tim itu akan kembali ke Nepal untuk melakukan lebih banyak penyelidikan jika hasil laboratorium membenarkan temuan tersebut.

Saat ini tim ‘Destination Truth’ bergerak menuju Afrika kemudian ke Brazil untuk menyelidiki legenda makhluk lainnya. Sayangnya, kisah tentang Yeti baru bisa dinikmati secara lengkap pada 2008.

Misteri evolusi



Yeti's Finger

Namun temuan cetakan kaki tersebut dianggap sekadar sensasi oleh Presiden Asosiasi pendaki gunung Nepal, Ang Tshering Sherpa yang lebih percaya tapak temuan Gates sekadar tapak telapak kaki beruang gunung.

“Kalau melihat foto tersebut Sampai saat ini berdasarkan temuan-temuan terdahulu Yeti hanya memiliki empat jari kaki,” ujar Ang.

Salah satu pendaki legendaris yang memopulerkan Yeti adalah Reinhold Messner yang menyelidiki mahluk itu sejak 1986 hingga 1998 untuk buku ‘My Quest for the Yeti.’

Hal senada diungkapkan juru bicara Taman Nasional dan Konservasi Nepal Laxmi Manandhar yang melihat cetakan kaki aneh temuan tim Gates tetap belum mampu membuktikan adanya Yeti.

Bagi warga Himalaya, Yeti telah hidup berdampingan dengan damai bersama mereka selama ribuan tahun tanpa saling mengganggu. Namun bagi masyarakat Barat m mahluk raksasa Yeti menjadi misteri tak berkesudahan dan terus memancing keingintahuan.

Yeti menjadi menarik karena mahluk raksasa serupa kera namun berjalan tegak layaknya manusia ini tak hanya ada di Himalaya tapi juga menjadi mitos di beberapa tempat di dunia.

Jika Yeti menghuni wilayah Tibet, Himalaya maka di Amerika Serikat dikenal Bigfoot, Sasquatch, Skunk Ape dari Everglades, Momo Monster Missouri. Sementara Rusia menyebutnya dengan nama Kaptar.

Para peneliti yang tergabung dalam National Geographic Society lebih percaya dengan teori evolusi. Dari ciri-ciri bentuk tubuhnya, Yeti dan kerabat-kerabatnya di pegunungan dan kelebatan hutan di seluruh dunia adalah sisa-sisa spesies Meganthropus.

Meganthropus adalah spesies keturunan kera raksasa Gigantophitecus yang tersingkir ke wilayah-wilayah tak terjamah karena tak mampu bersaing dengan manusia saat ini atau homo erectus yang lebih cerdas sejak jaman Pleistosen sejuta tahun yang lalu.

Nama Yeti atau Meh-Teh biasanya digunakan oleh penduduk lokal Himalaya. Kebanyakan peneliti, penjelajah, dan penulis menyatakan keberadaan Yeti hanyalah mitos dan bualan semata. Meskipun demikian, Yeti tetap menjadi salah satu hewan paling terkenal untuk ilmu cryptozoology (Sebuah bidang pengetahuan yang mempelajari makhluk-makhluk mitos seperti monster Loch Ness dan Big Foot).

Yeti seringkali disamakan dengan Sasquatch, sama-sama berbadan besar, mempunyai kesamaan dengan gorilla, tubuh yang dipenuhi bulu, dan mempunyai bau yang sangat menyengat. Namun, lain halnya dengan Sasquatch yang tidak pernah ditemukan laporan ataupun orang-orang yang mengaku melihatnya, ada beberapa laporan dari orang-orang yang mengakui telah melihat Yeti dalam jarak pandang yang cukup dekat sejak abad ke-20. Wujud Yeti tersebut diketahui dari kuil-kuil dan cerita-cerita turun temurun dari penduduk Himalaya. Banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana wujud Yeti sebenarnya dikarenakan cerita-cerita yang juga mendeskripsikan Yeti secara tidak sama. Ada yang mengatakan bahwa Yeti mempunyai bulu putih seputih salju, ada juga yang mengatakan bahwa Yeti itu sebenarnya berbulu gelap, pendek, dan berjalan menggunakan ke-empat kakinya.













Selama berabad-abad, orang-orang Himalaya, India, dan Tibet mempercayai bahwa pegunungan merupakan tempat yang keramat dan juga misterius, mungkin dikarenakan pada waktu itu perjalanan menempuh pegunungan yang dingin dan rawan longsoran salju tersebut sangat sukar dilakukan, sehingga penduduk lokal setempat mengaitkannya dengan hal-hal mistis dan tahayul. Yeti, merupakan salah satu makhluk gaib yang dipercayai mendiami daerah pegunungan dan sekitarnya.

Tahun 1925, N. A. Tombazi, seorang fotografer yang merupakan anggota Royal Geographical Society, menduga telah melihat sesosok makhluk dengan tinggi sekitar 15.000 kaki (4.572 meter) didekat sungai Zemu. Tombazi kemudian menulis sebuah artikel berdasarkan apa yang telah dilihatnya. Hal ini mengundang ketertarikan orang-orang barat akan sosok Yeti. Sebut saja Eric Shipton, seorang pendaki yang pada tahun 1951 mencoba untuk mencapai puncak Everest, mengambil beberapa foto sejumlah jejak-jeak kaki raksasa di atas salju sekitar 6.000 meter di atas permukaan laut. Foto-foto ini kemudian menjadi bahan perdebatan yang cukup menggemparkan. Sebagian orang beranggapan bahwa ini adalah bukti paling akurat akan keberadaan Yeti, dan ada juga yang berasumsi bahwa ini hanyalah jejak kaki hewan pegunungan biasa yang terlihat "besar" akibat lelehan salju.

Ekspedisi terbesar untuk membuktikan keberadaan Yeti dilakukan oleh Daily Mail pada tahun 1954. Pemandu gunung pada ekspedisi tersebut, John Angelo Jackson,  banyak menemukan jejak-jejak kaki berukuran "tidak normal" selama perjalanan ekspedisi itu. Namun sayangnya, bukti otentik tentang keberadaan masih belum dapat ditemukan.

Sebagian orang mempercayai, Yeti adalah makhluk gaib jelmaan para arwah leluhur yang bertugas untuk melindungi pegunungan Himalaya. Sebagian ada juga meyakini bahwa Yeti adalah rantai DNA yang hilang dalam proses evolusi manusia. Semuanya itu masih menjadi misteri hingga saat ini. 

Sejak istilah sensasional "Manusia Salju yang Menjijikkan" muncul di dunia yang terkejut dan gembira, istilah itu jelas tidak hanya berlaku untuk satu mahluk serupa manusia, berbulu, berjalan tegak, berkelana di tempat yang masih perawan, tetapi menyangkut keluarga yang bervariasi dan tersebar luas.  

Ketika laporan kejadian melihat mahluk ini menumpuk, tampaknya terdapat tiga tipe Yeti berbeda di wilayah Tibet, Himalaya: kecil, besar, dan amat besar, semua atau tidak satu pun yang berkerabat. Hanya yang besar tampaknya mempunyai hubungan dengan Bigfoot, Sasquatch, Skunk Ape dari Everglades, Momo Monster Missouri, dan varietas Amerika yang lain. Manusia kera di Cina mempunyai banyak persamaan dengan kelompok ini, tetapi Kaptar dari Rusia tampaknya mempunyai kelas tersendiri. 

Apakah ras yang secara geografi berbeda ini merupakan species yang sama atau beberapa tipe berbeda tanpa persamaan apa pun kecuali berdiri tegak dan banyak bulu? Bahkan sebenarnya, bagaimana membandingkan mereka? John Green pemburu Sasquatch yang terkenal berusaha keras menjawab: Dalam istilah yang paling mendekati, varietas Amerika Utara jauh lebih besar ketimbang yang lain, sedangkan varietas Rusia lebih tinggi ketimbang varietas Himalaya tetapi mungkin tidak lebih berat. Mahluk Himalaya, menurut bukti berupa gambaran yang diberikan dan jejak kaki, sama sekali tidak mirip manusia. Varietas Rusia, sebaliknya mungkin amat dekat dengan manusia.

Demi kepentingan mereka yang takut bahwa membuhuh Big-foot untuk dipelajari bukan hanya berarti melakukan pembunuhan tetapi juga rnenghilangkan mahluk langka, Green menambahkan dengan tegas bahwa "tidak ada kemungkinan sekecil apapun bahwa Sasquatch dapat dianggap manusia atau mirip manusia, mereka juga bukan species yang terancam punah.... " Dia yakin bahwa jumlah mereka cukup banyak. Dengan sedikit perkecualian, Bigfoot adalah raksasa yang ramah, secara tidak pantas dianggap monster oleh orang yang tidak dapat menerimanya sebagai anggota kerajaan binatang. 

Yeti juga secara sensasional dibelokkan dari proporsi kenyataan. Bagi para Sherpa tidak ada yang misterius mengenai Yeti: mahluk yang menjadi bagian dan kehidupan mereka dan kenangan selama paling sedikit 200 tahun. 

Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu memasukkannya sebagai binatang lain ketika mendiskusikan fauna setempat. Bila mahluk itu tampaknya pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia. 

Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon. Kalau mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi. 

Mahluk Amerika tampaknya sedikit lebih suka berkelompok dan jauh lebih ingin tahu ketimbang kerabathya di Asia, tetapi juga tampaknya menikmati gaya kehidupan menyendiri. Orang yang skeptik mungkin heran bagaimana binatang yang demikian besar dan diduga cukup banyak mampu menghindari pencari dengan demikian mudah. Dalam jawaban Peter Byrne, pendiri The International Wildlife Conservation Society, Inc., menunjuk bahwa teritori Sasquatch seluas 125.000 mil persegi di Pasifik Barat Laut adalah gunung yang ditumbuhi hutan lebat hanya dengan sedikit jalan, kerapatan populasi manusia yang rendah, dan hampir tidak ada pengunjung. Banyak ruang dalam tempat hidup seperti ini untuk Sasquatch dan mahluk lain untuk menyembunyikan diri dan hidup dalam isolasi yang damai tanpa ancaman. 

Pertanyaan identifikasi masih belum terjawab. Hidup dalam hutan yang sulit ditembus tampaknya menjadi karakter makhluk besar, berbulu berjalan tegak di mana pun dan menunjukkan bahwa mereka mungkin gagal dalam evolusi mencari perlindungan dari dunia yang memusuhi dan membahayakan. Bila beberapa zeuglodon dan plesiosaurus tergelincir melewati jaringan waktu, mungkin teka-teki mahluk berkaki dua juga jenis dari zaman purba. 

Tahun 1832, makhluk misterius ini pertama kali mencuat ke dunia. Ketika itu perwakilan Inggris yang berada di Nepal bernama B.H. Hodgson mengaku pernah bertemu makhluk dengan ciri-ciri fisik berbulu hitam tidak berekor dan berjalan tegak.

-Pada tahun 1889 Major L.A. Waddell-seorang tentara Inggris-melihat jejak kaki yang besar di hamparan salju di sebelah timur laut Sikkim. Menurut pembantunya, itu jejak Yeti. Tapi Waddell menyimpulkan itu jejak seekor beruang.

-Pada tahun 1925 seorang fotografer bernama N.A. Tombazi memotret mahluk raksasa dekat Zemu Glacier. Tombazi mengamati mahluk itu selama beberapa menit dari jarak 190-270 meter. Mahluk itu berdiri tegak seperti manusia. Mahluk itu terlihat hitam sekali.
Dua jam kemudian Tombazi turun gunung dan melihat jejak kaki mahluk tersebut. bentuknya sama dengan jejak kaki manusia, tapi panjangnya sekitar 20-25 cm dan lebarnya sekitar 12-15 cm 

-Tahun 1951, Eric Shipton memotret beberapa jejak kaki raksasa. Jejak itu berada di atas hamparan salju di ketinggian 6000 m. Foto itu menjadi sasaran penelitian dan perdebatan seru. Ada yang berpendapat bahwa foto ini merupakan bukti terbaik tentang keberadaan Yeti. Lainnya berpendapat itu jejak kaki biasa yang membesar karena salju yang mencair. 

-Pada 19 maret 1954 The Daily Mail melaporkan bahwa tim ekpedisi manusia salju telah menemukan rambut mahluk hidup yang diperkirakan milik kulit kepala Yeti. Rambut itu dianalisa oleh Profesor Frederic Wood Jones, seorang ahli anatomi manusia. Kesimpulannya rambut itu bukan berasal dari kulit kepala beruang atau sebangsa monyet. Kemungkinan berasal dari bahu binatang berambut kasar.

Ratusan tahun berselang pada 1951, pendaki Inggris bernama Eric Shipton bahkan mensiarkan foto-foto jejak kaki Yeti. Jejak kaki itu panjangnya 13 inci dengan lebar 8 inci. Mulai itulah nama Yeti mulai terkenal di dunia.

-Pada tahun 1979 dua pendaki gunung, John Edwadrs dan John Allen di ketinggian 5600 mendengar teriakan selama 5 - 10 detik. Mereka menduga itu suara Yeti.

-Pada tahun 2003, seorang pendaki gunung jepang bernama Makoto Nebuka membeberkan hasil penelitiannya selama 12 tahun. Ia meneliti ilmu bahasa di sekitar wilayah Himalaya. Menurut Nebuka, kata Yeti berasal dari kata meti yang berarti beruang. Suku Tibet mempercayai beruang sebagai mahluk gaib. Dari situ Nebuka menyimpulkan bahwa yeti hanyalah sebuah dongeng saja . Tapi Dr. Rak Kumar Pandey membantah. Menurut Dr.Pandey satu kata bisa mempunyai arti yang berbeda jika diucapkan dengan intonasi yang berbeda.

Penduduk desa di Himalaya dan para pemburu setempat menyebutkan kalau mahluk itu pandai menyembunyikan diri, hal itu karena habitatnya terletak jauh dari jalur manusia.
Para pemburu di Himalaya mengatakan bahwa Yeti bukan manusia, dan mereka juga tidak tinggal di zona bersalju. Tempat tinggalnya adalah hutan Himalaya yang paling tinggi, dalam kelebatan yang nyaris tak tertembus. Di sana mahluk ini terkenal bergerak menggunakan keempat anggota badan atau berayun dan pohon ke pohon.

Kalau mahluk ini berkelana ke zona bersalju, tempat pendaki gunung mungkin melihatnya atau melihat jejak kakinya, mahluk ini berjalan tegak dengan gaya yang canggung. Sherpa, penduduk asli di Nepal menduga bahwa alasan mahluk ini melintasi ladang bersalju adalah mencari lumut yang mengandung garam yang tumbuh di batu moraine. Ilmuan Inggris, Ivan Sanderson mengatakan bahwa mahluk itu bukan mencari lumut melainkan lumut kerak, yang kaya dalam gizi.

Akhir tahun 2007 lalu, sekelompok penjelajah, mengatakan telah menemukan bukti baru mengenai keberadaan mahluk Yeti di Himalaya Nepal, sehingga timbul kehebohan baru di antara mereka yang percaya bahwa mahluk salju itu benar-benar ada.

Salah satu tapak yang diperlihatkan Gates terdiri dari satu kaki utuh yang besarnya hampir dua kali ukuran tapak kaki manusia. Menurut Gates, tapak kaki itu ditemukan di suatu daerah terpencil yang tidak ditinggali manusia yang jaraknya tiga hari berjalan kaki dari Lukla, daerah yang jauhnya sekitar 250 kilometer arah barat laut dari ibu kota Nepal, Kathmandu. Banyak orang Nepal Himalaya dan Tibet percaya bahwa makhluk itu ada, meskipun bukti pastinya masih belum terungkap.

Bukti-bukti yang pernah diajukan seperti tengkorak dan pecahan tulang sudah ditolak para ahli yang menyebut tulang itu adalah tulang hewan. “Ada banyak orang yang Himalaya yang punya pengalaman sejati, dan saya tidak tahu bagaimana caranya agar kami bisa memasukkan semua saksi mata,” kata Gates.

Bagi Gates dan timnya, penemuan itu merupakan suatu yang tidak terduga, setelah mereka berkeliling ke puluhan negara demi mencari mahluk-mahluk sejenis Yeti. “Berbicara dengan penduduk setempat tentang penampakan yang mereka lihat dan menemukan sepotong bukti, meskipun bukan bukti nyata yang menyakinkan, adalah hal yang menggairahkan,” kata Gates.

Struktur Tubuh Yeti





Ciri-ciri:
  • Lebih tinggi dari standar manusia dewasa (7 hingga 8 kaki).
  • Tubuh ditutupi oleh bulu coklat panjang(putih pada kasus Yeti).
  • Memiliki tenaga yg kuat.
  • Kaki yg besar dan lebar.
  • Memiliki teriakan yg memekakkan telinga.
  • Bentuk tubuh nya menyerupai manusia(kontur muka,berjalan di atas 2 kaki,berbadan tegap,dll).
Makhluk besar berbulu yang berjalan seperti manusia itu disebut-sebut bersembunyi di hutan-hutan atau wilayah yang sulit kita jangkau. Di Amerika utara mereka disebut Bigfoot atau Sasquatch.

Tidak jelas apakah itu species baru dari monyet ataukah sebuah missing link dari evolusi manusia?

Di Asia, terutama kawasan Himalaya, mereka dikenal dengan Yeti atau manusia salju yang mengerikan. Di Amerika Selatan, kawasan Amazon, ada sebutan Mapinguari, sedangkan di Australia julukannya adalah Yowie.

Benarkah makhluk-makhluk itu ada di alam nyata? Seorang Sherpa tua di Himalaya pernah berkata, "Yeti itu ada di balik pikiran semua manusia, hanya mereka yang diberkatilah yang tidak dihantui makhluk itu."

Ada atau tidak, yang jelas banyak kebudayaan memiliki cerita tentang manusia berbulu. Penampakan mereka di Amerika Utara dan Asia sudah di bicarakan sejak awal tahun 1800-an. Walau sudah banyak cerita, foto, dan jejak kaki mereka, namun sejauh ini belum pernah ada bukti ilmiah bahwa mereka ada.
Tidak pernah ditemukan kotorannya, tulang-belulangnya, serta tubuhnya, hidup atau mati.

Baru-baru ini 2 orang pemburu mengklaim telah menemukan mayat sang raksasa itu di wilayah utara Georgia, negara bagian Amerika Serikat. Kedua pemburu yang tidak disebut namanya itu adalah teman dari Tom Biscardi, pimpinan "Pelacak Bigfoot", sebuah kelompok yang sejak lama memang mencari jejak mahluk legenda ini.

Bigfoot adalah mahluk legendaris yang sampai sekarang belum benar-benar bisa dibuktikan apakah memang ada atau hanya sekadar khayalan penulis fiksi.

Kabar penemuan Bigfoot ini segera menarik minat ribuan orang yang bergegas mengakses situs kelompok Biscardi (Searching For Bigfoot : HomePage)

Hasilnya, situs itu crash karena tak kuat menanggung beban banyaknya pengakses.


Source : Dari beberapa sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar