Dreaming in حلالا way. . .

Halaman

Cari Blog Ini

Apa sih artinya?

Minggu, 30 Juli 2017

Memaknai Kematian



Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

Kematian mungkin menjadi bahasan yang paling dihindari banyak orang, termasuk penulis sendiri. Walaupun sebenarnya kematian adalah bahasan yang pasti datang dan pasti adanya, tak seperti bahasan lain yang mungkin hanya di ada-adakan saja.

Seperti kata ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.” (Tafsir Al Qurthubi)

Memaknai kematian bagiku tak akan pernah ada habisnya. Sebagai seorang hamba, tentu dan pasti kita akan kembali kepada pemilik jiwa ini, ALLAH SWT. Namun, pertanyaannya adalah, sudah siapkah kita dengan seluruh amalan kita untuk berpulang kembali pada rumah yang hakiki tersebut? Sudah berapa lama kita tenggelam dalam dunia yang fana serta segala obsesi di dalamnya? 
Ketika waktu itu datang, sudah munculkah perasaan lega, perasaan bahagia karena telah menuntaskan segala kewajiban ibadah kita di dunia? Atau malah perasaan gelisah, takut, dan resah menanti-nanti kematian tersebut karena dosa-dosa yang mungkin telah atau masih diperbuat hingga sekarang?
Sejatinya kita berdiri pada suatu titik kebimbangan yang tak perlu ditanyakan lagi kebenarannya. Kita berada pada tempat dimana kematian menjadi sebuah pengingat keras bagi setiap manusia untuk berhenti dari segala aktivitas  yang sia-sia. Namun sudahkah kita tersadar? Mungkin kita malah menampik kenyataan itu, seolah-olah hidup kita masih lama dan masih ada banyak waktu untuk memperbaiki diri. Padahal kawan, masalah umur adalah rahasia ALLAH.
Beberapa waktu yang lalu, saya baru kehilangan salah satu kakak inspiratif dari universitas ibukota yang meninggal karena kecelakaan. Beliau dikenal sebagai kakak yang ceria, pintar, shalihah, dan bermanfaat, semua itu dibuktikan dengan begitu banyaknya doa yang mengalir dari sahabat-sahabat beliau. Meski baru bertemu kali bertemu saat event yang sama di sumatera dahulu, aku sudah bisa melihat bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang hebat, dan benar adanya. Ketika saya membuka beberapa media social dan tumblr, begitu banyak perjalanan – perjalanan hebat yang telah terukir, begitu banyak ilmu yang sudah dibagikan bagi sekitarnya, dan begitu banyak kontribusi bagi universitasnya sehingga mampu menyenangkan orang tuanya. Betapa mulianya beliau, semoga ALLAH menempatkan beliau di tempat terbaik di sisiNya. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan kepada kita bahwasanya, kelak di hari kiamat setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mengenai 5 (lima) perkara, diataranya adalah tentang:
  1. Umurnya
  2. Masa mudanya
  3. Hartanya (dari mana ia dapatkan)
  4. Hartanya (dalam hal apa ia belanjakan)
  5. Ilmu yang dimilikinya
Kita tahu bahwa kematian tidaklah mengenal usia, dan sudah berapa tahun terlewat dalam hidup ini saudaraku? Sudah berapa banyak manfaat yang kita sebarkan? Sudahkah menabung amalan-amalan yang mampu menolong kita di akhirat? Sungguh pertanyaan itu lebih tepatnya tertuju untuk diri saya sendiri. 
Dan betapa kerasnya hati ini, tidakkah tergerak dan tertampar saat melihat beberapa fenomena yang terjadi? Meninggalnya beliau menjadi salah satu pengingat keras untukku sendiri. Sungguh diri ini malu, karena diri ini belum bisa menabung amal dan menghapus dosa, meskipun diri ini juga sadar bahwa kematian itu sungguh dan sudah pasti akan terjadi. Ijinkanlah hamba yang penuh dosa ini untuk bertemu denganMu kelak ya Rabb. Astaghfirullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar