Membahagiakan,
membanggakan dan berbakti kepada kedua orang tua pasti menjadi tujuan besar
bagi semua anak di muka bumi ini. Tentu saja, kebahagian mereka tumbuh menjadi
pemicu semangat seorang anak, sebagai bentuk balas budi yang mungkin tidak akan
pernah setara dengan kasih sayang yang telah mereka beri selama ini.
Namun tak semua anak
memiliki kesempatan yang sama untuk hal ini. Mungkin sebagian anak merasa belum
mampu membahagiakan orang tua, walau dalam hatinya sangat ingin melakukan hal
tersebut. Pun denganku sekarang, sejujurnya aku belum mengerti apa – apa yang
membuat mereka bahagia. Selama perjalanan hidupku sebagai siswa dan mahasiswa,
perasaan bahagia dari kedua orang tua cukup mudah diartikan dari senyuman yang
mereka ulas. Ketika mendapati anaknya juara kelas, memperoleh penghargaan,
menambah piala di rumah, dan hingga lulus tes PTN. Semua itu menjadi asumsi
kebahagiaan orang tua dari segi ukuranku saat ini.
Namun entah mengapa,
asumsiku tentang kebahagiaan orang tua sebagai mahasiswa yang sedang menempuh tingkat
akhir berubah seketika. Aku merasa ukuran kebahagiaan orang tua pun ikut
bertambah. Hingga saat ini, ketika aku tak pernah lagi menambah piala di rumah,
vakum menulis, hingga tidak terlalu menggebu dalam mengikuti lomba, jarang
sekali terlihat senyum terukir dari wajah mereka. Sedih? Tentu saja.
Karena aku berpikir
bahwa ukuran kebahagiaan sebagai mahasiswa yang tidak menunggu lama lagi akan
mengalami kehidupan pasca kampus, tidak lagi diukur dari prestasi-prestasi itu.
Aku berpikir mereka akan lebih bahagia jika anaknya memperoleh pekerjaan yang
membuatnya nyaman, mendapatkan penghasilan yang membuat kehidupannya terjamin,
hingga menemukan jodoh yang tepat sesuai umurnya yang sudah beranjak matang.
Dan untuk mencapainya
tidaklah semudah hanya dengan berada di depan laptop, berselancar di dunia
maya, atau mencoba beberapa lomba untuk mencari-cari keberuntungan memperoleh
penghargaan-penghargaan seperti dahulu. Jika boleh jujur, sungguh aku belum
dapat menjamin bahwa aku bisa mendapatkan itu semua tepat waktu, saat pasca
kampus kelak. Sungguh, dalam nurani seorang anak, ingin sekali mengenyam
kesuksesan seketikan, ingin sekali memperoleh penghasilan yang dapat diberikan
untuk orang tua, ingin sekali menjadi mandiri seperti orang-orang yang sudah
bekerja bertahun-tahun, ingin sekali rasanya membahagiakan orang tua yang sudah
berharap bahwa anaknya dapat menikah pada usia yang muda.
Andai Bapak dan Ibu
tahu perasaan anakmu ini, sungguh aku ingin mencapai itu semua saat lulus
nanti. Namun, sekali lagi urusan rezeki dan jodoh bukanlah kuasaku, ALLAH lah
yang mengatur. Terlepas dari benar tidaknya asumsi-asumsi dari pikiranku itu,
setidaknya aku dapat mengukur, bahwa kelak diri ini tidak akan menetapkan ukuran
kebahagian yang terlalu tinggi untuk anakku kelak. Supaya mereka tetap dapat
menjalani hidupNya dengan tenang, menjalani hidup hanya untuk satu tujuan,
mengharap Ridho ALLAH SWT. Saat ini, aku hanya bisa berdoa semoga ALLAH
mempermudah jalan dan urusan anak-anak yang masih berjuang untuk membahagiakan
kedua orang tuanya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar