“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Kematian
mungkin menjadi bahasan yang paling dihindari banyak orang, termasuk penulis
sendiri. Walaupun sebenarnya kematian adalah bahasan yang pasti datang dan
pasti adanya, tak seperti bahasan lain yang mungkin hanya di ada-adakan saja.
Seperti kata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.” (Tafsir Al Qurthubi)
Memaknai
kematian bagiku tak akan pernah ada habisnya. Sebagai seorang hamba, tentu dan
pasti kita akan kembali kepada pemilik jiwa ini, ALLAH SWT. Namun,
pertanyaannya adalah, sudah siapkah kita dengan seluruh amalan kita untuk berpulang
kembali pada rumah yang hakiki tersebut? Sudah berapa lama kita tenggelam dalam
dunia yang fana serta segala obsesi di dalamnya?
Ketika
waktu itu datang, sudah munculkah perasaan lega, perasaan bahagia karena telah
menuntaskan segala kewajiban ibadah kita di dunia? Atau malah perasaan gelisah,
takut, dan resah menanti-nanti kematian tersebut karena dosa-dosa yang mungkin
telah atau masih diperbuat hingga sekarang?
Sejatinya
kita berdiri pada suatu titik kebimbangan yang tak perlu ditanyakan lagi
kebenarannya. Kita berada pada tempat dimana kematian menjadi sebuah pengingat
keras bagi setiap manusia untuk berhenti dari segala aktivitas yang sia-sia. Namun sudahkah kita tersadar?
Mungkin kita malah menampik kenyataan itu, seolah-olah hidup kita masih lama
dan masih ada banyak waktu untuk memperbaiki diri. Padahal kawan, masalah umur
adalah rahasia ALLAH.
Beberapa
waktu yang lalu, saya baru kehilangan salah satu kakak inspiratif dari
universitas ibukota yang meninggal karena kecelakaan. Beliau dikenal sebagai
kakak yang ceria, pintar, shalihah, dan bermanfaat, semua itu dibuktikan dengan
begitu banyaknya doa yang mengalir dari sahabat-sahabat beliau. Meski baru
bertemu kali bertemu saat event yang sama di sumatera dahulu, aku sudah bisa
melihat bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang hebat, dan benar adanya. Ketika
saya membuka beberapa media social dan tumblr, begitu banyak perjalanan –
perjalanan hebat yang telah terukir, begitu banyak ilmu yang sudah dibagikan bagi
sekitarnya, dan begitu banyak kontribusi bagi universitasnya sehingga mampu
menyenangkan orang tuanya. Betapa mulianya beliau, semoga ALLAH menempatkan
beliau di tempat terbaik di sisiNya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengabarkan kepada kita bahwasanya, kelak di hari kiamat
setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengenai 5 (lima) perkara, diataranya adalah tentang:
- Umurnya
- Masa mudanya
- Hartanya (dari mana ia dapatkan)
- Hartanya (dalam hal apa ia belanjakan)
- Ilmu yang dimilikinya
Kita tahu
bahwa kematian tidaklah mengenal usia, dan sudah berapa tahun terlewat dalam
hidup ini saudaraku? Sudah berapa banyak manfaat yang kita sebarkan? Sudahkah
menabung amalan-amalan yang mampu menolong kita di akhirat? Sungguh pertanyaan
itu lebih tepatnya tertuju untuk diri saya sendiri.
Dan betapa kerasnya
hati ini, tidakkah tergerak dan tertampar saat melihat beberapa fenomena yang
terjadi? Meninggalnya beliau menjadi salah satu pengingat keras untukku
sendiri. Sungguh diri ini malu, karena diri ini belum bisa menabung amal dan
menghapus dosa, meskipun diri ini juga sadar bahwa kematian itu sungguh dan sudah
pasti akan terjadi. Ijinkanlah hamba yang penuh dosa ini untuk bertemu denganMu
kelak ya Rabb. Astaghfirullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar